ZONASULTRA.ID, BATAUGA – Desa Bola yang terletak di Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) ternyata menyimpan potensi wisata yang begitu menarik. Saat ini, Pemerintah Desa Bola tengah merencanakan objek wisata alam bernama Liawonci Park, kolam renang yang berada di atas tebing.
Sekretaris Desa Bola, La Ode Erwin mengatakan, sebenarnya di desanya ada objek wisata yang bisa dikembangkan, yaitu Pantai Jodoh dan situs sejarah peninggalan Jepang.
Sayangnya, Pantai Jodoh milik perorangan sehingga pemerintah desa lepas tangan. Sementara situs sejarah peninggalan Jepang belum begitu menarik di mata pengunjung. Sehingga pihaknya fokus pada Liawonci Park.
Pada 2021, Pemerintah Desa Bola bersama konsultan telah menganggarkan pembuatan masterplan perencanaan pariwisata Liawonci Park. Dalam masterplan ini, dipadukan antara wisata budaya dan wisata alam.
Menurut Erwin, mulai 2023 Pemerintah Desa Bola akan mengalokasikan anggaran untuk peningkatan Liawonci Park yang bersumber dari dana desa (DD).
Pemerintah desa akan menganggarkan sebanyak mungkin sepanjang itu tidak bertentangan dengan skala prioritas pengunaan dana desa.
“Tapi kami lihat ada peluang, karena skala perioritas dana desa lebih berfokus pada pengembangan wisata dalam pemulihan ekonomi,” katanya.
Ia menjelaskan, tahap awal nanti pemerintah desa akan fokus pada pembuatan kolam renang dan jembatan kaca sekitar 5 meter untuk tempat berfoto.
“Jadi kalau pengunjung bosan mandi di laut bisa ke kolam. Mungkin 2024 keduanya sudah bisa digunakan,” ujar Erwin.
Selain kolam dan jembatan kaca, pemerintah desa juga berencana membuat vila mini dan aula rapat. Sesuai masterplan, kata Erwin, dibutuhkan anggaran sekitar Rp4 miliar hingga Rp6 miliar.
Pemerintah Desa Bola berencana membangun tempat rapat di Liawonci Park bukan tanpa alasan. Selain untuk rapat, juga bisa digunakan untuk lokasi ritual atau kegiatan adat.
Sebab, di desa ini selalu ada ritual adat berupa pesta air yang dilaksanakan sekali dalam dua tahun. Pesta air telah dilakukan secara turun temurun. Pesta air ini sebagai bentuk rasa syukur dari masyarakat karena zaman dulu mereka kesulitan mendapatkan air.
Tak hanya pesta adat, pihaknya juga ingin kembali menumbuhkan budaya-budaya yang hampir terkikis zaman. Misal gambus balas pantun.
“Ini akan kita hidupkan kembali, ketika ada perayaan atau acara akan ditampilkan gambus balas pantun,” kata Erwin.
“Jadi lewat pariwisata ini kita ingin budaya-budaya ini kembali dikenalkan dan dimunculkan lagi,” tambahnya.
Erwin optimistis, pesta adat dan gambus balas pantun bakal menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung selain hamparan pasir dan laut lepas serta sunset Liawonci Park.
Untuk ke Liawonci Park, dari Kota Baubau menuju ke Desa Bola sekitar 30 kilometer. Sementara dari ibu kota Busel waktu tempuh hanya 11 km.
La Ode Erwin mengatakan, ke depan, pengelolaan Liawonci Park akan diserahkan ke BUMDes Sinarbola. Sebab, pengelolaan di BUMDes lebih gampang dikontrol.
Pada awal 2023 nanti, yang dilakukan pemdes adalah pembebasan lahan dan pembukaan akses jalan.
“Karena ini bukan aset desa. Tapi kami sudah komunikasi sama pemilik lahan. Baru sebagian tapi mereka siap mendukung,” kata Erwin.
Untuk mewujudkan masterplan Liawonci Park ini, pemerintah desa meminta dukungan dari masyarakat. Termasuk pemda dan pemerintah pusat dari segi anggaran.
“Selain dana, tantangan terbesar pemdes adalah pembebasan lahan. Dari 10 yang punya lokasi, mungkin sembilan orang yang sudah mau, tapi jika satu orang tidak mau maka akan saling mempengaruhi,” ucap Erwin.
Desa Bola mempunyai penduduk sekitar 1.000 jiwa lebih dengan 270-an kepala keluarga. Mayoritas warga desa ini bekerja sebagai petani dan nelayan. (*)
Kontributor: Ilham Surahmin
Editor: Muhammad Taslim Dalma