Dituding Arogan Ruangan Kepala Sekolah SD 19 Katobu Disegel

Perwakilan koalisi orang tua murid, Fajar mengungkapkan selama masa kepemimpinan Sarpen Tao di sekolah tersebut, menimbulkan banyak masalah di sekolah. Fajar mencontohkan, sikap arogan yang ditunjuka

Perwakilan koalisi orang tua murid, Fajar mengungkapkan selama masa kepemimpinan Sarpen Tao di sekolah tersebut, menimbulkan banyak masalah di sekolah. Fajar mencontohkan, sikap arogan yang ditunjukan Sarpen kepada Wa Apo, salah seorang guru yang diusirnya kala sedang mengajar di kelas 3. Akibatnya, kini Wa Apo sudah dua minggu tidak masuk mengajar dan memilih berkantor di UPTD Pendidikan Katobu.
“Pantaskah kasek yang notabene seorang pendidik, mengeluarkan kata-kata yang kasar kepada gurunya didepan murid-murid?, “kata Fajar.
Selain itu, pola mendidik Sarpen yang dituding otoriter bisa dilihat apabila ada murid yang terlambat masuk sekolah, kerap mendapat perlakuan kasar. Tidak jarang, mereka kerap menangis gara-gara takut kena marah. 
Sikap kasar ibu kasek diamini pula oleh salah seorang mantan orang tua siswa, Sanuddin. Dia mengatakan, sikap arogansi ibu kasek menimpah anak lelakinya berinisial RS. Murid kelas 2 itu dikeluarkan dengan alasan siswa tersebut bersikap nakal di sekolah. Sebelum dikeluarkan, RS mengaku ia dikatai kurang ajar dan mendapat kekerasan fisik seperti pukulan yang dilakukan ibu kasek.
“Setelah itu, tiba-tiba anak saya dikeluarkan dari sekolah,”ujar Sanuddin, ayah RS.
“Intinya kami masyarakat Watonea, sudah tidak bisa menerima ibu Sarpen menjadi kepala sekolah di sini. Penyegelan kantor kasek akan terus kami lakukan sampai dia dipindahkan dari sekolah,” tegas Fajar yang diamini sejumlah rekannya.
Sementara itu, Sarpen Tao, saat dikonfirmasi terkait desakan orang tua siswa yang meminta dia untuk segera mundur dari jabatan kasek, mengaku tidak tahu pasti terkait alasan penyegelan ruang kerjanya. Dia menduga, penyegelan dilakukan akibat persoalan sertifikasi guru Wa Apo, yang diakuinya memang ada sedikit masalah.
“Dia (Wa Apo) menuntut haknya, sementara tugas pokok kewajibannya seperti RPP, administrasi dalam kelas, tidak dijalankan. Setelah saya tegakan disiplin, dia langsung mencari suaka ke LSM lah, UPTD lah,” ujar Sarpen.
Terkait pola mendidiknya yang disebut kasar kepada siswanya, dia menampiknya. Menurutnya, dia hanya menegakan disiplin dan menjalankan kewajibannya untuk mendidik dan mengayomi murid.
Menyikapi masalah penyegelan ruang kerja salah seorang kaseknya, Kepala Dinas Pendidikan Muna, La Ode Ndibale mengatakan kiranya semua pihak saling menjalankan tugas secara profesional. Dia mengharapkan, apabila ada masalah diinternal sekolah, harusnya bisa diselesaikan diinternal pula.
“Jangan saling lapor. Guru itu tugasnya mengajar, mengayomi, melatih, mendidik anak didiknya. Apabila tidak bisa diselesaikan di sekolah, lapor ke kepala dinas agar kami yang selesaikan,” kata La Ode Ndibale. (Arl)