GP-SCPP Adakan Lokakarya Lingkungan Hidup dengan Komunitas Kakao di Sultra

196
GP-SCPP Adakan Lokakarya Lingkungan Hidup dengan Komunitas Kakao di Sultra
KOMUNITAS KAKAO - Foto bersama Perwakilan Petani dari Tiga Kabupaten Kolaka, Kolaka Timur, dan Kolaka Utara. (Foto Istimewa)
GP-SCPP Adakan Lokakarya Lingkungan Hidup dengan Komunitas Kakao di Sultra
KOMUNITAS KAKAO – Foto bersama Perwakilan Petani dari Tiga Kabupaten Kolaka, Kolaka Timur, dan Kolaka Utara. (Foto Istimewa)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pada 3 November di Kendari, Sulawesi Tenggara, GP-SCPP memfasilitasi lokakarya kedua dengan dukungan dari Pemerintah Sulawesi Tenggara, Cocoa Sustainability Partnership Indonesia (CSP), dan World Cocoa Foundation (WCF).

Lokakarya dengan tajuk ‘Lingkungan Lestari, Produksi Kakao Meningkat, dan Petani Sejahtera’  ini adalah bagian dari rangkaian acara yang akan mempertemukan para pemangku kepentingan kakao dalam upaya untuk mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan dalam sektor kakao di Indonesia dan berbagi hasil studi, pembelajaran mengenai kegiatan mitigasi perubahan iklim, dan memulai komitmen untuk rencana aksi kolaboratif.

Pada bagian pertama dari Lokakarya yang sebelumnya diadakan di Mamuju, Sulawesi Barat, pemangku kepentingan dari masyarakat kakao, termasuk pemerintah daerah, kelompok petani, sektor swasta, lembaga sertifikasi dan LSM lokal setuju untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam kritisnya pergeseran lahan dari hutan alam menjadi daerah pertanian karena tidak jelasnya perbatasan hutan.

Selanjutnya, diskusi berakhir dengan perhatian terhadap polusi air dan tanah, termasuk penggunaan bahan kimia yang sembrono di bidang pertanian dan pengelolaan sampah di berbagai sektor.Hal ini sejalan dengan temuan di mana 65% total emisi gas rumah kaca terakumulasi di Indonesia berasal dari deforestasi di mana konversi lahan merupakan masalah utama.

Lokakarya di Kendari  rupanya menyoroti isu lingkungan melalui perspektif pemangku kepentingan masyarakat kakao di mana keterlibatan LSM lokal yang berfokus pada batas hutan, agroforestri, Operasi Wallacea Terpadu (OWT) akan juga mendukung temuan dari perwakilan kelompok petani kakao maupun pemerintah daerah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kakao.

Inisiatif ini akan membantu sektor kakao Indonesia untuk mengidentifikasi risiko, mengembangkan rencana adaptasi dan mitigasi serta mendapatkan komitmen penuh dari seluruh pemangku kepentingan utama khususnya sepanjang rantai nilai kakao berkelanjutan Indonesia.

Selama lima tahun terakhir, SCPP telah intensif melatih petani dalam Praktik Pertanian yang Baik (GAP), yang juga menjadi pintu gerbang untuk melatih petani tentang Praktik Lingkungan yang Baik (GEP). Pelatihan GEP serta lokakarya lingkungan merupakan bagian dari pendekatan mitigasi yang diidentifikasi melalui Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (RPLS) yang dilakukan oleh Swisscontact.

Perubahan iklim merupakan isu global dan petani kakao merupakan salah satu yang terkena dampak perubahan iklim, namun sebagian besar petani tidak menyadari bagaimana mereka dapat membantu upaya mengurangi emisi dan mengurangi efeknya di ladang mereka.

Swisscontact, didanai oleh Swiss Secretariat of Economic Affairs (SECO) bersama-sama dengan Millenium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia), yang di umumkan pada bulan April 2015 Green Prosperity – Program Produksi Kokoa Berkelanjutan (GP-SCPP), dengan tujuan menyeluruh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kemiskinan di sektor kakao Indonesia.

“SCPP memiliki pendekatan tiga dimensi: People, Profit dan Planet (Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan) karena kami memiliki perhatian terhadap kondisi iklim yang semakin memburuk yang disebabkan kurangnya praktik yang ramah lingkungan. Saya berharap lokakarya ini mampu menjadi wadah yang membangun kerangka untuk mengukur nilai-nilai konservasi dalam perkebunan kakao dan merencanakan upaya mitigasi kedepannya,” ungkap Manfred Borer, Country Director Swisscontact.

GP-SCPP Adakan Lokakarya Lingkungan Hidup dengan Komunitas Kakao di Sultra
Workshop Lingkungan Hidup dihadiri oleh pemangku kepentingan dari pemerintah

Menurut Kabid Ekonomi Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara, Drs. Soeharno, permasalahan lahan dan alih fungsi kawasan telah menjadi isu strategis.

“Tentunya pemaanfaatan lahan yang sesuai dengan fungsinya sangat perlu diketahui. Apa gunanya produksi meningkat jika unit cost terhadap lingkungan nya lebih besar, terutama jika ada dampak yang lebih berbahaya. Harapannya agar lokakarya ini bisa membuka wawasan petani dalam memanfaatkan lahan secara berkelanjutan,” terang Soharno.

Program Produksi Kakao Berkelanjutan (The Sustainable Cocoa Production Program – SCPP) merupakan sebuah usaha kolaboratif antara sektor publik dan swasta dengan beberapa partner pelaksana program yang terdiri mulai dari sektor swasta dan organisasi non-profit.

Program ini mengutamakan peningkatan pendapatan para petani kakao skala kecil hingga 75% dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan lewat perkebunan kakao hingga 30%. Progam ini tersebar di 29 kabupaten di 8 provinsi termasuk daerah-daerah utama penghasil kakao di Sulawesi dan Sumatera.

Berdasarkan laporan Program hingga Juni 2016, 68.287 petani kakao skala kecil telah menerima pelatihan pertanian yang baik, yang mempromosikan peningkatan produksi melalui manajemen pertanian yang sesuai dan berkelanjutan. (***)

 

Reporter Citizen : Enggi Dewanti

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini