ZONASULTRA.COM, KENDARI – Tujuh puluh dua tahun sudah Indonesia merdeka, namun bagaimana maknanya bagi para pegiat olahraga di Sulawesi Tenggara (Sultra)? Berikut kata mereka.
Heriansyah, pelatih sepak takraw Sultra mengatakan, sebagai pelaku olahraga, hingga kini ia masih belum merasakan makna kemerdekaan.
Sebab, dukungan pemeintah terhadap sarana pendukung dan pembinaan olahraga masih setengah hati. Padahal, sumbangsih prestasi para atlet diberbagai cabang olahraga sudah sangat banyak.
Kata dia, minimnya perhatian pemerintah ini menjadi salah satu bukti kalau olahraga di Sultra belum sepenuhnya merdeka. Jika dibandingkan daerah lain lanjut Hery, sarana prasarana olahraga di Sultra sangatlah minim.
Bayangkan, untuk sebuah stadion sepakbola, masyarakat Sultra masih sangat bangga dengan stadion Lakidende yang jika dibandingkan dengan daerah lain, kondisi stadion itu sangatlah memprihatinkan.
“Jadi kalau saya secara pribadi menilai olahraga di Sultra belum sepenuhnya merdeka karena stadionnya saja sudah berusia puluhan tahun,”jelasnya, di sekretariat KONI Sultra, Kamis (17/8/2017).
Sementara itu, Alimin pelatih pencak Silat Sultra mengungkapkan, kata merdeka jika ditelaah dengan seksama berarti sebuah kebebasan yang dirasakan sesorang dimana apa saja yang diinginkannya terpenuhi.
Berkaca dari makna kata itu, terang Alimin, pembinaan olahraga di Sultra memang belum sepenuhnya merdeka. Tidak usah bicara stadion sepakbola ataupun gelanggang olahraga yang mewah, peralatan latihan buat atlet saja sangatlah tidak memadai.
“Jadi kalau saya melihat kita memang perlu sebuah program yang benar-benar terstruktur agar olahraga di Sultra bisa dikatakan Merdeka,”ungkapnya.
Senada dengan Alimin, atlet Softball Sultra Syaiful Nurdin menuturkan, arti kemerdekaan buatnya adalah ketika menjalani program latihan dengan sarana latihan yang mendukung.
Tetapi kenyataannya, lapangan softball Lakidende yang selalu digunakan untuk dia latihan, kondisinya sudah tidak layak pakai, karenapagarnya roboh.
“Sebuah kenyataan yang memang harus kami terima di hari kemerdekaan ini, lapangan softball Lakidende yang kami gunakan kondisinya rusak,” tuturnya.
Menurut wakil ketua KONI Sultra Ashar, sarana olahraga yang ada di Sultra saat ini memang sudah saatnya dilakukan peremajaan. agar tidak ada kesan bahwa cabang olahraga dituntut berprestasi, sementara Pemda setempat tidak menyiapkan sarana pendukungnya dengan baik.
“Jika ingin dikatakan merdeka maka seluruh sektor dibidang olahraga harus tersedia. Mulai dari tempat latihan hingga peralatan latihan harus tersedia,” tandasnya.
Keluhan para pelaku olahraga di bumi anoa ini memang patut disahuti. Paling tidak, sarana latihan yang mereka miliki juga berbading luruh dengan segudang prestasi yang mereka ukir untuk mengharumkan nama Sultra. (B)
Reporter : M Rasman Saputra
Editor: Abdul Saban