Film The Santri garapan sutradara Livi Zheng yang diapresiasi oleh PBNU baru-baru ini viral menuai protes diberbagai kalangan masyarakat dan para tokoh ulama, walaupun film tersebut belum selesai digarap. Salah satunya adalah Ketua Umum Front Santri Indonesia (FSI), Hanif Alathas, yang juga menantu Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Menurut Hanif, film itu tidak mencerminkan akhlak dan tradisi santri yang sebenarnya, (CNNIndonesia.com).
Belum lagi dari ulama besar, Ustad Abdul Somad (UAS), dia berpendapat 2 hal, pertama “haram hukumnya masuk ke rumah ibadah orang lain. “Haram. Tegas UAS. Kedua, tentang masalah laki-laki dan perempuan berdua- duaan tak mahrom, (tribunpontianak.co.id). Yang digambarkan dalam trailer film the santri.
Ya, dari sinopsis film the santri yang diperankan oleh Azmi Iskandar, Winda Mansur, dan Veve Zulfikar sungguh tidak mengisahkan kehidupan seorang santri. Yang mana dalam film tersebut ada upaya sinkretisme (mencampuradukkan) ajaran Islam dengan ajaran agama lain. Pun juga upaya liberalisme (kebebasan berprilaku) bagi seorang santri. Ada beberapa adegan ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan perempuan, kemudian aktivitas khalwat (berduaan) tanpa mahrom yang sepatutnya dijauhkan dari sikap seorang santri.
Bukan hanya itu, dalam film the santri, para santri pun secara tidak langsung digiring agar berkiblat kepada Amerika Serikat, bukan kepada Sang Illahi.
Seyogianya pesantren merupakan wadah guna mencetak generasi-generasi yang berkualitas, taat pada agama, mampu membedakan mana yang haq dan yang bathil, pun juga menjadikan al-Quran dan As-Sunnah sebagai tolak ukur dalam perbuatannya. Pesantren pun juga menjadi solusi bagi sebagian masyarakat di tengah hiruk pikuk maraknya perilaku amoralisasi generasi muda saat ini. Tak sedikit para orang tua yang meyakini bahwa pesantren bisa membuat putra putri mereka memiliki akhlak dan moral yang lebih baik dibanding dengan masyarakat lainnya.
Inilah propaganda kaum kapitalis yang ingin menjauhkan peran pesantren dan santri yang sesungguhnya. Melalui film the santri pelan tapi pasti mereka menyusupkan budaya-budaya dan pemikiran barat di kehidupan para santri yang menjadi panutan bagi masyarakat. Sehingga dengan kehidupan santri yang digambarkan lekat dengan sinkretisme, ikhtilat, dan khalwat, masyarakat akan beranggapan bahwa hal tersebut boleh dilakukan oleh kaum muslimin, padahal sejatinya tidak.
Barat akan senantiasa mencari cara untuk menghancurkan Islam dengan berbagai dalih. Mereka berusaha membungkus pemikiran sekuler dengan menyusupkannya di kehidupan Islam. Upaya- upaya ini dilakukan guna menghancurkan pemikiran masyarakat Islam, terkhusus para generasi yang seyogianya merupakan pewaris tongkat estapet kepemimpinan masa depan.
Oleh sebab itu, sungguh sangat krusial untuk diwaspadai adanya upaya-upaya membelokkan potensi santri yang sesungguhnya. Terlebih untuk mengokohkan upaya liberalisme dan sekulerisme di dalam kehidupan santri, bahkan masyarakat. Kurangnya penjagaan negara terhadap akidah umat pun, juga membuat kita harus lebih waspada terhadap hal-hal yang dapat membuat akidah dan perilaku kita melanggar aturan Sang Illahi. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa negara kita juga menganut sistem kapitalis sekuler (pemisahan agama dari kehidupan).
Islam bukan hanya agama ritual semata, melainkan seperangkat aturan yang harus diterapkan dalam kehidupan manusia sehari-hari secara kaffah (menyeluruh). Sehingga inilah yang harus ditanamkan dalam jiwa para santri dan dalam kehidupan pesantren. Mengingat santri merupakan seorang yang mendalami ajaran Islam, dan orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, serta orang yang shalih.
Oleh sebab itu, amat disayangkan jika di kehidupan pesantren, dan para santri justru menghalalkan perilaku mendekati zina, ikhtilat, dan mencampuradukkan yang haq dan yang bathil. Karena Allah melarang hal yang demikian dan membencinya. Sebagaimana Firmannya ” Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah [02]: 42).
Sudah saatnya kaum muslimin, terkhusus generasi dan para santri menyadari peran strategis mereka. Dimana para santri merupakan garda terdepan pembela agama Allah. Mereka bagaikan motor pengerak kebangkitan kaum muslimin, dan mereka juga merupakan penjernih dari racun-racun pemikiran barat yang kian deras merasuki pemikiran umat muslim.
Sudah saatnya pula kita menolak berbagai paham liberalisme yang terus dipropagandakan oleh barat melalui berbagai dalih, salah satunya melalui film “The Santri” yang akan ditayangkan pada bulan oktober mendatang dalam hal menyambut hari santri. Wallahu A’alam Bisshawab.
Oleh : Siti Komariah, S. Pd. I
(Komunitas Peduli Umat)