ZONASULTRA.COM,KENDARI– Buaya muara merupakan jenis buaya yang banyak hidup di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) dan satu lagi jenis lainnya adalah buaya rawa. Namun, Balai Konservasi Sumber Daya Manusia (BKSDA) setempat belum memiliki data terkait jumlah populasi dua jenis buaya tersebut.
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie mengatakan, di Sultra paling banyak jenis buaya muara berdasarkan perjumpaan di lapangan sementara buaya rawa banyak berada di lokasi Rawa Aopa dan sebagian sungai besar di Sultra. Buaya muara berhabitat di muara sungai sampai ke pantai sementara jenis rawa berhabitat di sepanjang jalur sungai atau rawa.
(Baca Juga : Warga Konut Hilang Saat Mencuci di Sungai, Diduga Diterkam Buaya)
Ia juga menjelaskan dari sisi warna dan postur, buaya muara pada bagian kulit ada warna kuning sedangkan buaya rawa warna kulit dominan hitam. Buaya muara juga memiliki mulut agak lancip ketimbang buaya rawa, sifatnya cukup agresif atau aktif ketimbang buaya rawa.
“Ukuran buaya muara agak besar dibanding buaya rawa,” ungkap Zakir melalui pesan WhastApp, Jumat (27/12/2019).
Diketahui, buaya merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dalam aturan ini ada tujuh jenis buaya dan empat di antaranya dilindungi. Dua jenis buaya yang banyak hidup di Sultra ini masuk sebagai satwa yang dilindungi.
Buaya muara memiliki ukuran tubuh paling besar dan panjang dibanding jenis-jenis buaya lainnya di dunia. panjang tubuhnya bisa mencapai antara 7-12 meter, umumnya rata-rata panjang tubuh 4-5 meter (jantan) dan 3-4 meter (betina). Beratnya mampu mencapai 1 ton.
(Baca Juga : Lagi, Warga Konut Diterkam Buaya)
Sementara buaya rawa relatif kecil ukurannya, dengan panjang total maksimal mencapai 4 meter, akan tetapi yang umum panjang buaya ini hanya sekitar 2–3 meter. Pada buaya jenis ini terdapat gigi yang memanjang tampak jelas di antara kedua matanya.
8 Warga Sultra Jadi Korban
Sepanjang tahun 2019, tercatat 8 warga Sultra menjadi korban serangan buaya. Dari semua korban itu, ada 6 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, 2 orang lainnya terluka.
(Baca Juga : Begini Kronologi Warga Konut yang Kembali Diterkam Buaya)
Ia juga mengungkapkan untuk sementara pengamatan timnya di lapangan hal yang menyebabkan peristiwa ini karena adanya sejumlah faktor antara lain disebabkan oleh konflik ruang antara manusia dan satwa, dalam hal ini beberapa spot/titik ruang yang menjadi habitat buaya telah menjadi ruang pemanfaatan aktivitas manusia.
Tak hanya itu, ada kemungkinan pakan (makanan) dari satwa tersebut berkurang akibat aktivitas pemanfaatan oleh manusia. Namun, menurutnya, kondisi ini juga masih membutuhkan kajian dan penelitian lebih lanjut. (A)
Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Muhamad Taslim Dalma