Sakit Parah, Pekerja Migran dari Mubar Ini Dipulangkan dari Malaysia

Sakit Parah, Pekerja Migran dari Mubar Ini Dipulangkan dari Malaysia
PEMULANGAN - BNP2TIKI menyerahkan, Wa Ode Atisai, pekerja migran asal Desa Wandoke kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Mubar yang diwakili Kadis Nakertrans Pakrun, di Bandara Haluoleo Kendari, Kamis (13/12/2018) pukul 17.00 wita. (Foto istimewa)

ZONASULTRA.COM, LAWORO – Wa Ode Atisai pekerja migran asal Desa Wandoke, Kecamatan Tiworo Kepulauan (Tikep), Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara (Sultra), dipulangkan dalam kondisi sakit parah. Perempuan 49 tahun itu menderita asma akut dan stroke.

Wa Ode Atisai tiba di kampung halamanya Jumat (14/12/2018) pagi tadi. Setelah sebelumnya dia mendapat perawatan medis di rumah sakit Polri Keramat Jati, Jakarta selama dua pekan. Sebelum dipulangkan rupanya Atisai juga sudah dirawat di rumah sakit Penang Malaysia selama tiga bulan.

Perihal kabar sakitnya Atisai ini diketahui oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Mubar dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan KBRI Malaysa yang menyampaikan ada pekerja migran asal Mubar yang minta untuk dipulangkan karena sakit.

Setelah koordinasi itu, BNP2TKI bersama pihaknya pun mengurus agar Wa Ode Atisai bisa segera dipulangkan ke kampung halamanya mengingat kondisi kesehatan Atisai yang semakin menurun.

“Kamis sore kita menjemput Wa Ode Atisai di Bandara Haluoleo Kendari dan malamnya langsung berangkat menuju Raha naik kapal,” terang Kepala Dinas Transmigrasi Mubar, Pakrun kepada Zonasultra, Jumat.

Tak hanya mengurus kepulangan Atisai, menurut Pakrun pihaknya juga akan memastikan Atisai mendapatkan perawatan yang layak agar Atisai bisa secepatnya pulih dari penyakit yang dideritanya.

Sakit Parah, Pekerja Migran dari Mubar Ini Dipulangkan dari Malaysia
Wa Ode Atisai mendapatkan pertolongan medis di rumahnya di Desa Wandoke, Kecamatan Tikep, Kabupaten Muna Barat (Mubar), Jumat (14/12/2018)

“Kita hanya tanggung jawab pemulangannya dulu dari Kendari ke Mubar. Kemudian, nanti tiba di sini terserah pihak keluarga, kalau mau berobat nanti dibawa ke rumah sakit dan kita bersama instansi terkait akan menanggung BPJS,” ungkapnya.

Adik Wa Ode Atisai, Wa Ode Ridwana, mengatakan akhirnya bisa bernafas lega karena sang kakak akhirnya tiba di tanah kelahiranya. Meski dalam kondisi sakit. Atas pertimbangan keluarga, Atisai dirawat di rumahnya dengan pemantauan tim medis.

Menurur Ridwana, kakaknya bekerja di Malaysia sudah tiga tahun. Saudarinya tak sendiri di Malaysa, suaminya La Pindaha juga bekerja di sana sebagai buruh atau kuli bangunan.

Pasangan suami isteri yang dikaruniai lima anak itu, berangkat untuk mengadu nasib ke negeri jiran demi merubah nasib untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Dari pengakuan Ridwana diketahui jika keduanya bekerja secara ilegal di Malaysia.

“ Mereka ke sana ilegal tidak mempunyai surat-surat resmi dan bekerja sebagai kuli bangunan,” kata Wa Ode Ridwana saat ditemui di rumah Wa Atisai di Desa Wandoke, Kecamatan Tikep, Jumat (14/12/2018).

Dan selama berada di sana, ke lima anak Wa Ode Atisai dan Pindaha tetap berada di Mubar.

Perihal sakit asma saudarinya itu, menurut Ridwana memang sudah dia derita sejak kecil. Bahkan dibagian tulang rusuk kakaknya itu patah akibat terjatuh saat bermain ketika masih kanak-kanak.

Menurut Ridwana, saudarinya sakit sudah berbulan-bulan lalu. Kabar itu diperoleh dari suami Atisai. Saat di Malaysia kakaknya harus menjalani perawatan selama tiga bulan. Sayangnya meski sudah mendapatkan perawatan intensif Atisai tak kunjung sembuh. Melihat kondisi sang isteri, suami Atisai didampingi sejumlah pekerja Indonesia di Malaysa, mendatangi kedutaan Indonesia untuk meminta bantuan agar Atisai bisa dipulangkan.

“Alhamdulillah kedutaan bersama BNP2TKI menguruskan semua surat administrasinya untuk bisa pulang. Dan setelah tiba di Indonesia, kakak saya sempat di rawat di RS Polri Keramat Jati Jakarta selama dua pekan. Karena kondisinya tidak bisa bangun dan kita lihat koma, kita meminta untuk dipulangkan ke kampung. Dan alhamdulillah berkat bantuan pemerintah kakak saya akhirnya tiba, dia didampingi didampingi pihak BNP2TKI,” tuturnya.

Suami Atisai kata Ridwana tidak ikut mendampingi Atisai kembali ke Indonesia. Hal itu dikarenakan La Pindaha masih harus melunasi biaya perawatan Atisai selama dirawat di rumah sakit Malaysia yang belum terbayarkan sekitar 7 ribu ringgit atau sekitar Rp 30 juta.

“Sekarang suaminya di Malaysia sana, lagi kerja mencari uang untuk membayar utang di rumah sakit itu. Dan berharap agar pemerintah daerah (Pemda Mubar) bisa membantu meringakan beban saudara kami untuk melunasi utang, suaminya bisa pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga,” harapnya.

Terkait tunggakan biaya perawatan rumah sakit di Penang Malaysia, menurut Pakrun dirinya sudah berkoordinasi dengan BNP2TKI di Jakarta untuk mengurus surat keterangan tidak mampu dari desa asal. Surat keterangan tidak mampu itu selanjutnya ditujukan kepada KBRI di Penang Malaysia untuk meminta permohonan bantuan pelunasan biaya rumah sakit Atisai. (A)

 


Kontributor : Kasman
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini