Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang keberadaannya dikuatkan dengan Perpres No 62 Tahun 2010, berkeinginan mengendalikan kuantitas penduduk yang saat ini dirasa sudah sangat mengkhawatirkan. Dengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa menurut Sensus Penduduk 2010, Indonesia tidak hanya menduduki ranking empat dunia setelah China, India dan USA, tetapi juga memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi yakni 1,49 persen per tahun atau dalam hitungan absolut terdapat penambahan sekitar 4 juta jiwa per tahun yang kurang lebih setara dengan jumlah penduduk Singapura pada saat ini.
Pencanangan Kampung KB di Kelurahan Angilowu dihadiri Kepala Dinas Dukcapil, Camat Mandonga, Danramil dan sejumlah lurah di Kecamatan Mandonga. Pencanangan pertama di tahun 2019 ini merupakan kelurahan ke 23 yang telah ditetapkan sebagai kampung KB di Kota Kendari. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kendari Hasria Mahmud menjelaskan, pemerintah meluncurkan program ini bertujuan untuk mendukung program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) menuju keluarga sejahtera yang melahirkan generasi berencana Kota Kendari. “Program kampung KB dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat, khususnya mereka yang berada di wilayah pinggiran, terpencil, daerah aliran sungai, padat penduduk dan wilayah nelayan,” katanya. (https://detiksultra.com/kampung-kb-tingkatkan-kualitas-hidup-keluarga)
Dimana Negara Untuk Mensejahterakan Keluarga?
Kepadatan jumlah penduduk yang semakin besar ini, membuat pemerintah kian sulit memikirkan upaya agar keluarga miskin dan anak putus sekolah semakin berkurang. Jika ditilik dengan kacamata sistem kapitalis saat ini, dimana basis orientasi setiap individunya adalah materi, maka segala hal akan menjadi sulit bagi keluarga yang hanya memiliki penghasilan dibawah rata-rata pendapatan per kapita nasional. Seolah, kebutuhan keluarga yang memiliki banyak anak, akan semakin meningkat. Kondisi inipun diperparah dengan makin susah dijangkau nya segala kebutuhan pokok masyarakat.
Kesejahteraan dalam sistem saat ini akan selalu dikaitkan erat dengan tercukupinya kebutuhan dari segi materi. Pemahaman inipun kian memberikan ketakutan yang tidak berdasar untuk bisa memiliki bayak anak. Karena dengan banyaknya anak, otomatis akan membuat beban hidup semakin berat, dikarenakan kebutuhan semakin besar. Bagaimana kebutuhan akan pendidikan, kesehatan dan keamanan telah dibebankan kepada tiap-tiap kepala keluarga. Belum lagi masalah susahnya mencari lapangan pekerjaan atau membuka usaha.
Peran negara disinipun semakin dipertanyakan. Bagaimana pemerintah saat ini hanya bertindak sebagai regulator atau wasit sebuah pertandingan. Sedangkan kebutuhan masyarakat, diserahkan kepada provider swasta yang notabene hanya mengandalkan keuntungan materi. Jelaslah hal ini makin membuat kesejahteraan keluarga berada di nomer kesekian bagi pemerintah selaku pelindung bagi warganya. Walhasil, dengan makin meningkatnya jumlah penduduk, akan makin membuat tingkat kebutuhan individunya pun meningkat. Di sisi lain, pihak swasta yang diberikan wewenang untuk memenuhi kebutuhan keluarga tidak akan memikirkan kesejahteraan, karena orientasi tujuannya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Di era ini, tak akan ada makan siang gratis.
Belum lagi bahwa negara tidak memiliki peran untuk memberikan keyakinan kepada tiap keluarga bahwa ada Pencipta manusia yang mampu memberikan jaminan rejeki bagi masing-masing ciptaanNya. Karena pemisahan antara keyakinan terhadap Tuhan dan kehidupan inilah, akar persoalan bagi kesejahteraan keluarga. Keluarga sebagai motor penggerak terkecil dalam masyarakat tidak diupayakan secara maksimal untuk menjadi keluarga yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan negara. Karena segala kebutuhan pokok hanya dibebankan negara kepada tiap-tiap keluarga. Sekuleris buah dari kapitalisme inilah yang menjadi asas bahwa keluarga yang produktif adalah keluarga yang mampu mengatasi kebutuhan masing-masing anggotanya.
Kesejahteraan Keluarga Dalam Islam
Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak – anak. Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga degan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Islam merupakan ajaran yang komprehensif, selalu memberikan motivasi-motivasi terhadap kaum laki-laki dan perempuan untuk mengaktualisasikan diri secara aktif. Hal ini dapat ditemukan dalam al-Qur’an surah an-Nahl (16) ayat 97. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”
Keyakinan individu bahwa setiap yang bernyawa akan selalu memperoleh rejeki dari PenciptaNya akan selalu tertanam kuat dalam benak keluarga muslim. Oleh sebab itu, ketakutan dan kekuatiran tidak terpenuhinya kebutuhan masing-masing anggota keluarga tidak akan ada. Ketaqwaan individulah yang membuat keluarga Islami itu akan mampu bertahan untuk menghadapi segala cobaan dan ujian. Dengan demikian, tidak ada korelasi yang signifikan antara kesejahteraan keluarga dengan pertambahan jumlah anggota keluarga. Karena sejatinya dalam keluarga Islam, kesejahteraan tidak dihitung dengan sudut pandang materi.
Disisi lain, negara akan menjadi pengayom yang memberikan jaminan kebutuhan bagi rakyatnya. Kebutuhan pokok tiap keluarga akan senantiaa menjadi fokus utama negara. Selain sandang, pangan dan papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan adalah kebutuhan yang akan diberikan secara tuntas oleh negara melalui Baitul Maal nya. Kesejahteraan keluarga dalam Islam akan terlihat ketika konsep Islam diterapkan di segala lini kehidupan masyarakat. Rasulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin atas rakyatnya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dikeluarganya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya.” (Hadist Riwayat Bukhari)
Oleh : drg Endartini Kusumastuti
Penulis adalah Praktisi Kesehatan