ZONASULTRA.COM, LAWORO – Limbah pipa paralon polivinil klorida (PVC) ternyata dapat dijadikan sebuah peluang usaha melalui kerajinan tangan. Hasilnya dapat bernilai harga yang lumayan, tentu di tangan mereka yang terampil dan mau belajar.
Dia adalah Irman Asmani (28) warga Desa Wandoke, Kecamatan Tikep, Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dapat mengubah limbah pipa paralon PVC menjadi aneka furnitur. Dengan ukiran yang rapi dan indah, berupa lampu hias, vas bunga, souvenir, hiasan unik rumahan, celengan anak, stand air gelas, asbak rokok, gantungan kunci, dan lain sebagainya dapat sibuatnya.
Saat dijumpai awak ZONASULTRA.COM, Irman mengaku belajar keterampilan ukir berawal dari bambu ini sejak tahun 2017 yang lalu. Tak lama kemudian, ia mencoba menggunakan bahan pipa paralon dengan menonton video-vodeo di Youtube.
“Untuk belajar membuat aneka furnitur seperti lampu hias dan lainnya itu, saya otodidak. Saya belajar melalui Youtube dan mencoba membuat sendiri, alhamdulillah saya bisa membuat walaupun pertamanya dari bahan bambu,” kata Irman di rumahnya, Minggu (14/7/2019).
Baca Juga : Tahun ini, Pemda Mubar Adakan Satu Unit Mobil Damkar
Kata Irman, kurang lebih satu tahun dirinya sempat vakum dari kerajinan tangan yang dibuatnya karena bahan baku yang sangat susah didapatkannya dan harganya pun mahal. Melihat perkembangang beberapa kerajinan tangan yang ditampilkan di televisi dan mempunyai peluang bisnis yang sangat besar maka di awal tahun 2019 tepatnya 16 Januari ia kembali menekuni usaha kerajinan tangan tersebut.
Dengan modal kurang lebih Rp20 juta, ia membeli alat kelengkapan. Seiring dengan peningkatan kualitas produksi hasil kerajinannya maka semakin banyak yang meminati, termasuk dari masyarakat Mubar. Ia kemudian langsung membeli beberapa alat perlengkapan yang sederhana untuk menunjang produksinya.
“Saya mencoba mendirikan usaha sendiri dengan menamainya brand N&N Craft dan merekrut dua karyawan yang betul-betul mempunyai keahlian dasar ukir mengukir. Sekarang saya bersama dua karyawan kini merintis usaha mikro daur ulang limbah paralon dengan mengangkat tema selamatkan lingkungan dari limbah plastik,” tuturnya.
Irman menjelaskan dalam berkreasi aneka furnitur harus memiliki kesabaran dan keahlian khusus mengukir. Saat ditanyai terkait tingkat kesulitan dan berapa waktu yang dihabiskan untuk mengukir sebuah lampu hias, ia menjawab waktu yang dibutuhkan semisal untuk membuat kaligrafi sekitar tiga jam. Sampai saat ini ia menemui kesulitan dalam mengukir sebuah kaligrafi dan karakter kartun.
“Dangan membuat ukiran lampu hias itu butuh waktu sekitar 1 sampai 2 jam. Yang paling lama itu adalah finishing, amplas, cat dan pengeringan bisa sampai 1 sampai 2 hari lamanya,” jelasnya.
Meski demikian, Irman tak ingin muluk-muluk, sebab bisnis yang dijalani sekarang bukanlah semata-mata mencari uang. Kerajinan tangan yang dibuatnya ini, adalah sebagai karya seni yang memang disukainya.
Saat ini, ada beberapa pelanggan yang memesan hasil karya seninya itu, baik yang ada di Mubar dan bahkan sampai ke Makassar, Kendari dan Bau-bau. Untuk harga, ia mematok sesuai kesulitan atau kerumitan dalam membuat sebuah produk.
“Untuk harga mulai dari Rp100 ribu hingga Rp350 ribu. Kalau di luar Mubar itu pasti butuh ongkos kirimnya. Sejauh ini, yang memesan produk yang saya buat banyak dari luar seperti Baubau, Kendari, dan Makassar,” tuturnya.
Baca Juga : Tujuh Atlet Takraw Mubar Wakili Sultra di Pra PON Makassar
Lebih lanjut, kata pengusaha muda ini, untuk penghasilan per bulan tergantung banyak atau tidaknya pesanan yang masuk. Kalau pesanan banyak, terkadang Rp2 juta sampai Rp3 juta rupiah dan kalau pesanan sedikit sekitar Rp800 ribu.
Modal yang dikeluarkan untuk membeli pipa paralon sebanyak Rp800 ribu. Saat ditanyai apakah pengasilan per bulan dari memasarkan produknya mencukupi, ia menjawab mencukupi untuk kebutuhan sehari-harinya.
Untuk memasarkan hasil kerajinan seni ukir ini, kata Irman, ia memasarkan lewat media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Menurutnya, penerimaan masyarakat terhadap hasil karyanya sangat antusias.
Saat ini Irman terkendala pada fasilitas alat kelengkapan dalam membuat desain. Sebab, alat yang dimilikinya masih sederhana. Ia kekurangan alat untuk membuat desain lewat komputer, mesin ukir otomatis, oven pengering otomatis, komputer dan digital printing.
Menurutnya, alat yang diingikan itu butuh modal yang cukup banyak, dan jika alat tersebut dapat dimilikinya dapat memproduksi jumlah yang cukup banyak. Kalau dikerja dengan alat manual pastinya lambat selesainya. Sejauh ini, dalam satu hari ia hanya dapat membuat tiga sampai tujuh buah furnitur.
“Kalau saya buat sendiri bisa sampai tiga hasil ukirannya seperti lampu hias atau vas bunga. Kalau dengan karyawan saya bisa sampai tujuh buah dalam satu hari karena butuh waktu amplas, pengecetan sampai pengeringan,” ucapnya.
Irman menuturkan, saat ini ada beberapa model lampu hias yang siap diantar jika ada yang memesan. Satu bulan yang lalu, kurang lebih ada 40 pesanan dengan harga bervariasi, tergantung kerumitan dan bentuknya.
Untuk melancarkan usahanya ini, ia membuat proposal permohonan bantuan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Muna Barat (Mubar) yang ditujukan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Sosial dan beberapa instansi terkait.
“Jika nantinya, ada pameran, bisa hasil kerajinan saya ini ikut dipamerkan seperti pada Halo Sultra yang lalu dan membawa nama Pemda Mubar,” ucapnya. Selain itu, dirinya berharap ke depan kerajinan seni yang dibuatnya dapat berkembang, hingga dapat masuk ke pasar nasional maupun mancanegara.
Sementara itu, Hasrul (28) warga Kelurahan Tiworo, Kecamatan Tikep, selaku temannya mengaku sangat kagum dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki teman semasa kecilnya itu. Ia melihat seluruh hasil ukiran Irman sangat bagus dan berharap ke depan bisa lebih berinovasi lagi.
“Ini bisa menjadi motivasi bagi kalangan pemuda, bahwa limbah pun kalau kita pandai mengolah dan berinovasi, akan tentu bisa bernilai ekonomis,” kata Hasrul.
Untuk itu, dia berharap ke depannya tentu bisa menyerap lapangan pekerjaan, jika inovasi dan kreasinya terus berkembang, makanya butuh sentuhan pemerintah. Sebab itu, bagian dari pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di bidang ekonomi kreatif. Selain itu, juga bisa menjadi Mitra pemerintah dalam hal pengembangan souvenir dan cendera mata khusus dari Kabupaten Muna Barat. (B/SF)