Wilayah Kepulauan Sultra Diprediksi akan Lebih Kering saat Kemarau

ilustrasi musim kemarau
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami kemarau lebih kering dari normalnya. Salah satunya adalah wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) bagian selatan atau wilayah kepulauan.

“Untuk Sultra bagian selatan meliputi wilayah Pulau Muna, Buton, Kabaena dan Wakatobi,” ujar Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Faisal dikonfirmasi via WhatsApp, Jumat (31/7/2020).

BMKG memprediksi sebagian besar wilayah selatan Indonesia memasuki periode puncak kemarau pada Agustus. Sementara untuk bagian selatan Sultra, periode puncak kemarau terjadi pada September.

“Cuaca tiga hari ke depan masih umumnya cerah hingga berawan, ada pun di beberapa wilayah masih ada potensi hujan ringan,” kata Faisal.

Kendati demikian, Faisal menjelaskan bahwa beberapa hari ke depan masyarakat akan merasakan udara yang cukup panas dan terik, terutama wilayah Sultra bagian selatan. Hal ini dikarenakan udara kering oleh lapisan rendah sudah memasuki wilayah Sultra.

“Masyarakat agar mewaspadai cuaca yang terik pada siang hari yang dapat berpotensi dehidrasi pada tubuh kita, sehingga kepada masyarakat yang beraktivitas di luar agar selalu menjaga asupan airnya, dan pada malam hari udara akan terasa dingin,” jelasnya.

Faisal menambahkan, angin Monsun Australia yang mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah Benua Maritim Indonesia. Sekitar 69% dari 342 daerah zona musim (ZOM) di Indonesia saat ini tengah terjadi musim kemarau.

Sebagian besar wilayah yang akan mengalami puncak kemarau pada Agustus sebanyak 65% ZOM. Sementara 19% ZOM diprediksikan mengalami puncak musim kemarau pada September.

Puncak musim kemarau didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering di mana curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah/minimum.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau pemerintah daerah, pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih. (b)

 


Reporter: Rizki Arifiani
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini