ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Ada derita tersendiri bagi ribuan masyarakat di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) di era digitalisasi saat ini. Hampir setengah dari 33 desa/kelurahan di pulau itu tak terlayani jaringan, baik internet maupun telepon seluler.
Hal itu menjadi kendala bagi masyarakat dalam percepatan akses informasi. Tak hanya dikeluhkan masyarakat, namun hal itu itu pun menjadi keluhan pemerintah di beberapa kecamatan.
Mereka mengeluh sebab dalam setiap penyampaian laporan ke Pemerintah Kabupaten mesti dengan mencari lokasi di desa tertentu. Padahal, Kabupaten Bombana sudah 15 tahun terbentuk sebagai daerah pemekaran.
Camat Kabaena Tengah, Aljauhar yang membawahi tujuh desa di wilayahnya mengatakan, pihaknya sangat sulit untuk bisa berkomunikasi melalui jaringan. “Di sini kami sudah biasa tanpa jaringan, harus keluar sampai ke Kabaena Barat atau Kabaena Timur untuk mendapat akses jaringan yang cukup baik,” keluh Aljauhar di Kantornya belum lama ini.
Lanjut dia, pihaknya merasa cukup terbantu dengan adanya upaya dari Pemerintah Desa Lengora yang menyediakan jaringan wifi meskipun harus dengan metode pembayaran . ” Memang sudah ada alternatif bantuan jaringan wifi, tapi harus dibayar dan tentunya masyarakat kita tetap akan mengeluh karena keterbatasan pengguna,” ungkapnya.
Selain di wilayah Kabaena Tengah, hampir semua desa di Kabaena Selatan tak punya akses jaringan. Kecamatan Kabaena Selatan yang dipimpin Syamsul Hidayat itu hanya terdapat satu desa yang memiliki jaringan, itu pun hanya jaringan telepon, yaitu di Desa Langkema.
“Di sini hanya desa Langkema yang ada jaringan teleponnya. Sementara Desa Batuawu, Puununu dan Desa Pongkalaero sama sekali tidak ada jaringan, kami hanya andalkan tower mini saja, dan itu hanya bisa difungsikan saat menjelang magrib hingga pukul 06.00 Wita pagi,” ungkap Syamsul Hidayat.
Menurut Hidayat, pihaknya masih bisa mencari jaringan yang berjarak cukup dekat dengan kecamatan itu. Tidak sama seperti di Kabaena Tengah yang harus menempuh puluhan kilometer untuk bisa mengakses jaringan.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Bombana, Andi Idris menyampaikan, pihaknya sangat merasakan minimnya jaringan di Kabaena. Hal itu disampaikannya pasca monitoring dan evaluasi di enam kecamatan di pulau itu.
“Kita sudah lakukan monev (monitoring dan evaluasi) di sana. Memang kami akui sangat sulit untuk bisa mendapatkan jaringan internet dan telepon yang memadai, utamanya di Kabaena Tengah dan Kabaena Selatan,” terang Andi Idris di Rumbia, Sabtu (23/2/2019).
Melalui monev itu, kata Andi Idris, masih ada sekitar 15 desa yang tak terlayani jaringan. Di sana, ada yang tersedia jaringan telepon, tapi sulit bisa akses internet. Ada juga yang sama sekali tidak ada jaringannya,”.
Sebagai solusi, pihaknya telah mengusulkan 8 unit Base Transceiver Station (BTS) ke pemerintah pusat untuk memaksimalkan sistem jaringan di daerah itu. Beberapa unit BTS itu nantinya akan ditempatkan di beberapa lokasi di Kabaena dan sebagian BTS itu telah ditargetkan di beberapa lokasi di Poleang dan zona Rumbia selaku ibu kota Bombana.
“Kami sudah usulkan sejak akhir tahun 2018 di Kementrian Kominfo RI dan Kementerian Desa, Pembangunan Daetah Tertnggal dan Transmgrasi (Kemendes PDTT) untuk bantuan beberapa unit BTS dan provider jaringan, tapi hingga kini belum ada realisasi, kami pun masih menunggu,” ujarnya.
Andi Idris berharap, Kabupaten Bombana bisa mendapat bantuan sarana jaringan guna mewujudkan daerah yang merdeka sinyal di tahun 2020 nanti. (A)
Kontributor: Muhammad Jamil
Editor: Muhamad Taslim Dalma