ZONASULTRA.COM, BANGKOK – Jalinan kerjasama pariwisata Thailand-Indonesia tampaknya bakal semakin mesra. Sinyal itu terasa ketika kedua menteri pariwisatanya bertemu khusus di sela-sela forum World Travel and Tourism Council (WTTC) Global Summit 2017, yang digulirkan di Bangkok, Thailand, 25-27 April 2017 ini.
Menpar RI Arief Yahya dan Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand, Kobkarn Wattanavrangkul bertemu bilateral di Centara Grand Hotel and Convention Center, Bangkok, 26 April 2017. Menteri Kopkarn merekonfirmasi kembali soal go digital dan visa fasilitation yang dibilang “inovatif” oleh Sekjen UNWTO Taleb Rifai, hari sebelumnya 25 April 2017.
“Terus terang, kami mau belajar go digital dan e-visa itu. Kami benar-benar 0.1 untuk digital, kami ingin mendengar langsung, apa sih sebenarnya itu,” ujar Menteri Kopkarn membuka perbincangan.
Buru-buru Arief Yahya menyebut, bukan e-visa, bukan electronic visa yang dia maksud. Tapi Mobile Positioning Data (MPD). Metode baru dalam mendeteksi wisatawan mancanegara di kawasan crossborder dan bisa dikembangkan ke semua pintu masuk kedatangan. “Prinsipnya pergerakan orang, sama dengan pergerakan phone cell,” sebut Menpar Arief yang memang ahli digital itu.
Menteri Kopkarn pun semakin penasaran. Dia saling melihat dua orang staf di kiri dan kanannya. Semua nomor asing, yang masuk ke wilayah coverage, sudah pasti terdeteksi di Big Data. Mesin akan mencatat secara otomatis selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 52 minggu setahun non stop. Sudah di-exercise di Indonesia, sudah diterapkan di beberapa negara Eropa, sudah diakui UNWTO dan margin erornya sangat kecil.
“Yang terpenting dari MPD adalah data customers, atau wisatawan yang masuk. Kita sebagai penyedia jasa pariwisata, semakin tahu apa yang dicari, apa yang disukai, kapan mereka searching, sehingga materi promosi dan timingnya bisa presisi dan tepat dimention ke wisatawan yang bersangkutan,” jelas Arief Yahya.
Program digital kedua, yang menarik Menteri Kopkarn adalah Online Travel Agent, semacam AirBnB.Com. Yang cukup “meresahkan” industri perhotelan di seluruh dunia. Mereka sering disebut “unregistered accomodation”, karena transaksinya secara online, dengan aplikasi yang mudah didownload di appstore.
Di Indonesia, Menpar Arief Yahya meluncurkan konsep Digital Market Place, yang dikenal dengan ITX. Indonesia Tourism Xchange, untuk mewadahi semua industri pariwisata di tanah air. Terutama yang terkait langsung dengan 3A, Atraksi, Akses, Amenitas. “Termasuk di dalamnya homestay desa wisata, karena ada 70 ribu desa di Indonesia yang bisa disentuh dengan pariwisata,” kata dia.
Menteri Kopkarn pun semakin tertarik dengan ide-ide digital itu. Dia juga menyadari, bahwa future customers adalah anak-anak muda yang search and share dengan mobile digital. Ketika travellers sudah berubah gaya hidup dan kebiasaan berwisata, maka penyedia jasa kepariwisataan pun harus berubah pula. “Mohon izin, kami akan belajar dari Pak Menteri Arief dan akan mengirimkan orang ke Jakarta,” sebutnya.
Selain soal digital, kedua menteri bersepakat beberapa hal. Pertama, membuka rute penerbangan baru dari Don Mueang Bangkok atau kota kedua di Thailand, ke beberapa kota kedua lain di Indonesia. Yang pertama, dan slots nya cukup adalah Solo, Jawa Tengah. “Kami akan segera tindak lanjuti, ke industri penerbangan, Bangkok Airways,” jelas Menteri Kopkarn.
Arief Yahya pun menyebut salah satunya Thai Lion Air, salah satu operator maskapai yang terdaftar di Thailand yang sudah menyatakan ketertarikannya. “Kami juga akan bantu slot di Solo, untuk maskapai dari Thailand yang hendak terbang kesana,” ujar Arief.
Kedua, Menteri Kopkarn juga akan mendorong marina di Phuket untuk segera bergabung dalam inisiatif triangle, Sabang-Langkawi-Phuket, tiga negara. Dia juga setuju, Sail Sabang 2017 bulan Desember 2017 nanti sebagai kick off menuju yacht race atau regata selanjutnya untuk tiga negara dalam satu paket destinasi.
Ketiga, kedua menteri sepakat menggarap pasar Timur Tengah bersama, dalam joint promotion di berbagai event. Arief Yahya menjelaskan soal jumlah wisata religi, umrah dan haji itu lebih dari 2 juta orang Indonesia ke Timur Tengah. “Rata-rata airlines nya kosong ketika balik ke Indonesia. Nah, ini bisa dikombinasi baliknya membawa wisatawan untuk destinasi Indonesia-Thailand,” gagasan Arief Yahya yang disetujui Kopkarn.
Lebih jauh, Thailand adalah “rival profesional” Indonesia. Thailand adalah Bali nya Indonesia di ASEAN. Mereka sudah benar-benar hidup, atmosfer pariwisatanya dalam satu ekosistem industri yang terintegrasi dengan bagus. “Kita juga belajar banyak dari Thailand, kita sudah jauh ketinggalan dari Thailand,” ungkap Arief Yahya. (*)