Menambah Imunitas Industri Mikro dan Kecil di Masa Pandemi

Menambah Imunitas Industri Mikro dan Kecil di Masa Pandemi
Ni Putu Ayu Mila Dewi

Industri Mikro dan Kecil (IMK) umum diketahui sebagai basis ekonomi masyarakat yang tahan banting terhadap krisis. Kini, fleksibilitas IMK di tanah air kembali di uji. Pandemi COVID-19 memaksa industri mikro kecil untuk terus memutar otak. Bagaimanapun juga, produksi harus terus berjalan tanpa mengorbankan aspek kesehatan yang sama berharganya. Di lain sisi, pasar cenderung menahan konsumsi. Selain karena pendapatan yang berkurang, membatasi kontak dengan dunia luar juga menjadi pilihan yang umum diambil untuk memperkecil peluang terpapar dari virus yang tak nyata tampak. Oleh karena itu, kemampuan industri mikro kecil untuk beradaptasi terhadap pasar mutlak diperlukan.

Diversifikasi Produk

Geliat industri mikro kecil yang tanggap terhadap pandemi tampak ketika sebagian mulai melakukan diversifikasi produk. Jika sebelumnya industri makanan menyediakan makanan siap konsumsi, kini juga disediakan dalam bentuk frozen food. Hal ini merupakan langkah cepat IMK terhadap perubahan tingkah laku konsumen yang cenderung ingin memasak sendiri selama #dirumahsaja.

Contoh nyata lainnya dari semangat beradaptasi adalah munculnya industri dadakan masker kain. Dilatarbelakangi oleh kelangkaan dan melambungnya harga masker, kini masker kain produk IMK tidak hanya berfungsi sebagai pelindung diri tetapi juga sudah masuk ke ranah fashion. Masker kain disediakan dengan berbagai corak, motif bahkan karakter panutan. Ada pula yang menyediakan masker kain nuansa premium dengan menggunakan kain tenun maupun dihiasi payet. Sungguh merupakan jawaban yang tepat bagi kaum yang ingin menjaga diri tanpa melupakan kesan modis plus bonus tambahan sebagai sarana aktualisasi diri.

Keuntungan yang didapat ketika membuat alat pelindung diri (APD) selama pandemi, sejalan dengan banyaknya Industri lokal bermunculan memproduksi masker. Data yang dihimpun oleh Kemenperin dan Kemenkes menunjukkan adanya surplus produksi APD lokal hingga desember

Potensi tersebut ditanggapi secara serius oleh Kemenperin dengan memasukkan kategori industri farmasi dan alat kesehatan dalam program Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 merupakan program percepatan pembangunan sektor industri berdaya saing global. Dengan masuknya industri farmasi dan alat kesehatan dalam program prioritas Making Indonesia 4.0 akan mempermudah proses transformasi teknologi berbasis digital pada industri baik dari tahapan produksi hingga produk sampai ditangan konsumen. Hal tersebut pada ujungnya akan membantu meningkatkan produktivitas industri lokal.

Perlunya Bersahabat dengan Internet

Diversifikasi produk bisa saja membuat IMK bernafas lega ditengah ketidakpastian pasar masa pandemi. Tetapi menjangkau pasar yang tidak lagi dekat bisa menjadi PR tersendiri. Tentu merupakan hal yang sia-sia jika produksi terjaga tetapi tidak dapat tersalurkan dengan baik. Disinilah teknologi berperan dalam menghadirkan pasar tanpa tatap muka. Suka tidak suka, baik tua maupun muda, penggiat IMK hendaknya mampu bersahabat dengan teknologi utamanya internet.

Pentingnya akses IMK terhadap internet sebenarnya bukanlah suatu gagasan baru. Pemerintah dari tahun ke tahun mengadakan berbagai program dan pelatihan untuk menjangkau IMK dengan akses internet. Langkah tersebut juga diikuti oleh inisiasi startup maupun LSM yang berbagi kelas pemasaran gratis bagi pelaku industri melalui internet. Seandainya program migrasi IMK lokal menjadi IMK virtual berhasil, maka potensi penurunan pendapatan bisa dihindari karena e– commerce dan logistik di Indonesia sudah relatif matang.

Menilik pada hasil survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik, taraf penggunaan internet oleh IMK di Sulawesi Tenggara masih sangat rendah. Pada tahun 2017, persentase IMK yang menggunakan internet hanya sebesar 2.64 persen. Sedangkan pada tahun 2018, persentase IMK yang menggunakan internet mengalami peningkatan tipis, mencapai angka 4.88 persen dengan terkonsentrasi pada wilayah kota Kendari dan kota Bau-Bau.

Rendahnya penggunaan internet pada IMK Sulawesi Tenggara menyiratkan urgensi IMK untuk segera berbenah. Akses IMK terhadap internet di masa depan bukan lagi sebuah opsi tetapi sebuah keharusan untuk bertahan. Jika jaman dahulu ungkapan malu bertanya sesat dijalan masih berlaku, lumrah bagi generasi kekinian untuk mengatasinya dengan menggunakan google map tanpa perlu repot bertanya. Bukan tidak mungkin nantinya IMK tidak dijangkau pasar hanya karena keberadaannya tidak terdeteksi di ruang digital. Anggapan bahwa internet hanya menghabiskan uang dan waktu sebaiknya mulai ditepis. IMK sebaiknya mulai jeli melihat ruang digital sebagai peluang untuk mendapatkan pasar yang lebih luas. Sudah saatnya IMK mulai meningkatkan daya tahan dan ikut serta meramaikan euforia digital.

 


Oleh : Ni Putu Ayu Mila Dewi, SST
Penulis adalah ASN BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini