Mengenal Benteng Lakawale, Cagar Budaya yang Ada di Muna Barat

Mengenal Benteng Lakawale, Cagar Budaya yang Ada di Muna Barat
BENTENG LAKAWALE- Benteng Lakawale terletak di Desa Latompe, Kecamatan Lawa, Mubar. Dari Kota Raha, jaraknya sekitar 25 kilometer. Sedangkan dari Laworo, ibu kota Mubar berjarak 8 kilometer. Akses masuk ke Benteng Lakawale dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. (ZONASULTRA.ID)

ZONASULTRA.ID, KENDARI – Pesona wisata di Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara (Sultra) seolah tak ada habisnya. Di daerah pemekaran dari Kabupaten Muna ini, terdapat benteng tersembunyi yang masih begitu terjaga keasliannya.

Namanya Benteng Lakawale. Pada 2021, benteng ini resmi ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya.

Benteng Lakawale terletak di Desa Latompe, Kecamatan Lawa, Mubar. Dari Kota Raha, jaraknya sekitar 25 kilometer. Sedangkan dari Laworo, ibu kota Mubar berjarak 8 kilometer. Akses masuk ke Benteng Lakawale dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Benteng Lakawale memiliki luas sekitar tiga hektare. Sepanjang jalan menuju benteng tidak terdapat pemukiman, yang ada hanya hamparan perkebunan.

Benteng milik Pemerintah Desa Latompe ini berada di ketinggian 50 meter dari permukaan tanah. Uniknya, Benteng Lakawale dikelilingi air atau sungai. Sekitar 200 meter dari benteng juga terdapat mata air.

Mengenal Benteng Lakawale, Cagar Budaya yang Ada di Muna Barat

Kepala Desa Latompe La Ode Sugira mengatakan, sebelum tiba di benteng, pengunjung akan melewati gua-gua, seperti gua siput.

“Di atas kita akan ketemu gua siput, langsung dapat gua, di atas gua ada pagar batu atau benteng. Dari jalan poros ke dalam sekitar 3 kilometer,” terang Laode Sugira.

Kata Sugira, gua tersebut menyimpan misteri soal keberadaan harta karun yang masih dipercaya masyarakat Latompe hingga saat ini.

Mengenal Benteng Lakawale, Cagar Budaya yang Ada di Muna Barat

“Jadi soal harta karun di dalam gua itu bukan hanya sekadar cerita, tapi benar-benar kenyataan,” ujar Laode Sugira.

Ia bercerita, sekitar 1940-an ada warga Desa Latompe yang berkebun di sekitar Benteng Lakawale. Ia kemudian dibawa oleh dua orang perempuan berjubah putih ke dalam Gua Lakawale. Di dalam gua itu terdapat banyak harta karun, di antaranya emas, uang perak, dan guci emas. Ia lalu diberi dua liter uang perak.

Mengenal Benteng Lakawale, Cagar Budaya yang Ada di Muna Barat

“Diduga di gua itu masih tersimpan harta karun sampai sekarang, tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat dan mengambil harta karun itu,” kata Laode Sugira.

Selain dikelilingi sungai, benteng ini juga bertingkat. Benteng tingkat pertama diyakini sebagai tempat masyarakat biasa, sedangkan di tingkat dua merupakan tempat raja.

“Karena di atas katanya ada lokasi masjid, tempat raja,” kata Laode Sugira.

Mengenal Benteng Lakawale, Cagar Budaya yang Ada di Muna Barat

Menurut Sugira, belum terlalu banyak pengunjung yang datang ke Benteng Lakawale karena masih rawan. Jika ke sini harus sepengetahuan warga. Namun, sudah ada beberapa wisatawan asing dari Afrika dan Meksiko yang datang mengecek Benteng Lakawale.

Pemerintah desa berharap Benteng Lakawale dilirik oleh pemerintah untuk dikembangkan. Jika berkembang, tentu akan menjadi salah satu pemasukan PAD.

“Akses jalan sudah dilakukan pengerasan sejak zaman Presiden SBY (bantuan PNPM),” ungkap Sugira.

Jika mendapat bantuan anggaran, katanya, pihaknya akan memperbaiki jalan keliling benteng serta akses naik ke puncak yang membutuhkan tangga.

“Akses jalan keliling benteng artinya keliling gunung sekitar 2 km. Akses jalan ke puncak dan pembuatan gazebo-gazebo, itu mungkin butuh anggaran puluhan miliar,” ungkapnya.

Saat ini pihaknya telah mengusulkan program penanaman sejuta pohon ke dinas lingkungan hidup setempat untuk penanaman di sekitaran mata air sungai.

“Kita berharap pemerintah memberikan bantuan agar benteng ini jadi tempat wisata. Kami rutin membersihkan jalan di sini,” ungkap Laode Sugira.

Desa Latompe memiliki penduduk kurang lebih 913 jiwa dengan 264 kepala keluarga. (*)


Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini