Wa Ode Daano
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bagi wanaita, memimpin jalannya pertandingan pada cabang olahraga (Cabor) yang identik dengan permainan laki-laki, tentu merupakan hal yang jarang ditemui. Tapi itu tidak menjadi tabu bagi mantan atlet sepak takraw andalan Sulawesi Tenggara (Sultra), Wa Ode Daano.
Sebelum menjadi wasit nasional, wanita kelahiran Latubho, kecamatan Lawa, kabupaaten Muna, pada 37 tahun silam itu terkenal sebagai mantan atlet sepak takraw hebat yang menjadi andalan Sultra maupun Indonesia.
Prestasi terbaiknya ketika dia berhasil menyumbangkan medali perunggu pada PON XVI dan PON XVII. Sementara di tingkat Internasional, Wa Ode Daano berhasil menyumbangkan medali perunggu bagi tim nasional Indonesia pada Sea Games 2005 lalu.
Jika dilihat dari prestasi yang diraihnya sebagai atlet, tentunya banyak pihak yang menginginkan dia menjadi sebagai pelatih nasional agar bisa membagi ilmunya kepada para juniornya di Sultra.
Namun ekspetasi buat Wa Ode Daano untuk menjadi seorang pelatih nasional tidak bisa dipenuhinya. Sebab ia lebih memilih menjadi seorang wasit nasional sepak takraw.
“Saya awalnya juga ingin menjadi pelatih nasional. Tetapi karena kurangnya pelatihan untuk pelatih nasional dilaksanakan, saya berpikir untuk mengikuti pelatihan wasit nasional yang sangat sering dilaksanakan,” jelas Wa Ode Daano, Rabu (13/9/2017).
Dia tidak memungkiri, pilihannya untuk menjadi wasit nasional juga tidak lepas atas dorongan yang datang dari rekan seprofesinya, Arwin yang lebih dulu telah menjadi wasit takraw di level nasional. Apalagi di Sultra, saat ini belum ada wasit sepak takraw perempuan yang memiliki sertifikat nasional.
Kata dia, menjadi seorang wasit nasional lantas membuat dirinya tak bisa membina atlet sepak takraw di bumi Anoa ini. Justru dengan begitu, dia bisa banyak mendapat ilmu baru yang bisa ia bagi dengan atlet sepak takraw Sultra, walaupun hanya sekedar sebagai masukan saja.
Ia beharap agar dirinya dapat dipercaya oleh Pengurus Besar (PB) Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) untuk memimpin pertandingan-pertandingan tingkat nasional. Sebab, selama jadi wasit nasional, dia baru dua kali memimpin pertandingan tingkat nasional, yakni Pra PON sepak takraw di Sultra dan Kejurnas antar PPLP di Makassar.
Kata dia, saat ini ia terus menambah pengetahunnya dalam memimpin pertandingan untuk mewujudkan impiannya agar bisa memimpin pertandingan sepak takraw di level nasional, sebagaimana impian semua wasit di Indonesia.
Terakhir, dia ingin agar semakin banyak mantan atlet sepak takraw putri yang mau menjadi wasit perempuan. Dengan begitu, maka proses pembinaan akan semakin berjalan dengan baik. (C)
Reporter : M Rasman Saputra
Editor: Abdul Saban