Menyoal Obesitas Anak

Menyoal Obesitas Anak
Darmin

Anak merupakan amanah yang harus dijaga dengan baik oleh orang tua. Salah satu bentuk pemenuhan amanah tersebut adalah urusan makanan. Tetapi tentu saja, orang tua bukan asal sembarangan memberi makanan, melainkan makanan yang sehat dan sesuai porsinya. Namun apa jadinya jika makanan anak melebihi porsi? Ya, maka obesitas tak akan dapat dihindari.

Menyoal Obesitas Anak
Darmin

Obesitas merupakan kondisi medis berupa penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Kondisi ini antara lain dipengaruhi faktor gaya hidup yang jarang beraktivitas, genetika, konsumsi obat-obatan tertentu, maupun pola asuh orangtua terhadap makanan anak.

Menurut penelitian dari UCLA Center for Health Policy Research yang dilakukan tahun 2009, setiap harinya, lebih dari 2 juta anak dan remaja di California (sekitar 62%) meminum soda dan 1,4 juta makan makanan siap saji. Hanya 38% yang mengonsumsi sayur dan buah-buahan. “Kebiasaan makan yang sehat diawali dari rumah. Jika orang tua memiliki kebiasaan makan makanan sehat, kemungkinan besar anaknya juga demikian,” kata Susan H. Babey, salah satu peneliti dari UCLA Center for Health Policy Research.

Selain itu, penelitian dr. Emy Huriyati dari Departemen Ilmu Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, menunjukkan bahwa sekitar 30% orang Indonesia kini mengalami obesitas. Di kalangan remaja dan anak-anak saja, angkanya mencapai 10% dari total populasi, dan dikhawatirkan angka ini akan terus meningkat. Bahkan, Indonesia masuk dalam urutan ke-10 sebagai negara dengan jumlah orang obesitas terbanyak di dunia (Voaindonesia.com, 11/04/2016).

Arya Permana dan Rizki Ramadhan merupakan dua bocah potret obesitas anak di Indonesia. Pasalnya, walau masih berusia di bawah 10 tahun, keduanya mempunyai bobot tubuh di atas rata-rata anak seusia mereka. Arya memiliki bobot tubuh 190 kilogram, sedangkan Rizki memiliki berat badan 135 kilogram (Okezone.com, 21/07/2016). Baik Arya maupun Rizki, keduanya mengalami kenaikan berat badan secara drastis setelah diketahui sering mengkonsumsi minuman kemasan, soda, dan mie instan.

Menyikapi hal ini, maka kontrol orangtua menjadi hal yang penting dalam menghadapi anak yang penuntut. Anak yang memberontak ketika keinginannya tidak terpenuhi berkaitan dengan masalah perilaku. Ketika anak meminta dibelikan makanan tertentu, kemudian orang tua tidak memenuhi, lalu anak mengamuk, lantas orang tua pada akhirnya memberikan apa yang diinginkan oleh anaknya, maka kondisi ini dipandang sebagai kesempatan emas bagi si anak untuk mengulangi lagi perbuatannya, sehingga menjadi kebiasaan. Sebab, anak merasa mudah saja mematahkan larangan orang tuanya melalui aksi ngambeknya.

Rasulullah SAW sesungguhnya telah memberi teladan yang baik dalam hal ihwal pemberian makanan kepada anak. Rasulullah SAW bersabda, Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak pernah kekenyangan (HR Bukhari Musim). Rasulullah menyeru umatnya untuk makan nanti ketika merasa lapar dan menyudahinya sebelum merasa kenyang. Dengan kata lain, Rasulullah SAW melarang makan berlebih-lebihan, Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Rasulullah SAW juga tidak menganjurkan mencampur 2 menu utama sekaligus karena dapat menyebabkan seseorang kekenyangan dalam makan. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa ada satu hari di masa setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Lalu, sambil menunggu Aisyah ra, para sahabat, yang sudah menjadi orang-orang kaya saling bercerita tentang menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah ra, yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis. “Apa yang membuatmu menangis, wahai Bunda?” tanya para sahabat. Aisyah ra lalu menjawab, “Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti.”. Dari sisi penelitian medis dibuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit.

Selain itu, teladan makanan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW yaitu halal dan thoyyib (baik). Yang dimaksud dengan halal yakni diketahui dengan jelas riwayat makanannya (bersumber dari mana dan diproses dengan cara seperti apa) dan memang disyariatkan atau diperbolehkan dalam hukum Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan thoyyib yakni kualitas kandungan gizi atau nutrisi dalam makanan.

Tidak kalah pentingnya, orang tua mengajarkan adab makan kepada anaknya, seperti berdoa sebelum makan, makan dan minum dengan tangan kanan, dan makan sambil duduk, tidak duduk bersandar dan tidak berdiri, serta tidak langsung tidur setelah makan, sebab hal tersebut tidak baik bagi jantung.

Oleh karena itu, seyogyanya para orang tua memperhatikan takaran asupan makanan anak. Anak dididik sejak dini untuk mengkonsumsi makanan sehat secara berimbang; tidak dalam porsi yang terlalu sedikit, dan tidak pula dalam porsi yang terlalu banyak. Anak dibiasakan makan makanan sehat alami seperti kurma, madu, minyak zaitun, dan sayur-sayuran, yang tentu saja semua jenis makanan ini memiliki kandungan yang luar biasa. Orang tua, khususnya Ibu, harus rela bersikap sedikit ‘cerewet’ dalam mengontrol keinginan makan sang anak. Hal ini guna menumbuhkan kebiasaan makan yang tidak menggiring anak menuju obesitas. Wallahu ‘alam bisshawab.

 

Oleh: Darmin, S. Pd., M. Pd
Penulis Merupakan Dosen Universitas Lakidende & Aktivis HTI Konawe

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini