ZONASULTRA.ID, WANGI-WANGI – Kelompok petani rumput laut Pokdakan Satu Hati di Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai memanen bibit rumput laut Eucheuma cottonii pada Jumat (26/8/2022) lalu.
Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Kelautan Perikanan (DKP) mendorong, supaya petani rumput laut dan nelayan dapat membentuk kelompok. Melalui pendamping penyuluh perikanan, yang ditugaskan setiap desa/kelurahan memudahkan mereka dalam mendapatkan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) maupun DKP.
Rumput laut yang berhasil dikembangkan tersebut merupakan bantuan KKP hasil kultur jaringan Balai Budi Daya Air Payau (BBAP) Takalar yang didatangkan pada bulan Juni lalu, sebanyak 40 kilogram. Kemudian bantuan bibit itu berhasil dikembangkan menjadi 1,3 ton dalam waktu 84 hari.
Pada kesempatan itu, Bupati Wakatobi Haliana mengungkapkan, penetapan Desa Liya Bahari oleh Menteri KKP Wahyu Trenggono baru-baru ini sebagai kampung budi daya rumput laut jenis Eucheuma cottoni akan memudahkan masyarakat Wakatobi mendapatkan bibit. Perlu diketahui, bahwa menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan Pemda untuk mendatangkan bibit kultur jaringan yang berkualitas.
Lebih lanjut Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu menjelaskan, dalam mewujudkan visi misi Kabupaten Wakatobi di era pemerintahan lima tahun ke depan, sektor perikanan budi daya merupakan salah satu program unggulan yang diprioritaskan. Menurutnya, hal demikian tidak terlepas dari upaya Pemda Wakatobi, dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama petani rumput laut.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (ASPEKSINDO) tersebut berharap, agar bibit rumput laut Eucheuma cottoni kultur jaringan bisa dikembangkan dengan baik oleh petani di wilayah Desa Liya Raya. Hal itu supaya bisa menjadi penyuplai ke Pulau Kaledupa dan Pulau Tomia sehingga kawasan budi daya seluas 56.000 se-Wakatobi bisa termanfaatkan.
“Kalau penuh dengan Eucheuma cottonii bayangkan saja berapa penghasilan petani dalam satu tahun jika dikali dengan harga Rp25 ribu sampai Rp40 ribu per kilogram. Sektor perikanan kita sangat memprioritaskan budi daya rumput laut, udang serta perikanan tangkap yang sementara kita genjot. Maka dengan adanya kemudahan petani mendapatkan bibit, kita sangat berharap agar petani di Liya ini dapat memanfaatkan 450 hektar kawasan, untuk budi daya yang saat ini baru termanfaatkan sekira 100 hektar,” terangnya.
Sahrul Waliwangko selaku ketua kelompok petani rumput laut Pokdakan Satu Hati menyebutkan, sebelum menghasilkan 1,3 ton rumput laut, kelompoknya membudidayakan bibit sebanyak 40 kilogram bantuan KKP.
Dalam kurun waktu 28 hari bibit itu dipanen. Hasil panennya kemudian dikembangkan lagi. Dalam jangka waktu yang sama mendapat hasil yang cukup memuaskan sebanyak 1,3 ton. Bibit bantuan ini tergolong cepat perkembangannya dalam waktu 28 hari.
Hasil panen 1,3 ton tersebut, kata Sahrul, belum akan dikeringkan untuk dijual. Namun mereka akan kembali mengembangkan. Nanti setelah banyak hasilnya baru kemudian akan dijual ke petani lain di wilayah setempat, untuk dijadikan bibit karena dinilai memiliki kualitas yang bagus.
Di samping keberhasilan mereka dalam mengembangkan bibit Eucheuma cottonii, kelompoknya masih memiliki sejumlah kekurangan dari sisi sarana dan prasarana seperti tali, perahu dan mesin.
“Kepada Pemda kami minta agar bisa memberikan kami bantuan tali, dengan ukuran 4 dan 3 mil, perahu dan mesin. Jelas itu akan sangat membantu kami. Karena jarak lokasi budi daya sangat jauh, sehingga butuh sarana yang memadai,” ujarnya di Wangsel, Selasa, (30/8/2022).
Di tempat yang sama, La Biru salah seorang petani rumput laut di wilayah tersebut mengaku kalau dibandingkan dengan bibit lokal tingkat kesuburannya sangat berbeda jauh dengan yang dibudidayakan oleh petani Pokdakan Satu Hati.
“Kalau bibit yang biasa kita beli di sini 28 hari belum besar seperti ini. Dalam waktu 28 hari pun saya belum panen, sementara saya sama-sama turun budi daya dengan kelompok Satu Hati,” pungkasnya. (B)
Kontributor: Nova Ely Surya
Editor: Muhamad Taslim Dalma