Cerita Takut Muhammad Rahmatullah Suyuti, Si Pembentang Bendera Merah Putih di Pulau Bokori

Muhammad Rahmatullah Suyuti
Muhammad Rahmatullah Suyuti
Muhammad Rahmatullah Suyuti
Muhammad Rahmatullah Suyuti

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI -Kesempurnaan pengibaran bendera Merah Putih pada saat peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI adalah keinginan setiap anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka). Hal itu tentu juga akan menjadi pengalaman yang indah bagi para anggota Paskibraka kala berhasil mengibarkan sang Merah Putih dengan sempurna.

Namun, sebuah insiden kecil sedikit mengusik impian manis dari Muhammad Rahmatullah Suyuti, anggota Paskibraka tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang bertugas sebagai pembentang bendera saat upacara HUT RI ke-71 di Pulau Bokori, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe.

Ditemui ZONASULTRA.COM usai upacara penurunan, Rabu (17/8/2016) sore, siswa SMAN 1 Kendari ini mengungkapkan perasaannya saat detik-detik pengibaran bendera. Dirinya mengaku sedikit tegang, apalagi saat insiden “bendera setengah tiang” yang terjadi.

“Saya takut jangan sampai ini bendera setengah tiang, tapi Alhamdulillah Tuhan masih cinta dan sayang sama kami hingga bendera tetap sampai ke puncak tiang bendera,” ungkap remaja berusia 17 tahun yang tergabung di tim merah ini.

Dia menuturkan, saat dirinya bersama Jeri Reska Trisakti Majanuddin, siswa asal SMAN 1 Wawotobi yang bertugas sebagai pengerek bendera asal Kabupaten Konawe mulai menaikan bendera merah putih, rasa takut mulai dia rasakan saat lagu akan segera berhenti, namun bendera belum juga sampai di puncak.

(Lihat Juga : VIDEO : Detik-detik Pengibaran Bendera Merah Putih di Pulau Bokori)

Dirinya juga berusaha untuk mempertahankan agar tali tiang tidak putus dan bendera tetap dapat berkibar. Meskipun butuh waktu sekitar 1 menit setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya berhenti dikumadangkan, bendera merah putih baru dapat berkibar sempurna.

Muhammad Rahmatullah Suyuti
Foto bersama Muhammad Rahmatullah Suyuti bersama Ayah Muhammad Suyuti dan Ibu Hasma Suyuti.

Menurut siswa kelas XI MIPA ini, pelaksanaan upacara di Pulau Bokori merupakan tantangan terbesar. Dirinya merasakan perbedaan yang cukup jauh jika dirinya melaksanakan pengibaran bendera di Kantor Gubernur Sultra ataupun di halaman sekolahnya.

“Disini kita geladi lebih berat, medannya juga selain itu faktor cuaca angin yang kadang kencang kadang pelan artinya tidak menentu,” terangnya.

Sementara itu, Hasma Suyuti, ibu kandung Rahmatullah mengungkapkan rasa bangga kepada anaknya karena menjadi salah satu dari 50 anggota Paskibraka Sultra 2016 yang mecetak sejarah mengibarkan bendera di pulau tak berpenghuni, meskipun terjadi insiden yang seharusnya bukan keinginan dari anaknya bersama anggota pengibar bendera lainnya.

“Tadi setelah upacara mereka diberi motivasi diberi semangat untuk menerima dengan lapang hati bahwa ini bukan kesalahan mereka dan mereka semua hebat,” ungkapnya. (B)

 

Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini