ZONASULTRA.COM,KENDARI– Stasiun Meteorologi Maritim Kendari mencatat suhu udara tertinggi saat ini di Sulawesi Tenggara (Sultra) mencapai 37,8 derajat celsius di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.
Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Adi Istiyono mengatakan untuk di Kota Kendari tercatat suhu udara tertinggi 34 derajat, kemudian di kawasan Bandara Haluoleo, Ranomeeto, Konawe Selatan (Konsel) suhu udara bisa mencapai 37 derajat.
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya suhu udara di sejumlah wilayah tersebut selain saat ini masih musim kemarau, faktor lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi seperti wilayah berdekatan dengan laut dan wilayah yang sudah kurang terdapat pepohonan.
Meski begitu yang perlu diwaspadai dalam kondisi ini adalah potensi kebakaran yang cukup besar khususnya kebakaran hutan dan lahan. Kemudian mahluk hidup akan cepat dehidrasi yang menimbulkan masalah kesehatan.
“Harus selalu waspada pak, dan minum air putih yang banyak,” katanya saat dihubungi via pesan WhatsApp, Jumat (25/10/2019).
(Baca Juga : Suhu Terendah di Kendari Capai 19 Derajat Celcius, Ranomeeto Lebih Rendah)
Lebih rinci dijelaskan Adi misalnya di Bandara Haluoleo tingginya suhu udara karena landasan yang memiliki tekstur aspal pada runway (landsan pacu) bisa menyerap panas yang tinggi. Sehingga saat radiasi matahari tinggi akan mempengaruhi suhu di sekitarnya.
Apalagi, saat ini kulminasi matahari berada di wilayah Selatan Indonesia yang menyebabkan penerimaan panas matahari menjadi siginifikan serta menjadikan beberapa daerah mempunyai suhu tinggi.
Kulminasi matahari merupakan fenomena alam ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda di permukaan bumi.
Meski begitu hujan sedang hingga lebat disertai guntur di sejumlah wilayah pun masih berpotensi terjadi misalnya di Konawe Selatan (Konsel), Muna Barat (Mubar), Muna, Buton Tengah (Buteng), Konawe Utara (Konut), Kolaka Timur (Koltim), Bombana, Konawe serta Kolaka Utara (Kolut).
(Baca Juga : Oktober Sultra Masih Kemarau, November Pancaroba)
Sebelumnya BMKG pusat mengeluarkan rilis untuk menanggapi pesan berantai yang beredar diberbagai platform media sosial, dan whatshapp bahwa Indonesia akan dilanda gelombang panas itu tidak benar.
Disebutkan bahwa saat ini Indonesia dilanda suhu panas, bukan gelombang panas. Fenomena gelombang panas tidak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data histori, suhu maksimun di Indonesia belum pernah mencapai 40 derajat celsius.
Data BMKG menyebut suhu tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia sebesar 39,5 derajat celcius pada tahun 2015 di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Gelombang panas hanya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi. Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.
Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Bahkan pada tanggal 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 derajat celsius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat celsius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera (Pomalaa) 37.8 derajat celsius. Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir. (***)