ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sambil berjongkok, Husen (54) perlahan mengayunkan tangan kanannya dengan sebuah kuas kecil. Ia tengah membuat mural pada bidang dinding sepanjang 45 meter, yang ada di kawasan Taman Budaya, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sutra).
Husen tampak sangat telaten melukis, rupa warna ia gunakan untuk membuat mural dengan bertemakan “ruang bersama hidup bahagia”. Mural Husen bergambarkan tangan terangkat dengan sebuah kepalan, bendera merah putih yang berkibar, serta seorang perempuan berkerudung dengan menggunakan masker.
Husen bercerita, mural tersebut memiliki filosofi yang kompleks. Kepalan tangan dan bendera merah putih, berarti perjuangan dan rasa persatuan.
“Mural selalu punya pesan moral, entah itu pesan soal kesehatan atau narkoba dan lain sebagainya. Apa yang saya Lukis ini, tentang perjuangan dan persatuan, bahwa kita tidak akan bisa mengalahkan penjajah tanpa rasa perjuangan dan persatuan,” ucap Husen di Taman Budaya, Selasa (11/8/2020).
Sementara, pada gambar perempuan berkerudung menggunakan masker, menggambarkan kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini melanda Indonesia, termasuk Sultra.
“Masker itu artinya, bahwa kita tidak bisa bahagia kalau tidak lepas dari Covid-19. Semua yang kami lukis di sini, punya makna masing-masing,” ujarnya.
Menurut Husen, mural tersebut dikerjakan dirinya bersama dengan 15 orang rekannya. Selama tiga hari pengerjaan, total ada lebih dari 15 mural yang dihasilkan.
Selain dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia. Husen menyebutkan, mural tersebut dibuat sebagai sarana membentuk ruang bersama. Mereka ingin kembali mengingatkan masyarakat tentang budaya dan kearifan lokal di Sultra, melalui mural.
“Makanya kita buat gambar tentang budaya dan kearifan lokal yang ada di Sultra, sesuai dengan permintaan Dinas Pariwisata (Dispar) Sultra,” ungkapnya.
Tidak hanya menyambut HUT ke-75 RI, Husen mengaku, mural tersebut juga sebagai langkah awal pelaksanaan pameran bersama dengan para pelaku seni rupa yang ada di Sultra.
Baca Juga :
Kisah Warga Karantina Mandiri, Tak Dapat Bantuan dari Pemda Tapi Didukung dan Dibantu Tetangga
“Yang menggambar ini para pelaku seni rupa di Sultra, ada yang dari perupa akademisi, mahasiswa, dan autodidak. Sesuai dengan inspirasi pelukisnya yang menyangkut budaya dan kearifan lokal,” tutupnya.
Selain Husen, juga ada Julianto (30) yang merupakan Perupa muda. Julianto sendiri mengambil tema pahlawan, menggambarkan bagaimana dulu kala para pahlawan bangsa merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Dengan garis hitam dan putih, Julianto membuat mural dengan teknik roll. Nuansa hitam putih, membuat mural Julinato tampak berbeda dari mural-mural lainnya.
“Kalau yang saya gambar ini simpel, tapi penuh makna. Saya ingin mengingatkan kembali jasa-jasa para pahlawan. Kenapa hanya hitam putih, karena saya ingin memberikan rasa saat orang-orang melihatnya,” ujarnya.
Baik Husen maupun Julianto berharap, dengan hasil karya mereka dapat membangkitkan semangat masyarakat dalam membangun daerah dengan tetap menjaga budaya dan kearifan lokal, juga mengingat kembali perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan bangsa. (SF)