ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat nilai tukar petani (NTP) di Sultra mengalami penurunan 0,45 persen pada November 2016. NTP merupakan indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani.
Kepala BPS Sultra Atqo Mardianto mengatakan, dengan adanya penurunan NTP tersebut, maka perlu ada program yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang bagaimana bertani yang baik, sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan para petani.
“Kalau petaninya sejahtera berarti perekonomiannya membaik,” kata Atqo, Kamis (1/12/2016).
Kepala BPS ini menjelaskan, berdasarkan subsektor nilai tukar petani ada empat yang masih dibawah 100 persen pada November 2016 yaitu tanaman pangan 91,80 persen, holtikultura 89,50 persen, tanaman perkebunan rakyat 99,93 persen, dan pembudidayaan ikan 96,99 persen.
“Artinya, petani di empat subsektor tersebut belum menguntungkan. Karena indeks biaya yang dikeluarkan masih lebih besar daripada yang diterima,” ungkapnya.
Sedangkan NTP pada subsektor peternakan, perikanan, dan nelayan sudah melebihi 100 persen. Sehingga, usaha pertanian pada subsektor itu, telah menghasilkan keuntungan.
Sementara itu, kata Atqo, untuk nilai tukar usaha petani (NTUP) juga terjadi penurunan sebesar 0,49 persen dari Oktober sebesar 108,89 persen menjadi 108,36. Pada November 2016 NTUP subsektor yang masih di bawah 100 persen yaitu holtikultura sebesar 99,78 persen. Selain holtikultura sudah mencapai 100 persen, namun ada beberapa yang mengalami penurunan yaitu tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan.
“Subsektor perikanan yaitu nelayan dan pembudidaya ikan mengalami kenaikan. Sebenarnya dengan turunnya usaha peternakan seperti peternak sapi dan kambing, mesti sejalan dengan penurunan harga daging di pasaran. Mestinya konsisten, walaupun penurunannya hanya 0,24 persen dari 114,66 persen ke 114,38 persen,” ujarnya.
Atqo menambahkan untuk November 2016 harga konsumen pedesaan Sultra sebesar 0,14 persen sangat jauh dibandingkan tingkat nasional 0,87 persen. Jadi, harga di pedesaan maupun kota relatif mengalami penurunan dibandingkan Oktober 2016. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati