Peringati Hari Kartini, Agista: Perempuan Harus Ingat Kodratnya

Ketua Tim Penggerak PKK Provinis Sultra Agista Aryani Ali Mazi
Agista Aryani Ali Mazi

ZONASULTRA.COM,KENDARI– Peringatan Hari Kartini setiap tanggal 21 April menjadi salah satu momen kebangkitan kaum perempuan.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinis Sultra Agista Aryani Ali Mazi mengatakan tidak dapat dipungkiri, pendidikan telah mengubah cara pandang seseorang dalam perpektif masa depan.

Menurutnya, beberapa tahun lalu perempuan masih jauh tertinggal di belakang laki-laki. Budaya di Indonesia mengkondisikan perempuan menjadi kelas nomor dua, di belakang laki-laki.

Namun saat ini perempuan telah setara dengan laki-laki dalam berbagai bidang. Pendidikan adalah kunci, dengan pendidikan cara pandang akan berubah menjadi lebih baik dan bijaksana.

“Pendidikan di sekolah harus dibarengi dengan pendidikan dalam keluarga. Pendidikan karakter harus menjadi pola didik dan asuh yang utama,” ungkap Agista saat ditemui di Rujab Gubenur Sultra, Senin (23/4/2019) sore.

(Baca Juga : Agista Minta Orangtua Tidak Nikahkan Anaknya di bawah Umur)

Seperti kata Kartini, “Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal.” (Kartini dalam Berilah Orang Jawa Pendidikan tertanggal Januari 1903).

Kartini juga mengajarkan untuk menuntut ilmu tetapi tidak lupa untuk mengamalkan ilmu tersebut. “Pergilah. Laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang palsu tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi”(Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902).

Baginya, semangat Kartini telah mendorong banyak perempuan berprestasi hingga sekarang perempuan yang bersekolah dan mencapai titik puncak dalam pendidikan dan karier.

Di banyak institusi pendidikan perempuan tidak lagi inferior, malah di sisi lain antuasisme belajar antara laki-laki dan perempuan lebih dominan perempuan. Rangking-rangking di sekolah saat ini didominasi perempuan.

Prestasi-prestasi akademik, ketrampilan public speaking, kemampuan berbahasa dan ketrampilan-ketrampilan yang menuntut ketekunan banyak dipegang oleh perempuan. Kepemimpinan perempuan dalam berbagai aspek, tidak dapat diragukan lagi.

Agista juga menjelaskan kepemimpinan yang utama adalah pemimpin bagi diri sendiri. Untuk memimpin orang lain, diperlukan ilmu, keterampilan dan pengetahuan yang baik dan memadai.

Seorang perempuan pemimpin, akan menjadi contoh bagi orang lain, bagi keluarga dan masyarakatnya. Kualitas perempuan dapat dilihat dari cara pandang positif nya dan memberi kebaikan bagi orang lain. Membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

“Perempuan itu sumber daya potensial, yang apabila diberi kesempatan akan maju dan meningkatkan kualitasnya secara mandiri dan menjadi penggerak dalam dimensi kehidupan dan pembangunan bangsa,” pungkasnya.

Namun masih ada fakta kurang menggembirakan bagi perempuan saat ini, dimana masih tinggi tingkat kekerasan pada perempuan, kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki, terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap fasilitas kesehatan yang lebih baik, masih tingginya angka kematian ibu, tingginya angka kekurangan gizi.

Kemudian kurangnya peran perempuan dalam lembaga publik yang lebih luas (seperti partisipasi di bidang politik dan jabatan strategis di bidang pemerintah) serta akses dan partisipasi perempuan dalam kepemimpinan masih rendah.

“Dengan mendorong kepemimpinan perempuan, maka fakta yang kurang menyenangkan seperti di atas dapat di kurangi secara perlahan,” tukasnya.

Tidak terlepas dari hal tersebut, ia melihat jika kemajuan perempuan di Sultra saat ini cukup pesat dan sudah memiliki peran dan berbagi aspek kehidupan.

Ia menegaskan meski perempuan saat ini punya peran penting dalam kehidupan untuk membantu pemenuhan ekonomi keluarga, tapi perempuan tidak mesti melupakan kodratnya.

“Kodrat perempuan yang tetap ngurus anak, ngurus suami, ngurus rumah. Itu tidak bisa ditinggalkan harus tetap menjadi prinsip utama,” pungkasnya. (b)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini