Guru: Diperhatikan Atau Memprihatinkan

Hasrianti
Hasrianti

“Guruku tersayang, guruku tercinta tanpamu apa jadinya aku”. Lirik lagu tersebut bukan lagi hal yang baru ditelinga kita, seakan sudah menjadi lagu vaforit yang berisi sajak perasaan yang menggambarkan sosok guru. Bagaimana tidak, peran guru sangat penting dalam andil memanusiakan manusia, suatu profesi yang sangat mulia karena profesi ini adalah amal ibadah yang tidak ada putus-putusnya. Guru sering disebut juga sebagai sebagai pencerah, mentransformasikan seluruh akhlak dan ilmu, dengan demikian seorang guru bertanggung jawab terhadap akhlak dan moral generasi. Simpati terhadap guru kembali mencuat pada tanggal 25 November 2018, kembali diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Setiap tahun diperingati untuk mengenang  perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan nasib rakyat Indonesia dalam memperoleh pendidikan yang layak. khalayak ramai lapisan masyarakat, hingga instansi pemerintah turut sorak sorai mengucapkan selamat hari guru, sekejap beranda online terpapar caption yang sama. Namun, dibalik  itu semua sudah cukupkah hanya dengan kata-kata pujangga sebagai hadiah upah bagi kerja keras keberadaan guru. Pada faktanya kesejahteraan guru hanya bayang-bayang semu yang masi terabaikan, seakan legalitas guru hanya dianggap sebagai pengemban amanah mengajar saja, tanpa perlu diperhatikan kehidupan dan haknya.

Elektabilitas  Semu Guru

Meskipun Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tahun, tetapi nasib para guru yang menjadi tongak utama dalam memajukan pendidikan Indonesia masih kurang setimpal dengan kewajiban para guru di sekolah, dan hak yang diberikan oleh pemerintah atau sekolah. Memperingati hari guru, momen ini dimanfaatkan Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan ucapan “Selamat hari guru kepada seluruh guru dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Guru adalah pembangkit inspirasi,” ucap Presiden di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Kota Palembang, Provinsi Selatan. Selain itu, guru juga telah memberikan bimbingan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia membimbing anak-anak, membimbing kita semua agar bisa meningkatkan kualitas sumber daya yang ada,” kata Presiden Jokowi.

Kompas.com, Hari Guru Nasional (HGN), pada tahun mengangkat tema “Meningkatkan Profesionalisme Guru Menuju Pendidikan Abad 21”. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, menyampaikan Kemendikbud akan menggelar puncak peringatan hari guru nasional pada 1 Desember 2018 mendatang di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat dan rencananya akan dihadiri langsung Presiden RI Joko Widodo. Mendikbud Muhadjir juga telah mengeluarkan pidato tertulis dalam menyambut Hari Guru Nasional, Tantangan guru abad 21 Kemendikbud menjelaskan latar belakang tema “Meningkatkan Profesionalisme Guru Menuju Pendidikan Abad 21” tahun ini. Kemendikbud melihat tantangan pendidikan abad 21 semakin berat sehingga membutuhkan peningkatan profesionalisme guru. Pemerintah mengajak seluruh guru memiliki sikap mental, dan komitmen untuk selalu meningkatkan kualitas agar memiliki kompetensi sesuai dengan perubahan zaman, peran guru tidak tergantikan. Mendikbud menyampaikan, meski teknologi informasi berkembang sangat cepat dan sumber informasi sangat mudah ditemukan, namun peran guru masi sangat diperlukan, pemerintah melalui Kemendikbud mengajak para guru untuk mampu mengarahkan potensi positif teknologi informasi alih-alih terkena dampak positifnya.

Hal lain, Kemendikbud akan melakukan perluasan akses, pemerataan mutu dan percepatan perwujudan guru profesional melalui Kebijakan Sistem Zonasi. Kebijakan Sistem Zonasi diharapkan akan mempermudah penanganan dan pengelolaan guru terkait peningkatan kompetensi, pengembangan karir, dan penyaluran bantuan penyelenggaraan kegiatan guru. Pemerintah memberikan amanah bangsa melalui Kemendikbud mengajak para guru untuk menjadikan Hari Guru Nasional (HGN), sebagai pemicu semangat membangun peradaban bangsa sehingga Indonesia menjadi bangsa berbudaya, cerdas, bermutu dan berkarakter serta mampu bersaing secara global. Sekilas ini terasa sangat manis, dan seolah pemberian mutu jaminan kepada guru sudah terpenuhi. Kesejahteraan yang diutarakan hanya sekedar pencitraan, pasalnya masyarakat terlalu terfokus pada apa yang terlihat, tanpa menelisik secara tajam bagaimana polemik Guru yang sesungguhnya.

Polemik kesejahteraan Guru

Apresiasi pemerintah terhadap elektabilitas guru tak sebanding  dengan jasa mereka dalam mendidik generasi. Kebijakan demi kebijakan  pemerintah terhadap kesejahteraan dan kemakmuran guru, seolah tak terpercik secara utuh dan menyeluruh,  masi banyak yang hidup tanpa adanya perhatian langsung dari pemerintah yang seharusnya bertanggungjawab penuh terhadap guru. Banyak hal yang harus diubah dalam dunia pendidikan, terlebih dalam sistem sekuler ini menjadi wadah yang rapuh, semakin menyuburkan kesengsaraan. Amoral pelajar menjalar tiada henti, dapat dilihat dari rentetan kasus-kasus yang terjadi, pelajar menjadi nominasi pelaku amoral. Lagi-lagi pemerintah mengeluarkan Undang-undang HAM  untuk melindungi pelajar, tak peduli siapa salah dan siapa yang benar, ini tentu menjadi bauh pilu  yang mengekang bagi keberadaan guru dalam menjaga eksitensinya sebagai pendidik.  Dalam sistem sekuler saat ini, guru hanya sebagai pajangan tanda kutip pengajar saja, namun legalitas sepenuhnya tidak dijalankana. Seharusnya tugas guru tidak hanya sekedar mengajar, akan tetapi ada proses pendidikan yang harusnya ia lakukan dalam menuntun moral pelajar.  Tak hanya dari segi hukum yang membatasi gerak didikan guru, dari segi gaji semakin memprihatinkan terlebih bagi guru-guru honorer. Parahnya, para sarjana pendidikan di negeri ini juga sangat sulit  untuk diangkat menjadi seorang PNS. Apalagi jumlah guru honorer sangat banyak. Perbandingannya mencapai 1:13. (Liputan6.com). Sehingga setiap tahunnya selalu membludak sarjana pendidikan yang menjadi guru honorer, bahkan ada yang jadi pengangguran karena telah penuhnya guru honorer di sekolah-sekolah. Inilah bukti bahwa sistem sekuler kapitalisme gagal total dalam menjamin kehidupan guru.

Islam solusi Tuntas

Sejatinya, menjadi guru itu merupakan pekerjaan yang ideal lagi mulia, memiliki peran penting dan  kedudukan yang harus diperhatikan. Naluri seorang Guru menggebu dalam memberikan seluruh ilmu yang dimilikinya dengan ikhlas, sebagaimana profesi yang di perhatikan kesejahteraannya dalam Islam. Guru tidak hanya mentransfer ilmu secara intelektualitas, namun juga menanamkan keunggulan elektabilitas budi pekertinya, dalam mendidik. Namun, tak dapat dipungkiri untuk mensejahterakan guru, tentu tidak mungkin jika prosesnya hanya dibebankan hanya pada sebagian elemen saja, dibutuhkan sinergi dari berbagai komponen untuk menghasilkan kesejahteraan bagi guru. Komponen paling utama yang dapat berpengaruh besar adalah peran pemerintah atau Negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan bingkai pendidikan makmur secara kondusif, baik dari sisi sarana maupun prasarananya.

Potret guru sejahtera dan terbentuknya generasi pelajar yang potensial, pada kenyataannya pernah mendominasi peradaban 2/3 belahan dunia, selama 14 abad peradaban Islam  dengan jaya menampilkan keagungan sistemnya, dan menjamin seluruh keejahteraan dan kemakmuran guru dibawah naungan Daulah Islam. Sistem Islam memandang bahwasanya ilmu wajib untuk diajarkan dan ditabani. Daulah harus memfaslitasi guru untuk meningkatakan kapabelitasnya. Sehingga mampu mencetak generasi ilmuwan yang tidak hanya mumpuni disatu bidang, akan tetapi diseluruh cabang ilmu. Sebagaimana, Abdullah Malik bin Anas, beliau merupakan sosok guru ideal yang pernah ada pada masa kejayaan Islam. Beliau sangat teliti dan memiliki kecerdasan yang tinggi, hingga mengantarkannya pada level mujtahid. Disamping itu adapula Imam Maliki, sebagai guru dari Imam Syafii yang mahsyur dikenal hingga sekarang.

Bukti kesejahteraan aspek pendidikan dalam islam, saat itu anak-anak dari semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar yang terjangkau semua orang. Negaralah membayar para gurunya. Selain 80 sekolah umum Cordoba yang didirikan Khalifah Al-Hakam II pada 965 M, masih ada 27 sekolah khusus anak-anak miskin. Di Kairo, Al-Mansur Qalawun mendirikan sekolah anak yatim. Dia juga menganggarkan setiap hari ransum makanan yang cukup serta satu stel baju untuk musim dingin dan satu stel baju untuk musim panas. Bahkan untuk orang-orang badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya. Seribu tahun yang lalu, universitas paling hebat di dunia ada di Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya. Di Eropa Barat dan Amerika belum ada perguruan tinggi.

Selain itu dikenal juga dengan istilah kuttab yang menjadi tempat belajar dan dibangun di samping masjid. Menurut Ibnu Haukal, di satu kota saja dari kota-kota Sicilia ada 300 kuttab, bahkan ada beberapa kuttab yang luas dan mampu menampung hingga ratusan bahkan ribuan siswa. Sejarah telah mencatat bahwa guru dalam naungan Khilafah mendapatkan penghargaan yang tinggi dari negara termaksud pemberian gaji yang melampaui kebutuhannya. Di riwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqoh ad-Dimasyqi, dar al- Wadl-iah bin Atha, bahwasanya ada tiga orang guru di Madimah yang mengajar anak-anak dan Khalifah Umar bin Khattab memberi gaji lima belas dinar (1 dinar = 4,25 gram emas; 15 dinar = 63,75 gram emas; bila saat ini 1 gram emas Rp. 500 ribu, berarti gaji guru pada saat itu setiap bulannya sebesar 31.875.000).

Peradaban Islam telah memberikan tinta emas dalam perjalanan kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Kemajuan ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan masyarakat turut menjadi catatan bersejarah, ketika peradaban Islam tegak di muka bumi ini. Peradaban Islam tersebut adalah masa dimana Islam menjadi pedoman dalam segala lini kehidupan rakyat dengan kesempurnaan aturan yang ada di dalamnya dan tegak dalam satu institusi politik Islam. Semua prestasi-prestasi tersebut ditorehkan sepanjang Daulah Islam tegak. Inilah sistem yang sebenarnya, sebuah sistem ideal yang ada bukan dari hawa nafsu belaka, akan tetapi terpancar dari Rahim Islam yang Allah Swt. ridhoi sebagai agama yang sempurna. Memberikan kesejahteraan dan kedudukan utama bagi guru sebagai garda terdepan membawa perubahan menuju peradaban kegemilangan Islam. Wallahualam bishowab.

 

Oleh: Hasrianti
Penulis Merupakan Mahasiswi Pendidikan Kimia UHO

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini