ZONASULTRA.COM, RAHA – Kemarau panjang ini benar-benar telah menguras peluh hingga dehidrasi membuat lunglai. Terik matahari menyengat tak beri ampun, bahkan bumi bak meraung rindu akan rintik hujan.
Cuaca panas ini, telah meresahkan banyak warga. Tak terkecuali yang bermukim di kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Betapa tidak, sudah beberapa bulan ini, hujan belum juga turun membasahi rerumputan.
Ditengah terik seperti saat ini, wisata air menjadi hal yang wajib mengobati dehidrasi berkepanjangan. Di Muna, sejumlah tempat rekreasi yang mesti dikunjungi di musim kemarau cukup variatif.
Dibagian barat pulau Muna, kesegaran permandian Fotuno Sangia menjadi rujukkan untuk mengurai dehidrasi. Segar, mata airnya menyatu dengan hawa dingin yang menyelimuti hutan sekitar.
Ada lagi dibagian utara permandian Topa. Bak raksasa yang berada tepat ditengah perkampungan desa Labone, selalu menjadi alternatif menghabiskan akhir pekan bersama keluarga.
Namun air terjun Kalima-lima yang berada di bagian Timur pulau Muna, kini menjadi incaran bagi para traveler yang memiliki adrenalin. Air jatuhnya dan sensasi kesegarannya benar-benar telah menghipnotis pencinta wisata seantero nusantara.
Satu lagi wisata yang bisa jadi rujukan melepas penat di musim kemarau ini. Permandian Katilombu kesegaran airnya menyimpan keeksotisan tersendiri.
Mata Airnya Segar, Tak Pernah Kering Meski Kemarau
Berada di wilayah Muna bagian selatan, tepatnya di Kelurahan Wapunto Kecamatan Duruka, permandian Katilombu bisa jadi pilihan rekreasi karena lokasinya tak jauh dari kota. Dalam bahasa daerah setempat Katilombu diartikan ‘kaki yang terjebak di lumpur’ karena lokasi permandian ini berada disekitar kawasan bakau.
Jaraknya hanya 4 kilometer dari pusat kota Raha dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun empat. Dari Puskesmas Wapunto kelokasi wisata pengunjung akan disajikan dengan pepohonan hijau dan padang ilalang yang terhampar diatas bukit.
Diapit tiga desa yakni desa Ghonebalano, Ghai dan Lasunapa, keberadaan permandian ini tepat dibawah bukit. Deretan perbukitan yang dibalut hamparan pepohonan hijau menjulang menambah keindahan alam sekitar.
Berasal dari mata air pegunungan, mengalir ke muara yang berada dikaki bukit hingga menuju laut. Alirannya deras, jernih dan sangat dingin bahkan ratusan tahun tak pernah kering meski kemarau panjang melanda.
Air dinginnya selalu membuat betah untuk berlama lama berendam sembari melepas penat. “Setiap hari pengunjungnya selalu ada. Apalagi kalau Minggu siang pasti banyak yang datang,” terang Ardi, salah satu pengunjung, Minggu (1/12/2019) lalu.
Kesegarannya membuat obyek wisata air tawar yang sudah dipoles melalui program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sejak tahun 2017 lalu ini selalu ramai dikunjungi setiap harinya.
Permandian Katilombu didesain menyerupai bak raksasa, namun tak menghilangkan kealamiannya. Tanggul yang dibuat setinggi dua meter ini menjulur kelaut. Dibagian ujungnya dibiarkan terbuka untuk mengatur keluar masuknya air.
Kata Ardi yang juga merupakan warga sekitar, mengaku permandian yang jadi tempat pertemuan air tawar dan asin ini tak pernah sepi pengunjung karena selain menikmati kesegarannya, warga juga memanfatkannya untuk mencuci pakaian.
Mata Air Lobono, Menyimpan Cerita Mistis
Di balik keindahan dan kesegaran permandian Katilombu juga tak terlepas dari cerita yang bisa membuat bulu kuduk berdiri. Keberadaanya dibawah kaki bukit dan jauh dari perkampungan menambah kesan mistis.
Ardi menceritakan Permandian Katilombu terbentuk secara alami sejak ratusan tahun silam. Mata airnya berasal dari dalam tanah mengalir ke kaki bukit membentuk mulut gua dengan diameter sekitar tiga meter.
Dibagian dalam mulut gua, juga terdapat stalaktit yang terbentuk oleh aliran mata air. Dari luar, kesan menakutkan terlihat dibagian dalam gua.
Selain dibagian kaki bukit, Katilombu juga terkenal akan sumber mata air Lobono yang berada diatas bukit.
Keberadaan mata air Lobono menambah kesan seram, karena mata air ini membentuk jurang dengan kedalaman sekitar 10 meter. Disekitar mulut jurang juga ditumbuhi pepohonan seperti beringin yang sudah tumbuh sejak puluhan tahun. Akar-akarnya menjulur memenuhi mulut jurang.
Tak jarang, pengunjung yang baru menginjakkan kaki ditempat ini pasti merasa takut karena suasananya berbeda. Namun bagi mereka yang sudah terbiasa, justru menganggap hal itu bernilai eksotis yang perlu terus dipertahankan.
“Kalau pengunjung yang baru datang pasti takut-takut karena tempatnya yang seram. Tapi kalau yangsudah biasa mereka bahkan berendam didalam,” ucap Ardi.
Namun setiap pengunjung yang datang di Katilombu pasti menyempatkan diri singgah dimata air Lobono karena airnya lebih segar dibanding dibagian kaki bukit.
Tapi jika nyalimu pas-pasan, tak perlu merasakan sensasi dinginnya mata air Lobono karena segarnya air juga bisa dirasakan dibagian kaki bukit.
Permandian Katilombu juga pernah memakan korban. Pengunjung yang tiba-tiba hilang ketika berendam saat air laut sedang pasang. “Waktu itu, pas naik air laut. Dia bilang mau lompat satu kali lagi. Berselang beberapa menit tidak kelihatan lagi. Dicari beberapa jam ternyata dia tenggelam,” kisahnya.
Namun untuk merasakan sensasi permandian ini dengan aman sebaiknya menunggu hingga air laut sedang surut. Dalam kondisi surut maka semua kalangan bisa menikmati kesegarannya jika kondisi air dangkal.
Dimanfaatkan Juga Sebagai Sumber Kebutuhan Air Bersih
Selain sebagai obyek wisata Katilombu juga dimanfaatkan sebagai sumber kebutuhan air bersih bagi warga sekitar.
Aksesnya yang sudah terjangkau karena jalur yang sebelumnya hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, kini bisa dengan mudah dikunjungi dengan kendaraan roda dua dan empat.
“Sekarang jalanan kesini (Katilombu) sudah diaspal. Jadi kita kalau ambil air untuk diminum lebih gampang pengangkutannya,” timpalnya.
Sebelumnya mata air Lobono pernah digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang ada didesa Lagasa. Namun karena kendala mesin sehingga pompa tak mampu mendorong hingga ke bak penampungan.
Saat ini dirinya juga berharap permandian Katilombu kembali dipercantik untuk memacu pengunjung berakhir pekan.(*)
Kontributor: Nasrudin
Editor: Abd Saban