Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.
Zaman sekarang ini, banyak sekali yang sudah multi tafsir makna dari Ulang Tahun itu. Mulai dari perayaan yang dilakukan orang yang merayakan Ulang Tahunnya itu. Seperti contoh, untuk sekarang ini banyak sekali siswa-siswi atau pelajar bangsa yang merayakan ulang tahunnya dengan hal yang sis-sia, bahkan bisa dikatakan tindakan yang kejam. Contohnya saja dengan melempari telur busuk serta meceburkan si pengulang tahun ke sungai. Apakah tindakan seperti ini yang diharapkan bagi orang yang masa hidupnya telah berkurang? Tentu tidak ! tindakan seperti ini adalah tindakan yang tidak terdidik dan bisa dikatakan tidak berpendidikan . apa gunanya pelajaran pendidikan moral yang diajarkan di institusi pendidikan? Ataukah pendidik kurang menjelaskan tentang perbuatan yang berguna bagi orang lain?
Bagaimana sih harusnya merayakan ulang tahun seseorang? Apalagi teman terdekat. Yang perlu dipahami adalah dengan tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada.
Namun, budaya kita yang ‘satu tahun sekali’ membuat orang-orang justru jadi kejam. Telur dan tepung menjadi dua ‘alat’ andalan untuk merayakan ulang tahun. Seakan kita terdidik dengan kebiasaan hari ulang tahun yang bisa mengakibatkan kerugian pada diri masing-masing. Yang seharusnya kita renungkan adalah detik-detik menegangkan seorang Ibu melahirkan seorang anak dengan mempertaruhkan hidupnya. Ibu kita bersusah payah melahirkan kita pada waktu itu dengan mempertaruhkan nyawa sendiri, sedangkan kita setelah terlahir di dunia ini tidak dihargai hidupnya sama sekali. seharusnya mengingat Hari Ulang Tahun cukup lah di rayakan dengan penuh rasa syukur dan terima kasih kepada kedua orang tua kita, terutama ibu kita, karna surgalah dibawa telapak kaki ibu.
Ingatlah, kita tidak boleh dikuasai dengan hal yang semacam ini, dalam islam tidak pernah diwajibkan atau disunahkan. Jangan kita berbuat seolah-olah kegiatan ini seperti sebuah pendidikan yang wajib kita ikuti dan amalkan. Dan juga untuk para orang tua, ingatlah anak adalah amanah dari- Nya, janganlah engkau sia-siakan. Rumah adalah tempat pendidikan pertama bagi seorang anak. Didiklah dengan pendidikan sesuai dengan ajaran-Nya. Sebagai Penutup, ada sebuah Ungkapan dari saya yang semoga bisa membuat kita sadar apa yang seharusnya kita lakukan dan bagaimana kita memaknai hari ulang tahun sebenarnya. Ungkapannya Berbunyi :
“Keadaan dimana umur bertambah adalah ridho dari Allah SWT dan janganlah engkau menyianyiakan hal tersebut dengan perbuatan sia-sia. Lakukanlah dengan mengucap syukur dan berterimakasihlah kepada orang tua kita”
Oleh Nardis. S.Pd
Penulis merupakan Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Dari Sekolah Guru Indonesia