BI Sultra Dorong Potensi Daerah Melalui Pengembangan Sektor Pertanian dan Pariwisata

BI Sultra Dorong Potensi Daerah Melalui Pengembangan Sektor Pertanian dan Pariwisata
Panen Raya - KPw BI Sultra Bersama pemerintah kabupaten koltim menyelenggarakan panen raya demplot integrated digital eco farming total organik padi sawah desa Mandoke kecamatan Lambadia pada Senin (24/5/2021). (Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Konsultan Pendamping Wilayah (KPW) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) menyelenggarakan panen raya demplot integrated digital eco farming total organik padi sawa Desa Mandoke, Kecamatan Lambandia pada Senin, 24 Mei 2021.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut Memorandum of Understanding (MOU) pengembangan klaster pengendalian inflasi ketahanan padi sawah di Desa Mokupa pada 17 November 2020, yang mencakup kegiatan pendampingan petani, peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan penguatan kelembagaan petani.

Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM petani, BI Sultra telah mengelokasikan pembangunan demplot digital farming berteknologi total organik seluas 0,5 hektare (ha). Berdasarkan ubinan statistik hasil panen lahan demplot adalah sebesar 70 kuintal/ha, dengan kadar kering 20 persen, sementara kondisi till panen lahan demplot diperoleh sebesar 7,8 ton/ha gabah kering panen atau meningkat sebesar 77% dari data produksi maksimal sebelumnya 4,4 ton/ha gabah kering panen.

Kemudian dalam pengembangan klaster di Kabupaten Konawe Utara (Konut) tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan pembentukan ekosistem pariwisata di Desa Labengki. Strategi pengembangan pariwisata dilakukan melalui penguatan aspek 3A + 2P yakni atraksi, amenitas, aksestabilitas, people, dan promotion. Strategi 3A dilakukan untuk dapat memberikan ciri khas dan meningkatkan daya tarik wisatawan, sedangkan strategi 2P lebih difokuskan dalam menyebarkan informasi dan memperkenalkan destinasi wisata secara masif ke masyarakat luas serta peningkatan kapasitas SDM untuk penyelesaian permasalahan yang dihadapi di sepanjang rantai hulu-hilir.

Saat ini masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi yakni pembatasan aktivitas objek wisata Tanjung Malaha akibat Covid-19 sejak Maret 2020; masih terbatasnya infrastruktur pendukung objek wisata berupa gazebo, sanitasi MCK dan air bersih, outlet kuliner khas Malaha, musala dan landmark Wisata Tanjung Malaha serta area parkir. Tantangan lainnya adalah kemitraan usaha dalam rangka pengembangan objek wisata Tanjung Malaha antar kelembagaan ekonomi belum terbangun dengan baik dan masih didominasi oleh BUMDes Malaha. (C)


Penulis: M14
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini