Naturevolution Indonesia Basmi Bintang Laut Perusak Terumbu Karang di Tanjung Tiram

Naturevolution Indonesia Basmi Bintang Laut Perusak Terumbu Karang di Tanjung Tiram
PENYUNTIKAN- Proses penyuntikan cairan cuka ke badan sekitar 18 individu COTS pada radius 20 meter di Kawasan Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan oleh tim gabungan Naturevolution Indonesia bersama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK), Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Wilayah Kerja Kendari dan OK DIVE, Senin (21/11/2022). (ISTIMEWA)

ZONASULTRA.ID,KENDARI- Naturevolution Indonesia bersama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK), Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Wilayah Kerja Kendari dan OK DIVE melakukan aktivitas pembasmian bintang laut perusak terumbu karang di Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan (Konsel), Senin (21/11/2022).

Ketua Naturevolution Indonesia Dan Leader Program Marine & Coastal Muhammad Ali Abdullah mengatakan, bintang laut ini biasa disebut oleh masyarakat pesisir adalah bintang laut mahkota duri atau nama lainnya Acanthaster Planci atau Crown-of-thorns starfish atau COTS.

Keberadaan COTS mengancam pertumbuhan terumbu karang karena memakan polip karang. Bintang laut mahkota duri memiliki racun dan berkisar dari warna biru keunguan, ke abu-abuan, kemerahan dann kehijauan.

COTS umumnya berdiameter 25 hingga 35 cm, meskipun bisa sebesar 80 cm. Ia menyebut, mahkota bintang laut duri memangsa hampir semua karang, dan preferensi makan dan pola perilaku mereka bervariasi dengan kepadatan populasi, pergerakan air, dan komposisi spesies.

“COTS biasanya lebih suka memakan karang bercabang dan karang meja (misalnya, Acropora ), yang merupakan genera yang sama yang paling rentan terhadap pemutihan,” ungkapnya kepada zonasultra.id.

Akan tetapi, ketika jumlah COTS yang melimpah atau kondisi lingkungan masuk dalam kategori wabah, COTS dapat memakan karang lain seperti Porites atau karang foliosa (mis Montipora ). Selain karang keras, COTS juga dapat memakan bunga karang, karang lunak, alga, dan organice berkerak.

Naturevolution Indonesia Basmi Bintang Laut Perusak Terumbu Karang di Tanjung Tiram

Ia menjelaskan aksi ini dilakukan atas hasil survey Oktober 2022 di wilayah Tanjung Tiram. Dan tim gabungan tersebut berhasil melakukan penyuntikan sekitar 18 individu COTS pada radius 20 meter di area lokasi.

Hal ini dilkukan karena di antara berbagai gangguan skala besar yang mempengaruhi terumbu karang Indo-Pasifik, bintang laut pemakan karang, Acanthaser planci adalah salah satu penyebab kerusakan terumbu karang, yang besaran dampak secara kuantitatifnya sama dengan dampak dari adanya siklon.

Kemudian untuk penanganan dan pemantauan COTS dengan melibatkan warga, instansi/lembaga, komunitas/organisasi setempat dengan metode yang tepat diharapkan dapat melindungi bagian penting dari terumbu karang, serta membantu mereka dalam menghadapi ancaman lainnya.

Untuk cara penanganan wabah COTS juga tidak bisa dilakukan dengan cara yang sembarangan, karena bisa jadi niat untuk membasmi wabah ternyata malah membuat jumlah individu ini meningkat.

Kata dia, banyak cara untuk menangani individu COTS yang sudah sering dilakukan oleh organisasi, komunitas, dan warga masyarakat pesisir.

Seperti, dengan cara di tusuk dengan bambu panjang dikenal dengan istilah tusuk sate, diangkat ke permukaan dengan menggunakan alat bantu kayu atau stik, dan dengan cara disuntikan cairan perasan air jeruk atau air cuka ke badan COTS.

Institute of Research for Development (IRD) telah melakukan riset kepada individu COTS, hewan ini jika saat fase bertelur dan mendapatkan gangguan atau strees individu ini akan menyemburkan ribuan larva.

“Inilah momen yang tidak boleh dilakukan karena penanganan yang tidak tepat,” katanya.

Terkait fase bertelur, belum ada riset lebih dalam tentang itu, tetapi hewan ini ketika kepadatannya meningkat atau berkelompok dan bergerombolan bisa di pastikan saat itulah fase bertelur, dan kategori untuk lokasi wabah COTS adalah mendapati 30 individu dalam 1 hektar.

Sehingga jika ditemukan lokasi wabah individu ini dalam keadaan berkelompok, dan jika mereka ditusuk atau di angkat kepermukaan akan membuat mereka stres dan menyemburkan ribuan larva.

“Saat ini untuk penanganan kami melakukan dengan cara injeksi atau dengan cara suntik, menyuntikkan cairan cuka ke badan COTS, cara inilah yang kami rasa aman untuk dilakukan,” ujarnya.

Karena dengan masuknya cairan cuka ke dalam tubuh COTS langsung membunuh hewan ini dan tidak sempat untuk menyemburkan larva.

Untuk diketatahui tim yang terlibat Mohammad Rais dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyyah Kendari, Jupri dan David dari BPSPL Makassar Wilker Kendari dan Al Muhajirin dari OK DIVE. (*)

 


Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini