Dana Desa di Konawe Digunakan untuk Pelatihan Tolea Pabitara

Dana Desa di Konawe Digunakan untuk Pelatihan Tolea Pabitara
PELATIHAN - Pemerintah desa tetehaka, kecamatan Puriala, kabupaten Konawe membuat pelatihan adat mombesara (sarano tolaki) pada Minggu (2/4/2021).(Istimewa)

ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Sebagai wilayah dengan mayoritas penduduk beretnis Tolaki yang dikenal dengan budaya Kalo Sara, Desa Tetehaka, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), berhasil memanfaatkan Dana Desa (DD) untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan Tolea Pabitara (juru bicara adat).

Kepala Desa Tetehaka, Akip menjelaskan perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi minat kaum milenial dalam menjaga dan melestarikan budayanya. Bahkan kebanyakan milenial saat ini enggan untuk mempelajari bahkan gensi untuk menjadi Tolea Pabitara.

Secara harfiah Tolea Pabitara sendiri kata Akip, tidak hanya menjadi juru bicara adat, tetapi ia juga kerap menjadi juru runding dalam kegiatan peminangan dan atau pernikahn yang oleh sebagian orang dianggap rumit.

“Dalam program ini kami memprioritaskan garis keturunan Tolea Pabitara karena dalam adat Tolaki seseorang yang menjadi pabitara haruslah memiliki garis keturunan leluhur kami yang tugasnya adalah Tolea Pabitara, sebab ada filosofi dalam budaya yang mengatakan bahwa jika bukan keturunan maka akan bala yang menimpa pabitara tersebut, utamanya dalam hal pernikahan,” kata Akip kepada awak media di rumahnya, Minggu (02/5/2021).

Kegiatan ini kata Akip, ada 14 orang warga Desa Tetehaka yang mengikutinya dan dimentori langsung oleh Puutobu (petinggi adat wilayah kecamatan), yang juga pengurus aktif Lembaga Adat Tolaki (LAT) Kabupaten Konawe.

“Setelah pelatihan ini, seluruh peserta masih akan terus dimentori oleh tetua adat, agar dalam melaksanakan adat bisa berjalan sesuai dengan urutannya,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang peserta Alman mengaku mengapresiasi langkah pemerintah desa dalam menjaga dan melestarikan budaya khususnya Tolaki yang merupakan etnis mayoritas di desa tersebut.

Alman menyebutkan, akibat perkembangan teknologi seperti saat ini, minat masyarakat dalam mempelajari budaya sudah sangat minim. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri, apalagi peran Tolea Pabitara sangat sentral dalam segala aspek adat.

“Program ini sangat penting karena saat ini kadang kami masyarakat biasa kesulitan mencari Tolea Pabitara jika ada acara adat. Dengan adanya pelatihan ini mudah-mudahan kesulitan itu tidak ada lagi, mewakili masyarakat kami mengapresiasi dan mendukung program ini, semoga ke depan program-program seperti ini dapat terus dilaksanakan,” tutup Alman. (B)


Penulis: M13
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini