ZONASULTRA.COM, WANGI-WANGI Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Safari Ramadan di Desa Waginopo, Kecamatan Wangiwangi, Jumat, (28/4/2022). Safari ramadan itu dirangkaikan dengan acara buka puasa bersama masyarakat setempat.
Usai buka puasa bersama, rombongan pemda bersama masyarakat berjalan kaki dari puncak Toliamba ke Masjid Lebeleumara Desa Tindoi yang jaraknya sekira 3 kilometer untuk melaksanakan salat berjamaah.
Dalam proses perjalanan tersebut, masyarakat memadamkan seluruh listrik rumahnya sehingga tampak gelap gulita. Perjalanan rombongan pemda bersama masyarakat diiringi lampu tradisional berbahan bakar getah pohon (puluti) guna merefleksi kehidupan masyarakat Wakatobi tempo dulu.
Bupati Wakatobi Haliana mengungkapkan, momentum perjalanan kaki itu sebagai bentuk refleksi kehidupan masyarakat Wakatobi dulu yang belum memiliki listrik.
“Kita hanya hidup dari puluti, hidup dari minyak kemiri, minyak kelapa untuk menerangi malam-malam kita. Bahkan dengan daun kelapa kering (koroka) untuk menemani perjalanan dari kampung ke kampung. Maka tentu saja yang paling penting adalah bahwa perjalanan kita tadi tidak terasa capek karena kita bersama-sama,” ungkapnya saat menutup Festival Kajiri di Puncak Toliamba, Kecamatan Wangi-Wangi.
Haliana mengungkapkan, tidak ada keberhasilan seorang bupati, tidak ada keberhasilan kepala dinas maupun kepala desa dan sebagainya tanpa ada dukungan dari masyarakatnya.
“Sehingga untuk memberikan kepastian bahwa kita berhasil, maka yang terpenting adalah kita harus jalan bersama seperti tadi, bersama-sama pemda. Keberadaan saya di hadapan masyarakat saat ini sebenarnya hanya menjadi komandan. Untuk menunjukkan jalan dengan berbagai program-program menuju masyarakat Wakatobi yang sentosa,” terangnya.
“Kalau pun saya yang memegang kemudi, tetapi yang memegang mesin, tali, dan yang memegang jangkar tidak berfungsi secara baik maka yakin perahu kita tidak akan menemui jalan yang baik, tidak akan sampai pada pelabuhan tujuan seperti yang kita inginkan,” lanjutnya.
Agar perahu besar Kabupaten Wakatobi yang mengangkut sekira 110 ribu orang menemui pelabuhan tujuan Wakatobi Sentosa, tidak ada kata dan jaminan selain jalan bersama dalam satu perahu yang sama.
“Masyarakat memiliki peran masing-masing, minimal dalam keluarga dan di desa kita jalin silaturahmi yang baik dengan baik melalui momentum-momentum seperti ini agar kerukunan, persatuan, saling memahami, saling menghargai itu terjalin di antara kita,” tuturnya.
Sehingga melalui momentum bulan suci tersebut, Haliana mengharapkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Ia juga menyampaikan, agar jangan pernah berpikir bahwa Pemda tidak pernah memikirkan masyarakat. Sebab, siang dan malam pemerintah memikirkan kesejahteraan rakyat Wakatobi.
“Mengemban kepercayaan, tentu di benak kami adalah bagaimana kemanfaatan itu dirasakan oleh seluruh masyarakat Wakatobi tanpa terkecuali. Bahwa kalau ke depan ada perbedaan warna maka itu hanyalah bagian dari dinamika politik. Tetapi saat ini adalah bagaimana rekonsiliasi kita, persatuan semua ini untuk jalan bersama dalam satu perahu yang sama yaitu Wakatobi Sentosa,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Kajiri adalah malam ke-27 bulan Ramadan, momentum menyambut malam Lailatul Qadar terdapat tradisi Hepatirangga. Hepatirangga merupakan tradisi mewarnai kuku menggunakan daun pacar. (*)
Kontributor : Nova Ely Surya
Editor: Jumriati