Protes Jalan Rusak, Warga Dua Desa di Koltim Tanam Pohon Pisang di Tengah Jalan

Protes Jalan Rusak, Warga Dua Desa di Koltim Tanam Pohon Pisang di Tengah Jalan
TANAM PISANG - Warga yang bermukim di desa Atolano dan desa Lere Jaya, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) terpaksa menanam pohon pisang di tengah jalan pada Selasa (28/5/2019). Selain pohon pisang, warga juga menanam ubi kayu, jati serta kelapa. (Samrul/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM,TIRAWUTA – Warga yang bermukim di desa Atolano dan desa Lere Jaya, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) terpaksa menanam pohon pisang di tengah jalan, Selasa (28/5/2019). Selain pohon pisang, warga juga menanam ubi kayu, jati serta kelapa.

Hal ini dilakukan warga sebagai ungkapan protes kepada pemerintah kabupaten, karena sampai kini belum sepenuh hati memperbaiki jalanan yang menuju desa mereka.

Kaur Pembangunan Desa Atolano, Muhammad Hatta mengatakan, kondisi jalan sejak dua tahun ini sangat memprhatinkan sekali. Selain berlubang, jalanan menuju desanya sangat licin dan berlumpur.

Baca Juga : Protes Jalan Rusak, Warga di Kendari Mancing di Kubangan Lumpur

“Apalagi saat ini musim hujan tambah parah. Kami saja sendiri jika ada urusan di kantor kecamatan terpaksa harus berhati-hati kalau melintas. Bahkan, kami harus menggunakan motor (ojek) pengangkut gabah,”katanya.

Menurut Hatta, kerusakan jalan yang menuju desa Atolano dan Lere Jaya sepanjang kurang lebih 4 kilometer. Dan hal itu sangat berdampak bagi perputaran ekonomi kedua desa tersebut. Kebanyakan hasil pertanian maupun perkebunan warga desa dilarikan ke kabupaten tetangga yakni Konawe Selatan (Konsel).

“Setiap musrembang (musyawarah rencana pembangunan) tingkat kecamatan selalu kami usulkan untuk di perbaiki dan diaspal. Bahkan, kami sudah dijanji untuk diaspal, tapi sampai sekarang belum ada. Biar tidak diaspal dulu, cukup pengerasan saja dulu. Tetapi jangan pengerasan seperti sebelumnya, sebentar-sebentar rusak lagi,”ujarnya.

Lebih lanjut kata Hatta, selain akses jalan, desa Atolamo juga berpotensi rawan banjir. Pasalnya, drainase sampai saat ini tidak ada.

Baca Juga : Banyak Ruas Jalan Rusak di Konsel, Kapolres Ingatkan Pemudik Berhati-hati

“Sebenarnya bisa kita bangun drainase tapi ini kan tidak boleh sebab masuk dalam jalan kabupaten. Kami berharap pemerintah kabupaten bisa segera memperbaiki kondisi jalanan kami. Karena ini merupakan akses utama kami menuju ibu kota kecamatan Lambandia,”ujar Hatta.

Akses medan jalan yang rusak parah juga dirasakan Kepala Desa (Kades) Lere Jaya, Amrun. Ia menyebutkan, dampak lain yang ditimbulkan dari kerusakan jalan adalah menurunnya pembelian harga gabah oleh pedagang. Tadinya, harga gabah per kilo mencapai 4.000 namun karena kondisi jalan, maka harganya tinggal 3.500.

“Sejak menjadi desa definitif pada tahun 2003 lalu (pemekaran desa Atolano), jalanan menuju ke Lere Jaya belum pernah diaspal sampai. Sebenarnya pak bupati pernah menjanjikan tapi belum ada,”tuturnya.

Amrun mengungkapkan, meskipun akses jalan masuk desa rusak parah, namun dirinya merasa bersyukur karena warganya telah menikmati listrik meskipun menumpang aliran dari Kabupaten Konsel.

“Seandainya tidak ada keluarga yang lolos terpilih jadi anggota dewan di Konsel mungkin di sini (Lere Jaya) masih gelap gulita disini,”ketusnya.

Di lain pihak, aparat desa Lere Jaya, Rohman menyampaikan, pemerintah kabupaten sebetulnya sudah pernah melakukan perkerasan jalan, tetapi tidaklah efektif. Setiap musim hujan turun, jalanan kembali berlubang, tergenang air, akhirnya licin dan berlumpur.

“Artinya, anggaran itu tidak efektif kalau tidak ditinggikan badan jalan. Biar pengerasan tapi hasilnya akan begini terus,”tutur Rohman.

Pantauan langsung awak zonasultra.id, untuk sampai ke desa Atolano dan Lere Jaya, harus melalui jalur Kelurahan Pinanggo Jaya. Sepanjang jalan menuju desa tampak berlubang, dan warga harus melewati jembatan yang terbuat dari batang pohon kelapa.

Jembatan itu sendiri dibuat secara swadaya. Sayangnya, kondisi jembatan sebagian telah rusak dan cukup membahayakan keselamatan warga yang melintas.

Sebelum sampai ke desa Atolano, bisa menjumpai bendungan pengairan (irigasi). Bendungan irigasi itu dapat menyuplai air persawahan di lima desa yaitu Atolano, Lere Jaya, Tinotu, Lowa dan desa Bou.

Di desa Atolano sendiri bermukim 200 lebih Kepala Keluarga (KK), mayoritas penduduknya bekerja sebagai pekebun dan petani sawah. Luas areal persawahan dua ratus hektar lebih, dan luas areal perkebunan sekitar 5.000 hektar.

Sementara di desa Lere Jaya, warga yang bermukim mencapai 352 kepala keluarga. Umumnya, mereka bersawah dan beternak sapi. Luas areal persawahan di desa Lere Jaya mencapai 1000 hektar lebih dan untuk luas lahan perkebunan sekitar 800 hektar.

Desa Lere Jaya pula merupakan desa ujung Kabupaten Koltim, berbatasan dengan desa Tombekuku,Kecamatan Basala,Konsel. Jarak diantara kedua kedua desa kurang lebih 1 kilometer. (a)

 


Kontributor : Samrul
Editor : Kiki

1 KOMENTAR

  1. Alangkah baiknx kalau kalian kumpukkan massa, kemudian kalian turun aksi damai untuk menyampaikan keluh kesa kalian, d bandingkan dengan hanya berbuat sedemikian rupa, yg belum tentu dapat di pertimbangkan oleh pemerintah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini