ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Kecantikan bawah laut di tujuh Taman Nasional Laut Indonesia betul-betul dicapture melalui lensa kamera yang handal. Keragaman biota, keindahan terumbu karang, dinding-dinding jurang laut, warna-warni macro species, menjadi cerita spektakuler di buku The Magnificent Seven: Indonesia Marine National Park, yang dilaunching di Restoran Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Jumat (2/6) sore.
Buku itu tersusun atas kerjasama Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) serta United Nations Development Programme (UNDP). Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Perwakilan UNDP untuk Indonesia, Christophe Bahuet hadir di peluncuran buku itu.
“Luar biasa! Bukunya istimewa. Selamat untuk Ibu Menteri KLHK dan UNDP. Taman Nasional Laut kita bagus, potensi bawah laut kita juga sangat bagus,” ungkap Menpar Arief Yahya mengapresiasi inisiatif menyusun karya-karya fotografi bawah laut ke dalam buku itu.
Menteri Arief Yahya mengusulkan agar isi buku itu di high light di website Wonderful Indonesia –indonesia.travel dan kemenpar.go.id–, sebagai materi promosi pariwisata Indonesia. Sekaligus memperkenalkan buku The Magnificent Seven: Indonesia Marine National Park itu. “Saya yakin, siapapun yang melihat akan terpana, dan enggan beralih ke situs lain sebelum menghabis gambar-gambar bawah laut Indonesia itu,” puji Arief Yahya.
Dari keragaman biota laut, terumbu karang warna warni, schooling ikan dalam jumlah banyak, wheelshark, lionfish, napoleon, dan foto-foto macro untuk makhluk-mahkluk kecil. Buku itu memberi gambaran akan kekayaan Taman Nasional Laut Indonesia yang tidak akan habis dieksplorasi melalui lensa kamera under water.
Menteri Pariwisata Arief Yahya dibuat terperangah melihat berbagai foto spektakuler yang ditampilkan. Potret 7 Taman Nasional Laut itu antara lain: Kepulauan Seribu – Jakarta, Karimun Jawa – Jawa Tengah, Wakatobi-Sulawesi Tenggara, Takabonerate-Sulawesi Selatan, Bunaken-Sulawesi Utara, Togian- Sulawesi Tengah dan Teluk Cenderawasih-Papua. “Keren!” komentar Arief Yahya.
(Berita Terkait : Sore Ini, Buku The Magnificent Seven: Indonesia’s Marine National Parks Diluncurkan)
Dan dari rekam jejak yang ada, underwater Indonesia memang langganan juara dunia. Scuba Diving sudah menahbiskan Indonesia di urutan pertama Indo-Pasific kategori Macro Life, Overall Rating of Destination, Health of Marine Environment serta Underwater Photography. Dive Magazine juga tak segan memasukkan Raja Ampat Papua, Alor NTT, Pulau Komodo NTT, Lembongan Bali, dan Lembeh Sulawesi Utara ke dalam Top World Diving Destinations 2017.
Gelar lainnya, dinobatkan CNN kepada Raja Ampat di peringkat pertama World’s Best Snorkeling Destination. Bahkan gelar runner up nya ikut disambar Taman Nasional Komodo. “Karenanya buku fotografi “The Mangnificent Seven : Indonesia Marine National Park” ini istimewa. Apalagi dipotret oleh fotografer-fotografer top dan memperkenalkan keindahan dan kekayaan alam bawah laut Indonesia,: ucapnya.
Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus ini memberi usulan agar dibuat E-Book dan di-high light di own media Kemenpar. “Buku dan foto terbaik jangan hanya dipamerkan atau dipajang saja. Jika ada softcopy nya kita akan bisa bantu promosikan, dan itu merupakan tugas dari Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan ke wisatawan mancanegara, agar bisa menikmati keindahan bawah laut Indonesia,” ucap Arief Yahya.
Ada tantangan penting yang di momentum ini perlu disampaikan, lanjut Menpar. Yakni soal sampah, termasuk sampah plastik saat ini sudah menjadi musuh bersama dunia. Plastik adalah komponen terbesar marine debris. Itu dinilai bisa berbahaya lantaran generasi masa depan Indonesia tidak bisa lagi melihat keindahan bawah laut di negeri sendiri. Imbas terhadap pariwisata juga akan sangat negatif.
“Yang indah ini akan habis dengan sampah. Masalah sampah masih menjadi kendala laut di Indonesia, makanya perlu disadari dari sekarang. Kami mengattract wisman China ke Manado, tetapi di Taman Nasional Bunaken masih banyak sampah. Kami harap UNDP membantu KLHK untuk mengatasi itu semua. Masalah sampah ini kategori gawat darurat, kita sudah buat gerakan nasional yang di koordinatori oleh Menkomar, kementrian terkait menjadi anggotanya dan kami siap membantu,” ujar Mantan Dirut PT Telkom itu.
Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar juga seirama dengan Arief Yahya. Dia juga ingin segera menuntaskan masalah marine debris. Untuk 2017 ini, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Menkomar untuk fokus pada isu pencemaran plastik di laut.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Menkomar Pak Luhut. Jadi tahun 2017 ini, saya akan kembali melanjutkan perbaikan Kawasan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan sejenisnya. Ini juga tentunya butuh kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata. Kolaborasi yang intensif dengan target pencapaian yang lebih baik, sehingga masalah sampah di laut dapat terselesaikan dengan baik” tuturnya.
(Baca Juga : Menpar Arief: Saya Mahasiswa Poltekpar Memilih Jadi Entreprenuer)
Terkait pembuatan buku The Mangnificent Seven : Indonesia Marine National Park, Siti menjelaskan, jika di dalam pengelolaan tujuh taman laut ini, dikelola pemerintah pusat (KLHK), yang dibagi dalam berbagai zona. Alokasi anggaran naik menjadi Rp 160 miliar yang sebelumnya hanya 60 miliar.
Semua digunakan untuk mengelola dan memperbaiki sarana dan prasarana taman nasional laut yang ada di Indonesia. “Dengan diluncurkannya buku ini, Taman Nasional Laut Indonesia harus menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat yang berada di sana. Kami ingin menunjukkan pada dunia keragaman dan kekayaan laut Indonesia yang begitu indah. Karenanya masyarakat harus berpartisipasi dan menjaganya,” pungkasnya.
Perwakilan UNDP untuk Indonesia, Christophe Bahuet juga menambahkan, jika UNDP memiliki proyek bersama KLHK untuk melindungi ekosistem kehidupan laut di Indonesia. Nah, kebetulan proyek tersebut selalu diabadikan dengan foto-foto. Hasil foto terbaik itulah yang memunculkan ide untuk membuat buku ini.
“Buku ini disusun selama enam bulan. Spotnya terbagi di tujuh taman nasional dan didukung fotografer bawah laut Indonesia. Buku dan foto terbaik yang dipamerkan merupakan testimoni keaneragaman taman laut Indonesia. Dan keaneragaman ini perlu dilindungi untuk kehidupan masyarakat setempat serta pengembangan pariwisata berkelanjutan. Komitmen kita semua untuk melindungi ekosistem lautan, merupakan bagian penting dari UNDP Indonesia,” ucap Christophe Bahuet. (*)