Sosok Brigadir Agus Hartono, Ubah Limbah Plastik Jadi BBM Hingga Ngajar Anak Putus Sekolah

Sosok Brigadir Agus Hartono, Ubah Limbah Plastik Jadi BBM Hingga Ngajar Anak Putus Sekolah
INOVASI BHABINKAMTIBMAS - Brigadir Agus Hartono membuat alat konversi limbah plastik menjadi bahan bakar serupa solar dan bensin. Inovasi ini menjawab permasalahan sampah di wilayah kerjanya di Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka. (Foto Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Nama Brigadir Agus Hartono mulai dikenal atas inovasinya membuat alat konversi limbah plastik A.H 19 November. Suatu alat pembakaran yang bisa mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak serupa solar dan bensin.

Brigadir Agus Hartono saat ini tercatat sebagai personel Kepolisian Resor (Polres) Kolaka. Pria kelahiran Kendari, 3 Oktober 1988 ini bertugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat atau Bhabinkamtibmas Kelurahan 19 November, Polsek Wundolako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Selaku Bhabinkamtibmas, Agus memiliki beberapa kegiatan rutin seperti patroli, kunjungan ke rumah warga, dan mendengar pendapat dan masukan warga. Berawal dari diskusi, banyak warga yang mengeluhkan masalah sampah. Pada saat hujan, banyak rumah warga yang kebanjiran. Apalagi di wilayah Kelurahan 19 November ini belum terjangkau mobil pengangkut sampah dari pemerintah.

“Sampahnya dibuang begitu saja oleh masyarakat atau dibakar,” kata Agus ditemui di Kolaka, Minggu (25/8/2019).

Dan kebiasaan membakar sampah plastik ini bukan menjadi solusi. Malah menimbulkan masalah lainnya yang dapat membahayakan kesehatan. Berangkat dari hal tersebut, ia kemudian mencari tahu bahan pembuatan plastik yang menjadi sampah terbanyak yang dihasilkan oleh masyarakat.

Agus mulai melakukan pencarian di internet. Lewat pencariannya di internet dia mengetahui bila plastik terbuat dari molekul minyak bumi. Muncullah ide untuk mengembalikan plastik ini menjadi bentuk aslinya agar bisa bermanfaat.

Sosok Brigadir Agus Hartono, Ubah Limbah Plastik Jadi BBM Hingga Ngajar Anak Putus Sekolah

Agus lalu mulai belajar mencari tahu cara mengurai plastik. Ia mempelajarinya kurang lebih dua tahun. Pada 2018, ia sudah bisa memisahkan antara bensin dan solar. Ia yakin karena warnanya beda dan titik didih apinya saat dibakar menggunakan api juga berbeda.

Agus bercerita, ketika itu ia meminta kepada lurah untuk menyalipkan kegiatannya agar bisa mengikuti lomba kelurahan. Dengan maksud agar pemerintah daerah mengetahui kegiatannya tersebut. Namun, malah kegiatannyalah yang mendapatkan perhatian dari pemda. Ia kemudian disarankan mengikuti lomba Inovasi Tepat Guna 2018.

Saat itu ia hanya membawa alat yang dimiliki sekadarnya pada lomba di tingkat kabupaten. Sempat menerima tertawaan dari peserta lainnya, karena alatnya yang paling biasa. Di mana, hanya rangkaian alat yang juga terbuat dari barang-barang bekas.

“Saya melakukan presentasi tentang ide, niatan, dan hasil karya. Alhamdulillah saya bisa menang di tingkat kabupaten. Kemudian mewakili kabupaten di tingkat provinsi dan menjadi juara, sampai mewakili Sultra di ajang Pameran Inovasi Tepat Guna di Bali pada waktu itu,” cerita Agus.

Sosok Brigadir Agus Hartono, Ubah Limbah Plastik Jadi BBM Hingga Ngajar Anak Putus Sekolah

Sekembalinya dari Bali, ia lalu berkoordinasi dengan Balitbang Kolaka. Sehingga, pemerintah daerah setempat memberikan bantuan senilai Rp170 juta guna pengembangan alat pembakaran milik Agus.

Agus menuturkan, kegiatan ini ia mulai sejak 2016 sampai 2017. Pengerjaannya masih menggunakan alat ala kadarnya, dan hanya menghasilkan minyak mentah, tetapi saat dibakar sudah bisa menyala. Selanjutnya, pada Januari 2018 ia baru bisa memisahkan antara bensin dan solar. Alat sederhana tersebut terbuat dari bekas kaleng cat, wadah rice cooker, selang bekas, pipa bekas.

Adapun jenis plastik yang menghasilkan bahan bakar paling bagus berdasarkan uji coba yang ia lakukan adalah jenis High Density Polyethylene (HDPE) atau polietilena berdensitas tinggi seperti kantong plastik, kemasan deterjen, kemasan mie instan, kemasan minuman, kursi, kap motor, dan lainnya.

“Yang paling terbaik menghasilkan bahan bakar itu HDPE jenis plastik. Di mana per kilogramnya menghasilkan 0,8 liter,” jelasnya.

Agus menuturkan, dari proses pembakaran itu lebih banyak menghasilkan bahan bakar jenis solar. Sebutnya, perbandingan solar 70 persen, sementara bensin 30 persen. Namun untuk besaran oktannya, ia belum bisa memastikan karena harus melalui uji lab terlebih dahulu.

“Insyaallah, dengan anggaran yang diberikan oleh pemda itu, saya berencana melakukan uji lab di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia,” tambahnya.

Mengajar Anak Putus Sekolah

Disela-sela kesibukan menjadi seorang Bhabinkamtibmas, Agus juga menyempatkan diri mengajari anak-anak yang putus sekolah di wilayah kerjanya, secara gratis. Setiap sore pada hari Rabu dan Sabtu, Agus pergi ke salah satu rumah warga tempat anak-anak tersebut berkumpul.

Agus mengajarkan anak-anak tersebut baca tulis, berhitung, dan bahasa Inggris. Selain anak-anak, Agus mengajarkan pula orang tua di wilayah tersebut berbagai keterampilan seperti bertani dan berternak secara cerdas.

Sosok Brigadir Agus Hartono, Ubah Limbah Plastik Jadi BBM Hingga Ngajar Anak Putus Sekolah

Bahkan, ia menyisihkan sebagian gajinya agar anak-anak putus sekolah di Kelurahan 19 November bisa memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan membelikan buku dan alat tulis untuk anak yang ia didik.

Inisiatif mengajari anak-anak putus sekolah ini, jelasnya, agar mereka tidak lagi beralasan membantu orang tua bekerja mencari kayu di hutan.

# Pendidikan

Agus pernah menyelesaikan pendidikan D-3 pada Jurusan Ekonomi di STIE LPI, Makassar. Kemudian, pada 2010 ia mengikuti tes penerimaan polisi. Sebelum itu, ia sempat berencana untuk bekerja setelah menamatkan pendidikan D-3 sebelum melanjutkan kuliah S-1.

“Terus terang ketika kuliah, penuh dengan perjuangan. Niat saya waktu itu mau kerja dulu sambil ngumpul uang buat di tabung baru kuliah lagi. Saya tidak sempat ikut wisuda, cuman ambil ijazah terus ke Kendari,” jelasnya.

Kata dia, ia pernah mendaftar di Bank Indonesia. Tidak ingin terlalu lama menganggur, karena rentang waktu antara tes dan pengumuman lumayan lama, akhirnya Agus mendaftar penerimaan polisi. Menurutnya, agar dia bisa berkegiatan, sebab sempat cari kerja yang lain tetapi belum membuahkan hasil.

Setelah mengikuti tahapan tes penerimaan polisi, Agus kemudian dinyatakan lulus dan ditempatkan di Polres Kolaka. Pertama kali bertugas di Polres Kolaka pada Satuan Reserse Narkoba. Lalu dimutasi pada bagian perencanaan. Sampai akhirnya pindah di Polsek Wundulako bertugas sebagai Bhabinkamtibmas (2015 – sekarang)

Agus menamatkan pendidikan sekolah dasarnya di SD Negeri 1 Padangguni, Abuki. Lalu, lanjut di SMP Negeri 2 Abuki, dan SMA Negeri 1 Unaaha, serta kuliah D-III di STIE LPI Makassar.

Penghargaan

Berkat inovasi dan kerja kerasnya, Agus mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari atasannya di kepolisian maupun pemerintah daerah.

Pada 2016, ia terpilih menjadi Bhabinkamtibmas Terbaik Polda Sultra. Sehingga, mewakili Sultra pada tingkat nasional mengikuti Lomba Pengembangan Perpolisian Masyarakat (Polmas). Dikarenakan mendapatkan juara dalam lomba tersebut, Agus berkesempatan mengikuti studi banding di Jepang.

Pada 2017, Agus kembali terpilih menjadi Bhabinkamtibmas Teladan Polda Sultra. Pada tahun 2018, baik tingkat kabupaten maupun provinsi, Agus mendapatkan penghargaan karena berhasil menjadi juara satu dalam lomba Inovasi Tepat Guna.

Ia juga mendapatkan penghargaan dalam ajang Police Celebrity Awards sebagai Bhabinkamtibmas Inovatif yang dapat membantu pemerintah dan masyarakat menangani limbah plastik yang dilaksanakan di Gedung PTIK, Jakarta.

Pada tahun 2019, Agus menerima penghargaan sebagai Bhabinkamtibmas Terbaik dan Berprestasi dari Kepala Barhakam Polri. Selain itu, ia pun mendapat peringkat pertama sebagai Polisi Teladan pada ajang Kapolri Cup, Polres Kolaka.

Keluarga

Agus menikah dengan Putri Hijrawati pada 2013. Ia pertama bertemu sang istri di Rumah Sakit Benyamin Guluh, Kolaka. Ketika itu, Agus menjenguk salah seorang tetangganya yang sedang sakit. Sedangkan, sang istri sementara menjalani praktik di rumah sakit tersebut.

Tak cukup setahun berkenalan, keduanya memutuskan menikah pada tahun 2013. Keduanya kini dikaruniai seorang putra bernama Muhammad Raihan Segi Dewantara dan seorang putri yang diberi nama Dewi Rizkiana.

Agus lahir dari pasangan Suparno dan Karnati. Ayah Agus, merupakan seorang pegawai Dinas Pertanian di Unaaha, Kabupaten Konawe. Sementara sang ibu merupakan ibu rumah tangga. (*/SF)

 


Kontributor: Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini