ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I (2017) naik sebesar 5,72 persen (y-on-y) terhadap triwulan I (2016).
Menurut Kepala BPS Sultra Atqo Mardiyanto kenaikan tersebut utamanya disebabkan oleh naiknya produksi industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar 6,48 persen serta industri makanan sebesar 1,73 persen.
“Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) triwulan I (2017) naik sebesar 0,97 persen (q-to-q) terhadap triwulan IV (2016),” ungkap Atqo saat rilis resmi statistik di Kantor BPS Sultra, Selasa (2/5/2017).
Kata Atqo, jenis-jenis industri yang mengalami kenaikan produksi adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya naik 2,52 persen.
Sementara, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) triwulan I (2017) naik sebesar 13,86 persen (y-on-y) terhadap triwulan I (2016). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya produksi industri barang galian bukan logam 36,14 persen, industri pengolahan lainnya 14,03 persen, dan industri pakaian jadi naik sebesar 9,72 persen.
Sedangkan jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri kayu, barang dari kagu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya turun sebesar 5,69 persen, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional 0,99 persen, dan industri minuman turun sebesar 0,87 persen.
(Baca Juga : NTP Alami Penurunan, Petani Sultra Belum Sejahtera)
Selanjutnya dia menjelaskan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) triwulan I (2017) naik sebesar 4,24 persen (q-to-q) terhadap triwulan IV (2016). Dia mengungkapkan, jenis-jenis industri yang mengalami kenaikan produksi yang terbesar yaitu industri barang galian bukan logam sebesar 20,47 persen, industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya 15,90 persen, dan industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional 12,88 persen.
Dan jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri minuman 7,96 persen, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 7,27 persen, dan industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya 3,22 persen. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati