ZONASULTRA.ID, KENDARI – Azan magrib berkumandang. Langkah-langkah kecil seorang lelaki tua menjejaki aspal di kawasan Perumahan Dosen (Perdos) Kampus Baru Universitas Halu Oleo (UHO) untuk menuju ke masjid.
Dia adalah L. Daud, resimen mahasiswa (menwa) angkatan pertama sekaligus komandan pertama menwa UHO yang saat itu masih menggunakan singkatan Unhol (Universitas Halu Oleo).
Daud lahir di Lalemba, Kabupaten Muna pada 15 November 1956. Anak bungsu dari lima bersaudara ini menamatkan jenjang pendidikan pertamanya di SD Lalemba pada 1969. Ia lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Teknik Negeri (STN) yang berada di Kota Raha pada 1970-1973, dan masuk STM pada1973-1975.
Sempat menganggur selama 2 tahun, Daud kemudian memutuskan melanjutkan pendidikannya ke Unhol pada 1977.
Daud masih mengingat betul saat-saat pertama menjejakkan kaki di kampus swasta filial Universitas Hasanuddin Makassar itu, yang didirikan oleh Drs. H. La Ode Manarfa dan Drs. La Ode Malim pada 1964.
Ia mengaku, saat itu belum ada menwa di kampus dan belum mengenal menwa. Meski sudah tak mudah bagi Daud untuk mengingat semua kejadian yang terjadi kurang lebih 47 tahun lalu itu, ia pun menceritakan sepenggal kisah yang dimilikinya saat mengenal dan menempuh pendidikan menwa.
Pendidikan pertama Menwa Unhol digelar di samping kampus Unhol, Kemaraya selama 24 hari sejak 14 Oktober hingga 6 November 1978. Ia bersama 24 rekannya mengikuti pendidikan ini.
“Dulu saya ingin sekali masuk resimen. Sampai saya pingsan dulu waktu di tes. Karena tesnya dulu hanya fisik, tidak ada tes pakai materi,” kenang Daud ditemui di kediamannya di Perdos Kampus Baru UHO, Jalan H.E.A Mokodompit, Kecamatan Kambu, Kelurahan Lalolara, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), usai salat magrib pada Kamis, 30 Juni 2022.
Diangkat Jadi Komandan Menwa Unhol dan Tugas di Timor-Timor
Tempaan yang diterima saat pendidikan saat itu diakuinya sangat keras. Namun, karena keinginan yang kuat untuk menjadi seorang resimen membuat Daud bersama kawan-kawan tak gentar hingga akhir.
Usai menjalani pendidikan menwa selama 24 hari, Daud mengaku kembali menerima tes pengetahuan dan menjadikan dirinya peringkat pertama dari puluhan peserta tersebut.
Atas hal itu, Daud diangkat dan dikukuhkan langsung oleh rektor pertama Unhol, La Ode Malim sebagai Komandan Menwa Unhol. Ia memimpin 25 pasukannya di universitas yang kala itu masih dengan sebutan batalion, bukan satuan.
Kebijakan rektor saat itu, jika peserta yang mendapat peringkat pertama dalam pendidikan akan diprioritaskan untuk mengikuti tugas-tugas lanjutan seperti pendidikan lanjutan.
“Tapi dulu ada istilah, yang dekat dengan api itu yang menyala. Karena dulu rektornya orang Bugis maka yang berangkat Suskapin 1979 bukan ranking satu, tapi yang dekat dengan rektor. Jadi bukan saya yang berangkat. Di situ saya sempat kecewa,” ucapnya.
Satu tahun usai pendidikan, tepatnya 1979 negara memanggil menjalankan tugas di Timor Timur untuk melaksanakan operasi pembangunan. Saat itu yang dibutuhkan ialah jurusan IPA yang diterjemahkan menjadi kedokteran dan pertanian. Karena di Unhol saat itu belum ada jurusan kedokteran maka dari pertanian yang menjadi perwakilan.
Unhol mengirim dua perwakilannya, Daud dan Rahmat Mukhtar. Sebelum ke Timor Timur, dua menwa Unhol tersebut mendapatkan pelatihan di Tangerang yang merupakan daerah identik dengan Timor Timur. Selama dua minggu Daud dan Rahmat mengikuti instruksi dari pelatih organik dan kementerian terkait sesuai dengan bidang keahlian sebelum pemberangkatan.
Ayah dari 4 anak itu ditugaskan di wilayah Los Palos, wilayah paling timur di Timor Timur bersama menwa dari disiplin ilmu peternakan, hukum, dan agama dengan tugas yang berbeda-beda. Daud menjalankan tugas pertanian seperti membuat sawah dan perkebunan lainnya. Pekerjaan itulah yang dilakoninya selama tiga bulan berada di Timor Timur.
Menjadi Menwa di Kampus hingga Terangkat Jadi PNS
Daud mengatakan, saat itu tugas menwa di kampus ialah mengabdi terhadap perguruan tinggi. Apapun kondisinya, diperintah atau tidak, menwa tetap mengerjakan apa yang bisa dilakukan untuk universitas.
Ia mengingat kondisi kampus saat itu sering terjadi kekacauan. Menwa adalah tameng utama untuk mengontrol kondisi saat itu. Di masa kepemimpinannya, menwa sangat disegani di kalangan mahasiswa. Tak jarang ia bersama anggotanya berhadapan dengan preman dan senjata tajam.
“Semua organisasi di kampus itu tunduk di bawah perintah menwa. Kalau menwa bilang ‘A’ maka ‘A’ semua, tidak ada yang berani macam-macam,” ucapnya.
Menwa di masanya juga sempat mengawal perubahan status universitas dari swasta menjadi perguruan tinggi negeri ke-42 di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1981.
Selama menjadi Menwa, Daud telah menempuh pendidikan lanjutan berupa kursus kader pelaksana (Suskalak), suskapin, dan event-event nasional yang digelar oleh pihak TNI maupun Menwa Indonesia.
Tahun 1981, Daud menamatkan pendidikannya sebagai sarjana muda pertanian. Meninggalkan universitas bukan berarti meninggalkan menwa. Ia kembali menjadi Kepala Staf Menwa (Kasmen) pada1983. Di bawah komandonya, beberapa kali Batalion UHO mengikuti pendidikan gabungan di Makassar.
Daud diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada 1985 dan mengajar sebagai dosen di Fakultas Pertanian UHO sampai tiba pensiunnya pada Desember 2021.
Daud pernah mencoba melanjutkan S-2 di ITB pada 1995, namun tak sanggup dijalani karena sakit. Tahun 1998 ia kembali menjalankan studi S-2 jurusan ketahanan nasional.
Selanjutnya, ia kembali mencoba melanjutkan S-3 tahun 2011 di Fakultas Pertanian UHO, namun tak mampu ia selesaikan karena kesehatan yang terganggu.
Di usianya yang ke-65 tahun ini, Daud berharap menwa kembali jelas kepengurusannya agar tidak seperti ada namun tiada. Ia ingin kembali melihat menwa berjaya seperti pada masanya. (*/SF).
Reporter: Ismu Samadhani
Editor: Jumriati
Widya castrena dharma siddha
Semoga diberikan keshatan unt bapak L Daud
Liputan yg menarik. Ada satu lagi tokoh Menwa Unhol yg sezaman dgn Pak Daud, yaitu (Alm.) Zainal Asmada, mantan senator MPR RI Utusan Daerah (cikal bakal DPD) Sultra (1999-2004). Mengulik kisahnya barangkali juga akan memperkaya khazanah pengetahuan sejarah Menwa UHO
Saya kenal beliau
Pernah ketemu di Yogja dalam rangka Napak tilas Jenderal Besar Soedirman klo gak salah ingat antara tahun 1983-1984
Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan lahir batin
Aamiin ya rabbal ‘aalamin