Tarian Zulkifli Hasan di PAN Sultra

Warisan Revolusi Bernama Politik Bumi Hangus
Andi Syahrir

Kedatangan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan ke Sulawesi Tenggara, Jumat (4/8/2017), memiliki arti yang sangat penting bagi kader maupun fungsionaris PAN di daerah ini. Dia tidak mengutus orang lain. Ia tidak memanggil para petinggi PAN se-Sultra ke Jakarta. Ketua MPR ini datang langsung menemui kadernya. Memimpin rapat, lalu mengambil keputusan krusial.

PAN Sultra di Persimpangan Jalan
Andi Syahrir

Apa itu? Menunjuk Ketua Harian DPW PAN Sultra Abdurrahman Saleh menggantikan Umar Samiun sebagai Ketua DPW. Tidak ada pelantikan karena yang diganti hanya ketua. Struktur kepengurusan tetap sama. Sekretaris DPW tetap Adriatma Dwi Putra. Dan dengan demikian, ketua harian hanya Kery Syaiful Konggoasa yang sebelumnya dijabat berdua Abdurrahman.

Keputusan ini cukup mengejutkan mengingat Ketua PAN Kota Kendari Asrun –yang merupakan figur terkuat menjadi ketua– telah menyatakan diri siap untuk menggantikan Umar melalui ajang muswilub. Jika muswilub digelar, Asrun sangat superior dibanding kandidat lainnya.

Jelas bahwa Zulkifli tidak menginginkan adanya muswilub. Kenapa? Muswilub akan butuh waktu dan membuang energi partai, sementara pilgub kian dekat. Energi partai harusnya difokuskan menghadapi pilgub bukan kompetisi internal. Ajang muswilub akan melahirkan dinamika internal partai yang berpotensi menciptakan faksi-faksi yang berkompetisi dan dapat destruktif bagi keutuhan partai.

PAN butuh kesolidan menghadapi pilgub. Ada beban sejarah yang diemban. Dua kali pilgub sebelumya, PAN jawara dan sangat dominan membirukan Sultra. Setelah Nur Alam turun, Umar Samiun yang menggantikannya belum sempat melakukan apa-apa, lalu proses hukum menjeratnya. Tanpa nakhoda, sebuah kapal hanya menunggu tersesatnya, lalu karam.

Mengapa Zulkifli memilih Abdurrahman, bukan Asrun? Ini yang menarik. Ada beberapa alasan rasional. Pertama, dari sudut pandang administratif partai. Setelah Umar Samiun menjadi ketua nonaktif, pemegang tertinggi kepemimpinan partai adalah ketua harian. Pilihannya ada dua. Abdurrahman atau Kery.

Kenapa Abdurrahman yang dipilih? Pertimbangannya lebih pada kewenangan keduanya sebagai ketua harian. Kery diamanatkan untuk urusan lingkup DPW ketika Umar Samiun berhalangan. Sedangkan Abdurrahman bertugas melakukan koordinasi dengan pimpinan daerah kabupaten/kota ketika Umar Samiun berhalangan.

Tugas ketua DPW pengganti Umar Samiun adalah menghadapi pilgub dan ini membutuhkan konsolidasi eksternal yang mumpuni. Abdurrahman telah mengemban tugas ini sebelumnya. Selain itu, Abdurrahman juga merupakan Sekretaris DPW di masa Nur Alam yang sudah khatam dengan segala urusan-urusan internal DPW. Dari sisi administratif partai, Abdurrahman lebih pas ketimbang Asrun yang sejauh ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah PAN Kota Kendari.

Alasan kedua kenapa Zulkifli lebih memilih Abdurrahman ketimbang Asrun, dapat dilihat dari sudut aspek penyatuan faksi-faksi. Sebagaimana diketahui bahwa selain Asrun yang menginginkan PAN sebagai kendaraan politiknya untuk menjadi calon gubernur, ada kader lain yakni Tina Nur Alam. Anggota DPR ini mewarisi modal politik yang ditinggalkan suaminya, baik jejaring maupun basis massa.

Jika Zulkifli menunjuk Asrun sebagai ketua, hampir pasti dengan kekuatan yang dimilikinya, Asrun akan mewakili PAN sebagai calon gubernur, tidak peduli apakah Tina legowo atau terpaksa. Kekuatan Tina bisa jadi lepas untuk menopang Asrun. Zulkifli ingin, siapapun kelak yang akan diusung PAN sebagai cagub, semua faksi yang ada bisa bersatu mendukung.

Hal ini dapat dibaca dari pernyataan Zulkifli yang tetap teduh bagi dua tokoh PAN yang sedang berproses hukum, yakni Nur Alam dan Umar Samiun. Dia memilih untuk mendoakan keduanya. Bagaimanapun Nur Alam dan Umar Samiun masih memiliki pendukung di masyarakat. Zulkifli ingin merangkul semuanya.

 

Alasan ketiga adalah pertimbangan ketidakpastian di masa depan. Zulkifli cukup berhati-hati dengan isu proses hukum yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di jajaran Pemerintah Kota Kendari yang dapat bergerak secara tak terduga dan menyentuh Asrun.

Paling tidak, lima atau enam bulan ke depan, proses hukum yang dilakukan KPK akan memiliki titik terang. Ini sangat krusial karena beriringan dengan proses pilgub yang sedang berlangsung. Menunjuk Abdurrahman, adalah pilihan terbaik untuk menghadapi persoalan ketidakpastian itu.

Seperti seorang penari, Zulkifli sedang melenggak-lenggok untuk menghimpun seluruh potensi kekuatan partainya, sembari mengantisipasi hal-hal tak terduga. Jika tariannya menghipnotis, tepuk tangan akan menggemuruh. Jika tidak, penonton akan pergi satu-satu. Let’s see.***

 

Oleh : Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini