Pentingnya Pendidikan Perdamaian (Peace Education) Saat Rentannya Terjadi Konflik di Indonesia Pada Era Perkembangan New Media

Aldilal S. I. K
Aldilal, S.I.K., M.I.KOM

Kecanggihan tekhnologi informasi komunikasi saat ini membuat kita lebih mudah mendapatkan pesan informasi yang begitu cepat dari berbagai media, tentunya dengan kehadiran New Media sangat membantu khalayak untuk mengakses informasi begitu cepat. Melalui New media seperti  media online, sosial media dan sebagainya menyampaikan informasi begitu cepat sehingga membuat khalayak yang menerima pesan tersebut secara tidak langsung akan memiliki respon beragam atas pemberitaan atau pesan informasi yang di sampaikan melalui New media dalam artian media online atau sosial media. Dengan respon khalayak beragam ini akan berpotensi memiliki dampak yang baik dan dampak yang buruk dikalangan masyarakat.

Seperti contoh yang terjadi belum lama ini respon khalayak akan pemberitaan mahasiswa papua yang mendapatkan perlakuan racisme begitu cepat menyebar dan memberikan beragam respon, terlebih lagi karena penyebaran informasi yang begitu cepat menjadikan informasi tersebut berpotensi membuat konflik akibat banyak warga papua tidak menerima perlakuan tersebut.  Kita Sebagai makhluk homo conflictus  yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan,  pertentangan,  dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa tentu dengan adanya informasi tersebut maka respon dari ras tersebut akan sangat sensitif dan berpotensi memunculkan intergroup conflict  .

Kita perlu memahami betapa pentingnya Peace education di era new media ini karena tidak menutup kemungkinan penyebaran pesan informasi yang begitu cepat ini akan berpotensi memunculkan konflik berkelanjutan sehingga penting rasanya kita mencegah konflik dengan menciptakan perdamaian dengan cara pendidikan perdamaian (Peace Education), seperti pendapat schell-Fauchon bahwa pendidikan perdamaian bertujuan membuka pengetahuan, keahlian praktis, dan sikap yang memperkuat orang muda untuk berlatih melakukan penilaian kritis dan berpartisipasi dengab percaya diri dalam masyarakat dalam buku sosiologi konflik (Novri susan 2009).

Peran komunikasi melalui new media tentu berperan banyak hal, New media bisa berperan baik karena bisa menjadi alat to inform ke khalayak maupun individu, tetapi juga bisa memberikan dampak yang buruk terhadap khalayak yang menerima bisa saja menimbulkan kecemasan, prasangka, bahkan ketersinggungan akibat informasi atau pemberitaan yang di dapatkannya dari new media tersebut baik sosial media maupun media online lainnya. Respon nya bisa saja menyebarkan ke pihak yang memiliki kesamaan budaya atau dari etnis yang sama agar mengurangi kecemasan dan ketidakpastian atas informasi, penyebaran informasi yang disebarkan ke etnis atau budaya yang sama dengan pokok pikiran yang sama kemungkinan akan memframingkan hal yang mungkin lebih membuat penerima pesan tersebut akan menimbulkan prasangka yang berpotensi konflik.

Manajemen konflik di tengah rentanya masyarakat Indonesia mengalami konflik di era new media.

Pemerintah yang memiliki power (kekuasaan)  bisa mencegah ini dengan menerapkan pendidikan perdamaian (Peace education) di tengah masyarakat yang labil dan mudah berekspresi terhadap informasi dan pemberitaan tersebut guna mencegah agar tidak terjadi konflik berkepanjangan. Sebagai pemerintah yang memiliki kekuasaan sebaiknya hadir sebagai problem solving  dan menciptakan perdamaian menyeluruh (Holistic of peace) di tengah-tengah konflik yang terjadi.

Pemerintah harus memikirkan pendidikan perdamain (Peace education) guna mencegah konflik yang akan terjadi,  dengan new media pemerintah bisa menawarkan atau menyebarkan informasi tentang literasi akan pemtingnya pendidikan perdamaian tersebut guna mencegah konflik juga sebagai bentuk majemen konflik.

Dengan negara memikirkan pencegahan sebelum terciptanya konflik terjadi dengan memberikan peace education maka potensi akan terjadinya konflik akan lebih berkurang maka potensi terjadi kekerasan juga berkurang.  Berbeda halnya jika negara menganggap sepele dan tidak mempunyai komitmen untuk mencegah potensi konflik maka kekerasan akan mudah kita temukan dimana-mana. Dalam artian negaralah yang memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam membangun perdamaian menyeluruh (Holistic of peace) dimana aspirasi mahasiswa atau warga di dengar.

Semoga dengan adanya pendidikan perdamaian kita manusia tidak mengalami lagi bentuk-bentuk kekerasan yang mudah kita temukan saat ini, semoga tidak ada lagi animal power  yakni suatu keadaan mental yang hanya mengetahui cara menyikapi konflik dengan cara menyingkirkan dan membunuh orang lain dengan kekerasan, bentuk fisik memang terlihat manusia namun cara menyelesaikan konflik seperti hewan yaitu menggunakan cara kekerasan tidak akan berhenti sebelum pihak lawan berkonflik tersungkur tanpa daya.

Sebagai manusia kita adalah makhluk yang di anugerahi nurani dan akal sehat agar manusia itu berbeda dengan hewan.  Semoga tidak ada lagi ketidakhadiran pengelolaan konflik di berbagai konflik di Indonesia, pemerintah harus memikirkan pendidikan perdamaian ini sebagai bentuk resolusi konflik atau sebagai bentuk pencegahan dini sebelum terjadinya konflik yang menimbulkan kekerasan.

 

Oleh : Aldilal S. I. K
Penulis Merupakan Alumni Universitas Haluoleo &  Mahasiswa Studi S2 Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini