ZONASULTRA.COM, KENDARI – Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 di pelataran Masjid Al Alam Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Rabu, 9 Februari 2022 sukses digelar.
Usai pelaksanaan acara puncak, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman mangrove sebagai upaya rehabilitasi mangrove.
Kegiatan tersebut dipimpin oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK, Bambang Supriyanto dan didampingi Gubernur Sultra, Ali Mazi. Turut hadir gubernur dari sembilan provinsi dan para duta besar.
Kehadiran Bambang Supriyanto bersama rombongan disambut oleh tarian Umoara dan Mondotambe, tarian khas Sultra yang berasal dari suku Tolaki.
Tarian Umoara dibawakan oleh dua orang anak muda. Keduanya mengenakan pakaian perang Tolaki serta membawa parang/taawu dan tameng atau perisai. Sementara tarian Mondotambe dibawakan oleh lima orang gadis remaja dengan mengenakan busana motif tabere atau hiasan, sarung tenun Tolaki, dan aksesoris seperti ngaluh atau ikat kepala, kalung dan membawa bosara atau bokor dari rotan.
Para penari yang tampil ini merupakan anak asuh Glow Management Kendari yang dipimpin oleh Jaguart Rhay Wara.
Makna Tari Umoara dan Mondotambe
Jaguart menjelaskan, tarian Umoara dilakukan oleh dua orang laki-laki yang bermain pedang sambil melompat dengan tujuan menolak bala atau hal-hal buruk. Sedangkan tarian Mondotambe yang dilakukan oleh gadis-gadis remaja tersebut sebagai tanda penyambutan dan rasa syukur.
“Tarian Mondotambe dibawakan oleh gadis-gadis remaja sebagai tanda penerimaan yang tulus, ikhlas dan merasa gembira kepada para tamu,” ungkapnya.
Dikutip dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, tari Umoara adalah tarian perang pada masyaralat Tolaki. Kata Umoara memiliki arti mencoba atau coba-coba. Yang dicoba adalah ketangkasan memainkan parang/taawu, melatih kekuatan otot melalui hentakan kaki, melatih ketangkasan mata dan melatih menangkis memakai kinia/tameng/perisai.
pada masa lalu tari ini dipentaskan setelah para tentara kerajaan Mekongga dan Konawe selesai perang. Sebagai tanda kemenangan maka mereka disambut oleh rakyat dengan tarian tersebut. Zaman sekarang, tari ini digunakan sebagai tari untuk menyambut tamu atau juga untuk pementasan.
Tari umoara adalah tari yang khusus ditampilkan oleh dua sampai tiga orang laki-laki dengan gerakan kaki yang melompat-lompat, tangan yang memegang parang di sebelah kanan dan perisai di sebelah kiri diayunkan ke arah penari lain, yang dipandang sebagai musuh di medan peperangan.
Sementara itu, dikutip dari Wikipedia, Mondotambe adalah salah satu seni tari yang berasal dari Sultra. Arti kata Mondotambe adalah penjemputan. Sedangkan arti menurut devinisinya adalah tari untuk menjemput tamu-tamu yang merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan.
Tari ini juga sebagai tanda rasa kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud semoga para tamu yang berkunjung ke daerah mendapatkan rahmat dan keselamatan apabila kembali ke tempat tugasnya.
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Jumriati