Yati Lukman Abunawas, Pernah Buka Usaha Potong Rambut Hingga Jadi Legislator Sultra

Yati Lukman Abunawas
Yati Lukman Abunawas

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Salah satu tulisan Yusran Taridala tahun 2015 berjudul “Lukman Abunawas : Merakyat dalam Kesederhanaan” menggambar profil singkat dari Yati Lukman Abunawas, istri dari Lukman Abunawas yang kini menjadi Wakil Gubenur Sultra.

Dalam tulisannya ini disebutkan, Yati lahir di Wawotobi, Konawe pada tanggal 9 September 1959. Ia adalah anak dari pasangan Pisi dan St. Norma. Ayahnya memiliki darah campuran Cina-Tolaki, dan merupakan seorang pebisnis ulet dimasanya dan dikenal memiliki usaha perdagangan retail (memiliki kios besar) serta usaha pengumpulan dan penjualan rotan di Wawotobi.

Sedangkan ibunya adalah seorang putri bangsawan Kasipute (Wawotobi) yang bersaudara kandung dengan Siti Aminah, Istri Abdul Rasak Porosi, Mantan Bupati Kendari tahun 1993 – 2003.

Yati menamatkan pendidikan SD pada tahun 1974 dan tamat SMP tahun 1977 di Wawotobi. Setelah menikah dan ikut suami Lukman Abunawas merantau ke Makassar pada akhir tahun 1977 hingga tahun 1983, Yati sempat menunda melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA.

Kala itu, Yati sempat mengikuti kursus kecantikan di Salon Sayonara Makassar sambil membantu suami mencari penghasilan tambahan dari usaha berjualan kue di kantin SMP Ramayana Makassar dan membuka usaha jasa gunting rambut di rumah kontrakan mereka di Maros.

Baca Juga : Istri Wagub Sultra Yati Lukman Tutup Usia

“Saat itu LA sudah menjadi PNS di Pemda Maros dengan golongan II/a,” ungkap Yusran dalam tulisannya.

Sekitar Ferbruari tahun 1982, Yati sempat pulang kampung ke Wawotobi selama beberapa hari untuk mendaftarkan diri ke SMA Wawotobi, lalu kembali ke Maros hingga beberapa bulan sesudahnya.

Pada tahun 1983, Yati dan kedua anaknya diboyong suami pulang menetap ke Kendari. Ia pun langsung melanjutkan pendidikanua di SMA Wawotobi hingga tamat pada tahun 1984.

Kemudian, hanya beberapa bulan setelah memperoleh ijazah SMA, Yati mengikuti jejak suami di jalur birokrasi dengan masuk menjadi PNS di Pemkab Kendari, waktu itu pemerintahan dibawah kendali Andry Djufry tepatnya tanggal 1 Maret 1985 dengan golongan II/a.

Saat LA menjabat sebagai Kadis Tata Ruang Kabupaten Kendari tahun 1998, Yati melanjukan pendidikan S-1 jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Terbuka hingga meraih gelar S.Ip pada tahun 2002.

Tahun 2003 ia pun menjadi ibu Bupati. Selama masa itu, Yati mulai melewati rutinitas panjang mendampingi tugas suami sebagai ketua tim penggerak PKK Kabupaten Konawe selama dua periode. Ketua Dharma Wanita Persatuan, sekaligus pernah menjabat sebagai ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kabupaten Konawe.

“Masa-masa panjang ini pun dilaluinya dengan segenap suka dan duka yang datang silih berganti. Sebagai ibu Bupati, ia tentu bangga dan merasa dihargai oleh banyak orang, meski itu pun harus dibayarnya dengan waktu dan tenaga yang cukup banyak terkuras untuk melayani dan mendengar keluhan orang-orang di sekitarnya,” pungkas Yusran.

Akan tetapi lanjut Yusran dalam tulisanny, Yati juga harus sering mengurut dada di saat tertentu, terutama bila sang suami menghadapi masa-masa yang sulit.

Sebagai istri, Yati tentu saja ikut susah bila suaminya mendapati masalah. Demikian pula sebaliknya, ia tersenyum dan menikmati hidupnya sebagai ibu Bupati bila sang suami sedang tersenyum.

Mendampingi sang suami sejak tahun 1977, Yati – atau sering disapa dengan panggilan akrab ‘mamanya Arni’ sejak awal memang tak hanya diam di rumah sebagai ibu rumah tangga tulen.

Kembali ke-kesehariannya di Unaaha sebagai ibu Bupati, Yatu menjalani hari-harinya dengan bersahaja dan terus melebur dalam pergaulan sosial bersama ibu-ibu PKK, Dharma Wanita dan majelis taklim di desa-desa.

Memasuki tahun terakhir masa jabatan suaminya sebagai Bupati Konawe, Yati mulai merasa letih berada dalam lingkungan birokrasi. Pada kesempatan berdua dengan suami, ia pernah mengatakan akan mundur dari PNS dan mencari partai untuk maju bertarung sebagai calon anggota legislatif.

Sang suami pun setuju. Kata-kata itu kemudian dibuktikan Yati pada beberapa hari setelah masa jabatan LA sebagai Bupati Konawe berakhir. Yati mengundurkan diri dari PNS dan meninggalkan jabatan terakhirnya sebagai Kepala Bidang Sosial Budaya pada kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat desa (BPMD) Kabupaten Konawe dengan pangkat golongan IV/b.

Menjelang Pemilu legislatif tahun 2014, Yati memutuskan untuk masuk ke partai Nasional Demokrat (Nasdem) Sultra. Meski sempat diajak oleh Kery Syaiful Konggoasa yang waktu itu menjadi Ketua DPD PAN Konawe untuk masuk ke PAN, namun, merasa terlanjur berada di Nasdem, Yati tetap bersikukuh memulai karir politiknya di partai besutan Surya Paloh itu.

Pilihan politik Yati ketika itu ternyata tepat. Menjadi caleg di partai itu, ia akhirnya berhasil terpilih menjadi anggota DPRD Sultra mewakili Dapil Konawe – Konawe Utara (Konut) untuk masa jabatan 2014 – 2019.

Di pihak lain, ia bisa tetap kembali mendampingi suami di Kendari yang telah menjabat sebagai Sekda Provinsi.

Pada tahun 2019, statusnya berubah menjadi ibu wakil Gubernur Sultra, dan kembali terpilih sebagai anggota DPRD Sultra periode kedua di dapil yang sama. (B)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini