Nasabah Binaan BRI Sulap Rumput Jadi Sedotan

Nasabah Binaan BRI Sulap Rumput Jadi Sedotan
Nasabah binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), warga Desa Dukong, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Hartati berhasil menyulap tanaman bernama latin lepironia articulata sejenis rumput anggota suku teki-tekian (cyperaceae) diolah menjadi sedotan ramah lingkungan. (Foto : Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Nasabah binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), warga Desa Dukong, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Hartati berhasil menyulap tanaman bernama latin lepironia articulata sejenis rumput anggota suku teki-tekian (cyperaceae) diolah menjadi sedotan ramah lingkungan.

Berawal dari 2019, Hartati yang dibantu 3 orang rekannya yang berasal dari keluarga dan tetangga, memberanikan diri memproduksi sedotan berbahan dasar Purun. Dia tak menyangka, produk yang ramah lingkungan itu mendapat dukungan pemerintah daerah dan diperkenalkan melalui acara seperti pameran produk asli daerah.

” Setelah belasan kali bereksperimen saya pikir Purun itu bagus untuk bahan sedotan menggantikan plastik,” ujarnya.

Dengan modal pribadi dan bantuan pemerintah daerah, Hartati bahkan bisa memasarkan sedotan ramah lingkungan berbahan dasar Purun hingga Jakarta, Bali dan Surabaya. Dengan perkembangan tersebut, Hartati mengajak hingga 20 koleganya untuk menjadikan produksi sedotan Purun sebagai usaha sampingan.

BACA JUGA :  Buka Rekening BritAma Bisnis, Nasabah Dapat Tambahan Saldo Cuma-cuma

Ia mengaku dalam menjalankan usahanya sempat terhambat, pasalnya saat Maret 2020, ia tidak menyangka ada pandemi sehingga sempat berhenti produksi sekitar 7 bulan. Sebelum pandemi, pihaknya bisa memproduksi belasan ribu sedotan per hari sedangkan saat ini hanya berkisar 6.000 buah saja.

Untuk memulai usahanya kembali, Hartati memperoleh kucuran dana sebesar Rp50 juta melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal itu digunakannya untuk modal awal dan membeli alat-alat produksi. Meski demikian, Hartati mengatakan alat-alat produksinya saat ini masih sangat sederhana dan tradisional.

Sehingga dalam memproduksi sedotan dari bahan dasar hingga siap dipasarkan membutuhkan waktu 4 sampai 5 hari. Proses terlama adalah mengeringkan kadar air dari Purun. Hingga saat Direktur Bisnis Konsumer BRI, Handayani mengunjungi dan menilai prospek dan keseriusan usaha Hartati sangat menjanjikan.

BACA JUGA :  Buka Akses ke Global Supply Chain di KTT G20, Bukti Komitmen BRI pada UMKM

Usaha Hartati dan koleganya itu pun kini menjadi klaster usaha binaan BRI dengan nama Klaster Purun Eco Straw yang beranggotakan 20 orang. Untuk saat ini, Purun Eco Straw sebagian besar dipasarkan ke hotel di Belitung juga kafe di Jakarta dan Bali.

Hartati menambahkan, tanaman Purun dapat lebih cepat memulihkan lahan bekas tambang. Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya tanaman purun dilokasi bekas tambang akan menyerap unsur logam.

Hal itu diketahuinya melalui tes uji coba di laboratorium mili Institut Teknologi Bandung (ITB). Selain itu banyak lahan tidak produktif yang awalnya digunakan untuk sawah, kini dapat digunakan untuk tanaman purun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini