ZONASULTRA.COM, KENDARI – Insiden penembakan saat demonstrasi menolak sejumlah revisi undang-undang (RUU) di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (26/9/2019) diutarakan oleh seorang saksi mata yang berhasil ditemui oleh Zonasultra, di Kota Kendari, Jumat (27/9/2019) malam.
Saksi mata yang enggan disebutkan namanya menuturkan, pertama kali melihat Yusuf Kardawi tergeletak jatuh. Saat itu, sekitar pukul 15.40 wita, bentrok antara mahasiswa dengan polisi pecah. Polisi berusaha memukul mundur mahasiswa yang sedang mencoba mendekati gedung DPRD.
Aparat kepolisian saat itu berada di depan Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sultra. Sedangkan mahasiswa berada di Jalan Abdullah Silondae depan Kampus AMIK Catur Sakti Kendari.
“Yusuf ditangkap terus dipukuli oleh orang berseragam polisi dan berpakaian preman. Dia sudah tidak berdaya, saya mencoba menyelamatkan. Saat berada di dekat Yusuf yang sedang terjatuh, lalu saya sempat ditodongkan pistol oleh orang berpakaian preman,” bebernya.
(Baca Juga : Polisi Temukan 3 Selongsong Peluru di Lokasi Terkaparnya Yusuf dan Randi)
Dia mengaku tidak mengenali siapa oknum itu, apakah polisi ataupun bukan. Tapi saat itu, ia tak mau banyak berpikir, mahasiswa itu langsung lari dengan cara zig zag dan melompat-lompat menghindari tembakan.
Situasi kemudian kembali ricuh, para pendemo juga ikut lari menjauh. Saat itu, terdengar suara tembakan. Menurutnya, suara tembakan sebanyak lima kali, bukan tembakan gas air mata, tapi diduga tembakan senjata api.
“Kalau tembakan gas air mata, ada asap yang keluar dan ada gas air mata yang jatuh, itu tidak ada sama sekali. Saya duga itu tembakan senjata api,” ungkapnya.
(Baca Juga : Kapolda Sultra Akui Satu Mahasiswa Tewas Tertembak Peluru Tajam)
Setelah itu, salah seorang mahasiswa langsung tergeletak di tengah jalan. Saksi mata yang juga mahasiswa peserta aksi unjuk rasa memastikan itu adalah Randi, yang dinyatakan tewas tertembak di bagian bawah ketiak sebelah kiri lalu menembus dada sebelah kanan.
“Ketika bunyi tembakan itu, pada kerumunan mahasiswa yang lari, ada yang tiba-tiba langsung tergeletak jatuh itulah Randi. Kemudian langsung dibawa lari ke korem menggunakan mobil ke RS Korem,” pungkasnya.
Saksi yang lain yang juga disembunyikan identitasnya mengungkapkan, tidak lama setelah Randi terkapar, mereka menemukan selongsong peluru yang baru digunakan.
“Kami dapat selongsong peluru, kami simpan, untuk barang bukti, bahwa teman kami ditembak,” katanya.
(Baca Juga : Kapolda Sultra Sebut Ada Massa Gunakan Masker Hitam dan Ditemukan Bom Molotov)
Dikonfirmasi soal insiden itu, Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Sultra, AKBP Harry Goldenhardt mengatakan, tim investigasi sedang bekerja, termasuk mengumpulkan keterangan seperti itu.
“Tim investigasi masih bekerja, apabila ada informasi dari masyarakat, kami persilahkan untuk memberikan keterangan,” katanya saat dikonfirmasi via whatsapp, Jumat (27/9/2019) malam.
Pihak kepolisian juga belum bisa memastikan, apakah selongsong peluru yang ditemukan mahasiswa adalah milik anggota Polri atau bukan. Pihaknya masih akan melakukan uji balistik terlebih dahulu.
Selain itu, Polda Sultra telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi terkaparnya dua orang mahasiswa Randi dan Yusuf di Jalan Abdullah Silondae, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, Sabtu (28/9/2019).
(Baca Juga : Lagi, Mahasiswa UHO Tewas Usai Kritis di Rumah Sakit Bahteramas)
Tim Inafis Polda Sultra menemukan sebanyak tiga selongsong peluru di dalam selokan sisi luar bagian pagar kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Sultra.
Selongsong peluru itu di berada di antara dedaunan yang memenuhi selokan. Polisi langsung memberi penomoran pada biji selongsong itu, satu demi satu. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik untuk diidentifikasi.
Tidak diketahui, jenis peluru apalagi jenis senjata yang digunakan saat selongsong itu lepas dari senjata api itu. Polisi yang melakukan olah TKP tidak mau memberikan keterangan sedikitpun kepada awak media soal penemuan tersebut.
Sebelumnya aksi demonstrasi ribuan mahasiswa menolak sejumlah RUU di gedung DPRD Sultra, Kamis (26/9/2019) berujung ricuh. Dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), tewas. Keduanya adalah Randi (22) meninggal dunia setelah tertembak peluru tajam di bagian bawah ketiak kiri menembus dada kanan.
Selanjutnya yaitu Muhammad Yusuf Kardawi (19). Mahasiswa asal Jurusan Pendidikan Program Vokasi Jurusan Teknik Sipil usai menjalani operasi akibat pendarahan parah di bagian kepala.(a)
langsung lapor saja kalau ada mahasiswa yang ditodong pistol oleh polri , tidak boleh kita menutup kebenaran , jangan hanya di buatkan berita tapi tidak ada pembuktian
Endingnya 0 tersangka…
Miris skli Sultra, kuat sekali org dalamnya
Saya kira persoalan selongsong peluru yang di temukan. Tanpa melakukan identifikasi polisi sudah tau model peluru maupun senjata model apa yg di gunakan dalam melakukan tembakan. Logikanya yg dipersenjatai kan cuman TNI POLRI jadi scara tidak langsung mereka itu sangat2 paham tentang senjata/peluru.
Semoga masalah ini di usut tuntas tanpa pengecualian.
Polisi pengayom masyarakat bukan pembunuh masyarakat.