ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat pada Maret 2017 terjadi deflasi sebesar 0,17 persen, jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,31% (mtm). Penurunan tekanan inflasi didorong oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan yakni pada komoditas beras, ikan segar dan komoditas sayur-sayuran dan tarif pulsa telepon seluler.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sultra Minot Purwahono mengatakan, penurunan tersebut terutama didorong oleh deflasi yang terjadi di Kota Kendari sebesar 0,24% (mtm) dan terkendalinya inflasi di Kota Baubau pada kisaran 0,02% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Sultra sampai dengan Maret 2017 tercatat 0,91% (ytd) atau secara tahunan mencapai 2,25% (yoy).
Lanjut dia, kelompok volatile food masih mengalami trend penurunan yang didorong oleh bertambahnya pasokan komoditas bahan makanan di pasar. Penurunan tekanan inflasi pada kelompok volatile food secara dominan terjadi di Kota Kendari, sementara di Kota Baubau justru tercatat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut juga didukung oleh distribusi komoditas sayur-sayuran dari luar Sultra yang berjalan lancar sehingga tidak mengganggu ketersediaan stok komoditas di pasaran.
“Mulai berlangsungnya panen padi di sebagian wilayah Sultra dan berlimpahnya tangkapan ikan segar di Kota Kendari menjadi penyebab utama penurunan inflasi kelompok volatile food,” jelasnya di Kantor BI Sultra, Kamis (6/4/2017).
Sementara, inflasi inti pada Maret 2017 juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan tekanan kelompok sandang yang terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau. Disamping itu, penurunan inflasi inti pada Maret 2017 juga disumbang oleh deflasi pada tarif pulsa ponsel. Sedang, komoditas emas perhiasan tercatat relatif stabil.
“Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar -0,08% (yoy), sedangkan inflasi inti tercatat sebesar 2,99% (yoy),” ujar Minot.
Sedangkan, inflasi kelompok administered prices (komoditas yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah) justru tercatat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut terjadi seiring adanya peningkatan tekanan inflasi tarif angkutan udara terutama di Kota Kendari dari -7,01% (mtm) pada Februari menjadi sebesar 1,33% (mtm), dan adanya penurunan besaran deflasi di Kota Baubau.
Dia menuturkan, peningkatan tekanan inflasi tarif angkutan udara tersebut terjadi di tengah situasi mulai kembali normalnya jumlah pengguna jasa layanan udara. Adapun faktor yang menahan tekanan inflasi kelompok administered prices pada bulan Maret 2017 yakni adanya penurunan tekanan dari tarif listrik serta komoditas rokok.
“Inflasi Sultra pada 2017 diperkirakan masih terkendali pada rentang 4 persen ± 1 persen yang merupakan sasaran inflasi nasional. Risiko peningkatan inflasi pada tahun 2017 diperkirakan berasal dari peningkatan tekanan pada kelompok inflasi inti dan kelompok administered prices,” ungkapnya. (A)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati