ZONASULTRA.COM, UNAAHA– POLISI. Profesi ini dikenal masyarakat umum sebagai aparat penegak hukum, pengatur lalulintas, penjaga keamanan dalam kota mulai dari tindak pidana kriminal umum maupun tindak pidana tertentu.
Profesi polisi memang begitu menakutkan bagi masyarakat awam untuk melakukan perbuatan melanggar hukum, sebab dalam benak mereka ketika berurusan dengan polisi nampak terbayang jika siksaan, penjara, maupun diskriminasi akan mereka dapatkan, meskipun itu belum tentu benar adanya.
Tetapi ada juga pandangan berbeda terhadap aparat yang identik dengan uniform berwarna coklat ini. Sebagian masyarakat justru menganggap polisi sebagai pengayom, sebagai pelindung mereka dari tindakan kriminalitas maupun tindakan lainnya.
Tidak hanya dikenal dengan penegakan hukumnya, para perwira di Polres Konawe ternyata memiliki hati yang mulia dalam hubungan bermasyarakat. Hal itu diperlihatkan dengan keihlasan mereka mengumpungkan dana (patungan) untuk pembuatan rumah bagi keluarga Nursidik (56), warga Desa Mata Iwoi, Kecamatan Onembute, Kabupaten Konawe.
Kondisi rumah ayah enam orang anak ini memang sangat memprihatinkan. Gubug berukuran panjang 3,5 meter dan lebar 6 meter dibalut dinding papan yang mulai lapuk dimakan usia, serta ditutupi lembaran atap yang terbuat dari daun pohon sagu yang sudah bocor, menjadi satu-satunya tempat berteduh mereka dari teriknya panas matahari serta siraman air hujan.
Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Konawe AKBP Jemi Junaedi bercerita, ia berniat untuk membantu masyarakat berawal dari ketidaksengajaan dirinya melihat program beda rumah yang dilakukan Bupati Konawe, Kery Syaiful Konggoasa di Kecamatan Amonggedo.
“Awalnya saya sedang mencari sapi untuk kurban, secara tidak sengaja saya bertemu dengan Bupati Konawe, kemudian dia mengajak saya untuk melihat program beda rumah,” ujar Jemi disela-sela pemberian bantuan rumah, Selasa (4/10/2016).
Sekembalinya dari melihat program itu, ia langsung memanggil seluruh perwira polisi yang ada di Polres Konawe, lalu menceritakan perihal yang dilihatnya serta meminta tanggapan terkait niatnya untuk melakukan hal serupa.
Niatan itu lalu mendapat respon positif dari para perwira tersebut. Ia lalu meminta kepada seluruh petugas Babintantibnas untuk melihat kondisi wilayah masing-masing dan melaporkannya lewat aplikasi telegram lengkap dengan fotonya.
“Diantara puluhan foto yang dikirim ke saya, hanya foto rumah milik pak Nursidik yang menyentuh hati saya,” ujarnya.
Usai melihat foto tersebut, lelaki dengan dua melati di pundak itu lalu mengajak beberapa personilnya untuk turun melihat langsung kondisi rumah pria yang kini dikaruniai satu orang cucu itu.
Jemi mengaku sangat terharu kala melihat gubuk milik Nursidik yang hanya beralaskan tanah sebagai lantainya, apa lagi sang pemilik tidak memiliki pekerjaan tetap alias serabutan dan istrinya yang hanya bekerja sebagai buruh pembuat batu merah.
Ajak Masyarakat Bergotong Royong
Selain untuk mendekatkan Polisi dengan masyarakat, proram tak tertulis ini juga dilakukan untuk mengingatkan masyarakat luas tentang pentingnya budaya gotong royong, saling tolong menolong, serta kebersamaan demi terciptanya situasi yang aman dan kondusif. Rencananya program ini akan dilakukan setiap dua bulan sekali, tergantung kondisi keuangan serta dana yang akan digunakan.
“Dalam agama pun sudah dijelaskan, bahwa kita wajib mengeluarkan 2,5 persen dari hasil yang dapatkan untuk orang lain. Nah, sumber dana dari program ini berasal dari 2,5 persen penghasilan para perwirah Polres Konawe,” ungkapnya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada masyarakat serta pemerinta desa dan kecamatan setempat yang telah membantu kelancaran pembuatan rumah itu sampai selesai. Sebab dalam proses pembuatan rumah itu, masyarakat turut ambil andil dengan membantu menyiapkan konsumsi untuk tukang yang dilakukan dengan cara bergiliran per dusun.
Sementara itu, pemilik rumah, Nursidik beserta istrinya Tira mengaku sangat terharu kala mendapatkan kabar jika dirinya bakal mendapatkan bantuan rumah baru dari Polres Konawe. Bahkan ia mengaku sempat tak percaya dan hanyalah sebatas janji manis belaka.
“Bahkan sampai saat ini saya belum yakin kalau rumah ini benar-benar akan diberikan kepada saya,” ujar Nursidik sembari mengusap-usap wajahnya, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya kala itu, sebuah bangunan kokoh dengan pondasi kuat dengan lantai semen, beratapkan seng, serta berdidingkan papan yang sudah dihaluskan dengan mesin skap (penghalus).
Dengan mata berkaca-kaca, raut wajah gugup, serta suara terbata-bata, Nursidik menjawab pertanyaan awak zonasultra.id dengan kalimat seadanya. Ia mengaku sangat terharu dan bersyukur atas apa yang diberikan aparat penegak hukum kepada keluarganya.
Kini pria yang baru dua bulan lalu dikaruniahi anak perempuan ini mengaku sudah tidak perlu lagi kerja keras untuk mencari uang perbaikan tempat tinggalnya. Ia hanya perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anaknya, terlebih dua anak lelakinya yang masih duduk di bangku kelas 5 dan 3 Sekolah Dasar (SD).
“Saya sekeluarga mengucapkan banyak terimah kasih kepada seluruh personil Polres Konawe dan juga pemerintah Kecamatan, desa, serta seluruh masyarakat di desa ini. Sebab di sini saya tidak memiliki seorangpun kerabat atau keluarga,” ucapnya dengan nada terseduh-seduh.
Air mata Nursidik bersama istri akhirnya bercucuran kala suara yang berasal dari speaker saat diumumkan “acara selanjutnya pemberian kunci rumah kepada keluarga Nursidik dari Kapolres Konawe, AKBP Jemi Junaedi”.
Meski masih sempat tersenyum tipis, Nursidik dan istri tak bisa menahan rasa haru mereka yang ditumpahkan bersama dengan air mata mereka yang membasahi pipi yang mulai keriput. (B)
Reporter : Restu
Editor : Rustam