ZONASULTRA.COM, MAGELANG – Sebagai candi Budha terbesar di dunia, perayaan Waisak setiap tahun di Candi Borobudur, Magelang menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk berkunjung. Tidak hanya umat Buddha yang datang ke sini untuk beribadah, namun banyak juga wisatawan datang untuk melihat atau terlibat prosesi ibadah dan pelepasan lampion.
Waisak tahun ini jatuh pada 11 Mei 2017. Tidak ada perbedaan untuk perayaan Waisak tahun ini dengan tahun lalu. Hanya saja, pengunjung yang datang saat prosesi dan atraksi akan dibedakan, agar pengunjung yang ingin beribadah bisa lebih khusyuk.
“Mulai pukul empat pagi, Candi Borobudur hanya boleh dimasuki oleh pengunjung yang beribadah. Baru pukul 12 malam, pengunjung lain boleh masuk untuk menikmati acara penerbangan lampion. Untuk acara lampion di Lapangan Gunadharma akan diselenggarakan pukul 23.30 sampai 01.00 WIB,” jelas Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono, Selasa (25/4/2017).
Edy menjelaskan, proses pelepasan lampion memiliki makna penting bagi umat Buddha. Di dalam setiap lampion yang dilepaskan, berisi harapan dan doa bagi dirinya sendiri, orang yang dicintai, maupun negara. Ribuan lampion yang diterbangkan saat perayaan berlangsung, menciptakan pemandangan yang sangat indah. Candi Borobudur dengan latar belakang langit malam yang gelap dihiasi oleh ribuan titik-titik cahaya oranye dari lampion.
“Tradisi pelepasan lampion ini bisa diikuti siapa saja yang berkunjung. Atau bisa sekadar menikmati keindahan pemandangan ini dengan memotretnya atau ikut menerbangkan lampion. Harga satu buah lampion beserta tiket masuk Rp 100.000. Itu adalah harga resmi jika membeli dari panitia,” ungkap Edy.
Edy melanjutkan, prosesi pelepasan lampion akan dilakukan pada tanggal 10 Mei malam hari, biasanya mulai pukul 22.00 WIB. Berhubung tanggal 11 Mei jatuh pada hari Kamis, maka Edy menyarankan wisatawan berlibur selama 5 hari 10-14 Mei 2017 dengan mengambil cuti 2 hari di tanggal 10 dan 12 Mei.
“Karena di sekitar Borobudur juga terdapat tempat-tempat wisata lainnya yang menarik, 1 hari tidak akan cukup untuk menikmatinya. Wisatawan bisa mengunjungi Bukit Punthuk Setumbu, ada Candi Ratu Boko, Candi Prambanan, Goa Pindul, dan banyak lagi,” tutur Edy.
(Baca Juga : Perpres Badan Otorita Pariwisata Borobudur Sudah Diteken Presiden Jokowi)
Staf Ahli Bidang Multikultur, Kementerian Pariwisata, Hari Untoro Drajat mengatakan, moment ini harus dimanfaatkan travel agent untuk menawarkan pilgrimage tour atau wisata religi. Perjalanan wisata selain ke Candi Borobudur, bisa dilanjutkan dengan pilgrimage tour ke Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Plaosan atau lainnya di sekitar Borobudur.
“Kami sangat berharap melalui kegiatan-kegiatan pilgrimage tour dapat mendorong mengalirkan wisatawan asing berkunjung ke Candi Borobudur sehingga target wisatawan asing yang berkunjung ke wilayah Joglosemar dapat tercapai,” kata Hari.
Kawasan wisata Borobudur beserta daerah Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar) yang termasuk dalam sepuluh destinasi prioritas memiliki tugas untuk mendatangkan dua juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019.
“Target tersebut naik 600 persen dari target kunjungan wisman yang datang pada tahun 2014 yakni 300.000 orang di Candi Borobudur. Dari pusat, daerah, dan masyarakat harus bersatu,” kata Hari.
Hari mengatakan, untuk membuat Borobudur dan kawasan Joglosemar semakin diminati wisatawan mancanegara maka dibutuhkan rumus 3A-nya Menpar Arief Yahya, atraksi, amenitas, dan akses yang memadai.
“Menurut saya ada sesuatu kerumunan yang harus dikembangkan di luar Borobudur. Jadi kerumunan itu bisa pusat pertokoan, pusat budaya, dan juga yang perlu dikembangkan itu narasi,” kata Hari.
Narasi yang dimaksud oleh Hari adalah kisah-kisah Borobudur yang dibuat menjadi sebuah seni pertunjukan. Hari membandingkan dengan pertunjukan seni budaya di Bali, yang juga menjadi daya tarik wisman selain keindahan alam dan benda.(*)