ZONASULTRA.COM, BANDUNG – Kota Kembang Bandung terus menebarkan wanginya ke seluruh penjuru dunia. Salah satunya dengan menggelar Bandung Internasional Arts festival (BIAF) 2017. Festival yang bekerjasama dengan Kemenpar yang dipimpin Arief Yahya itu akan digelar, 28-30 Juli 2017.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti mengatakan, Perhelatan BIAF yang sudah ke-4 kali diselenggarakan ini, akan menempati berbagai ruang publik. Adapun tempat tersebut, di antaranya Curug Batu Templek, Kampung Cisanggarung, Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Taman Rivert Spot Cikapundung, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung dan Car Fre Day Dago, Jl. Ir. Juanda kota Bandung.
”Para pesertanya yang mengisi acara BIAF kali ini, berasal dari 11 daerah kota/kabaputen provinsi di Indonesia dan 9 negara dengan
berbagai latar seninya,” ujar Esthy yang didampingi Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Wawan Gunawan, Kamis, (27/7).
Esthy menjelaskan, dalam acara BIAF akan ada agenda festival, instalasi, workshop, forum, pesta rakyat dan syukuran lembur. Ke-9 negara yang mengkonfirmasi hadir adalah tuan rumah Indonesia, India, Malaysia, Jerman, Australia, Jepang, Amerika,
Hungaria, dan Mesir. Untuk Indonesia dihadiri 11 kabupaten/kota salah satunya Salatiga dan tuan rumah Bandung.
”Ini akan menjadi wisata budaya yang sangat menarik, dan akan menebarkan pesona Indonesia dengan keindahan budaya dan alam kita, wisata budaya merupakan salah satu wisata unggulan di tanah air yang harus dijaga dan digelar secara konsisten,” ucapnya.
Sementara itu Wawan menjelaskan, portofolio pariwisata itu ada 3 yakni wisata alam atau nature 35 persen, wisata budaya atau culture 60 persen, dan wisata manmade atau buatan 5 persen. Tentunya porsi tersebut berbeda di setiap destinasi wisata. Nah, event ini mengedepankan wisata budaya yang akan ditampilkan dengan apik.
Lebih lanjut pria yang dikenal dengan Ki Dalang Wayang Ajen itu menambahkan, perhelatan BIAF adalah langkah penting pengenalan aset budaya nasional terhadap wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara terutama generasi muda.
(Baca Juga : Polewali Mandar Internasional Folk and Art Festival Bakal Diikuti 12 Negara)
Investasi terhadap seni telah membawa perubahan pada perkembangan seni hingga menjadi salah satu komoditi industri yang menguntungkan baik bagi industri pariwisata dan karir para senimannya itu sendiri. Seiring dengan menjalarnya industri seni di tanah air Indonesia.
”Tanah air kita tercinta ini punya budaya bertaraf international, maka dari itu ini adalah acara yang sangat baik. Kita harus mendalami seni tradisi dan budaya sebagai landasan penting kemajuan bangsa. Karena dengan budaya akan terbentuk generasi muda cerdas dengan menjunjungntinggi kearifan lokal yang ada sebagai penguat jati diri bangsa, ini daya tarik pariwisata yang penuh makna,” papar Wawan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kegiatan seni budaya bertaraf internasional BIAF 2017. Arief Yahya selalu menjelaskan bahwa pariwisata itu borderless, tidak mengenal batas-batas kewilayahan dan
teritorial administratif. Pariwisata itu adalah kombinasi 3A, atraksi, akses, dan amenitas. “Karena itu tidak relevan sama sekali melihat Borobudur dan Prambanan itu berada di mana dan milik siapa?” kata Menpar Arief.
Apalagi dari kacamata pariwisata, dimiliki oleh siapa saja, daerah mana saja, kalau tidak bisa menjadikan ikon dunia itu dengan baik dan
optimal, juga tidak bisa menghasilkan apa-apa. “Karena itu, perankan semua dengan baik, di 3A itu dengan semangat Indonesia Incorporated, maju bersama, bergerak bersama-sama,” ungkapnya.
Kompak atau solid itu, kata Arief Yahya modal yang penting dan utama. Sampai-sampai dia merancang corporate culture atau budaya kerja di Kemenpar itu dibangun di atas fondasi 3S. “Solid, Speed, Smart!” kata mantan Dirut PT Telkom itu. (*)