ZONASULTRA.COM, KENDARI – Meski kaya dengan potensi sumber daya alam berupa hasil pertanian dan perkebunan, Sulawesi Tenggara (Sultra) belum mampu memaksimalkan hal tersebut. Terbukti, 8 komoditas unggulan Sultra yang mestinya bisa diekspor, hingga kini belum mampu menembus pasar ekspor.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II A Kendari, Laode M. Mastari mengungkapkan, kedelapan komoditas unggulan Sultra itu yakni kopra, kakao, beras, jambu mete, cengkeh, jagung, lada, dan kemiri.
“Sultra memang kaya akan potensi pertanian serta perkebunan, namun itu semua belum dimanfaatkan secara optimal. Terbukti 8 komoditas yang harusnya dapat ekspor, hingga saat ini belum juga menembus pasar ekspor,” ucap Mastari saat ditemui awak media, Selasa (13/8/2019).
Menurutnya, kedelapan komoditas unggulan tersebut hanya mampu dipasarkan secara domestik. Misalnya beras punya potensi ekspor, hanya tidak mampu dikelola dengan baik.
“Padahal dari data yang ada, Sultra mengirim beras keluar secara domestik ke daerah Sulawesi Selatan dan Sumatera. Tapi karena para petani kita mengirimnya dengan kemasan yang kurang menarik dengan harga rendah, sehingga kurang diminati,” terangnya.
Di Makassar dan Sumatera, produk dari Sultra kembali dikemas dalam bentuk yang lebih baik sehingga pasarnya lebih luas dan mahal. Bahkan kata dia, diketahui untuk beras yang beredar di pasaran Sultra kebanyakan dari Makassar.
“Ini sangat miris, padahal kan kita yang produksi sendiri, dijual ke luar daerah. Daerah lain mencampur dengan beras mereka, mengemas lebih baik dan kembali lagi ke Sultra,” ungkapnya.
Jambu mete sebagai ikon daerah, sebenarnya sudah menembus pasar ekspor. Namun kata dia, seluruh ekspornya bukan berasal dari Sultra, tapi dari daerah Makassar, padahal jambu mete merupakan salah satu produk unggulan perkebunan di Sultra. Potensi ekspor itu malah menjadi pasar bagi daerah lain.
Mastari menjelaskan, berdasarkan grafik perkiraan nilai rupiah untuk komoditas unggulan pertanian yang potensi ekspor per tahun 2019 hingga Juni, namun terekspor oleh daerah lain yakni kopra dengan total volume sekitar 16,8 juta kilogram (kg) memiliki nilai rupiah mencapai Rp35 miliar. Selanjutnya, komoditas kakao dengan total volume 3,5 juta kg, perkiraan nilai rupiahnya mencapai Rp148 miliar. Komoditas beras dengan volume sebanyak 8,2 juta kg, perkiraan nilai rupiahnya mencapai Rp53 miliar.
Sementara untuk komoditas jambu mete total volume sebanyak 3,9 juta kg dengan perkiraan nilai rupiah mencapai Rp74 miliar, cengkeh total volume 1,04 juta kg dengan perkiraan nilai rupiah mencapai Rp107 miliar, serta jagung 5,1 juta kg dengan perkiraan nilai rupiah mencapai Rp16 miliar.
“Tapi kita berharap pemerintah, bisa lebih memperhatikan komoditas pertanian tersebut, sebab masyarakat tetap memproduksi itu. Namun pasarannya di Sultra masih belum menjanjikan, sehingga mereka lebih memilih langsung menjual secara domestik di daerah-daerah lain, seperti Makassar, Surabaya, Kalimantan serta Sumatera,” ujarnya.
Ia pun berharap, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra dapat membuat regulasi terkait pasar untuk produk pertanian di Sultra. Pemprov juga dapat meminta perusahaan masuk untuk mengolah segala potensi yang ada di setiap daerah. (B)