LATIHAN KERAS – Para atlet PPLP Sultra harus menjalani latihan keras setiap harinya. tetapi hal ini tidak serta merta membuat patah semangat untuk meraih prestasi terbaik di tingkat nasional. (M Rasman Saputra/ZONASULTRA.COM)
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Di usia remaja, seorang anak tentunya masih ingin dekat dan tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Namun, kondisi berbeda harus dirasakan oleh para atlet Program Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sulawesi Tenggara (Sultra). Di usia yang masih muda, mereka harus masuk di asrama atlet mengukir cerita tersendiri.
Dimulai dari kisah tidur bersama rekan-rekan sesama atlet, yang ketika masuk pertama kali di asrama tidak saling kenal, hingga kewajiban mencuci pakaian sendiri harus dijalani para atlet PPLP Sultra. Belum lagi rutinitas latihan dan sekolah harus bisa dijalani bersamaan oleh para atlet muda Sultra tersebut. Tidak jarang pula mereka harus jalan kaki ke sekolah lantaran uang saku sebagai atlet PPLP sudah habis.
Namun seiring waktu berjalan, rutinitas yang dimulai dengan latihan pagi, kemudian berangkat sekolah lantas menjalani program latihan sore sepulang sekolah bisa dijalani dengan maksimal tanpa merasa dipaksakan.
Wa Ode Sarni, atlet sepak takraw PPLP Sultra mengatakan, dirinya bergabung di PPLP Sultra ketika baru duduk di bangku kelas 2 SMP. Saat itu dirinya yang berasal dari Kabupaten Muna merasa cukup berat untuk pisah dari orang tua, terlebih saat itu adalah pertama kali dirinya meninggalkan rumah untuk waktu yang lama.
“Harus saya akui saat itu saya juga terkadang sedih di asrama, tetapi peran dari senior-senior dan pelatih yang ada di asrama PPLP membuat saya terhibur dan mampu menjalaninya walaupun harus jauh dari orang tua,” ungkapnya ditemui di asrama PPLP Sultra.
Apa yang dirasakan Wa Ode Sarni ini terkadang menjadi salah satu penyebab atlet-atlet muda yang tergabung dalam PPLP lebih memilih meninggalkan asrama dan kembali ke orang tuanya. Tetapi keinginan menjadi atlet berprestasi menjadi salah satu motivasi para atlet untuk bertahan.
Dalam kondisi seperti ini, pelatih terkadang menjadi pemegang peran penting dalam menangani psikologis atlet yang masih usia anak-anak mengalami kejenuhan dengan program latihan serta kondisi di asrama.
Heriansyah, pelatih sepak takraw PPLP Sultra mengungkapkan, tidak jarang dirinya harus berbicara empat mata dengan para atletnya untuk membuat mereka merasa nyaman dengan kondisi asrama yang mengharuskan mereka jauh dari suasana rumah mereka sendiri.
“Saya merupakan salah satu alumni PPLP Sultra dan saat ini menjadi pelatih di PPLP. Jadi saya sangat paham dengan apa yang mereka rasakan. Sebab ketika saya pertama masuk di PPLP juga masih di usia yang sangat muda dan jauh dari orang tua saya di kampung. Jadi untuk persoalan seperti ini kami senantiasa melakukan pendekatan yang baik agar para atlet muda ini tidak jenuh,” terang Heriansyah.
Tak hanya itu saja, ketika para atlet sakit dan jauh dari orang tua membuat para atlet harus terus membiasakan diri mandiri dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada di asrama.
Marjuki, mantan atlet PPLP dayung Sultra mengakui terkadang situasi di asrama membuat dirinya memiliki banyak kenangan. Kenangan seperti harus saling merawat rekan sesama atlet yang sedang sakit sampai harus dimarahi oleh pengawas asrama akibat melakukan pelanggaran di asrama.
Tetapi apa yang dirasakannya ketika masih menjadi atlet PPLP banyak membantu dirinya membentuk jati diri sebagai seorang atlet yang tidak gampang menyerah dengan kondisi apapun. Baik saat menjalani program latihan maupun saat menjalani lomba di sebuah kejuaraan besar.
Menjadi Kebanggaan
Dibalik kisah yang harus jauh dari orang tua, ada pula kisah yang membuat para atlet muda tersebut merasa bahagia. Yaitu ketika para atlet ini akan bertanding ke luar daerah. Momen seperti ini tentunya akan sulit direalisasikan oleh anak-anak seusia mereka yang berkunjung ke luar daerah tanpa harus membebani orang tuanya.
Bahkan terkadang para atlet PPLP Sultra ini dengan bertanding keluar daerah menjadi cerita tersendiri bagi keluarganya di kampung halaman. Sebab cerita mereka membawa nama Sultra di kejuaraan nasional menjadi kebanggan bagi orang tuanya yang hanya bisa mendengar kabar melalui media cetak maupun elektronik tanpa bisa melihat langsung anaknya bertanding.
Supriati, salah seorang orang tua atlet PPLP Sultra mengungkapkan, selama anaknya masuk di PPLP Sultra banyak terbantu dari segi pembiyaan sekolah. Dimana sejak masuk PPLP seluruh biaya sekolahnya ditanggung sepenuhnya oleh PPLP Sultra. Sebagai orang tua hal ini tentu sangat disukuri.
“Anak saya adalah atlet PPLP atletik, mengenai bagaimana perasaan saya yang harus merelakan anak saya tinggal di asrama dan meninggalkan rumah tentunya sangat berat. Tetapi saya sebagai orang tua meyakini dengan jalan menjadi seorang atlet akan bisa membuat bangga saya ke depannya,” ungkapnya.
Tetapi dibalik semua kisah tentang para atlet PPLP Sultra, ada sebuah harapan besar dari semua kalangan olahraga di Bumi Anoa. Harapan besar tersebut adalah bagaimana mereka bisa menjadi penerus bagi para senior-seniornya yang terlebih dahulu mengharumkan nama baik Sultra di tingkat nasional maupun internasional. (B)
Penulis: M Rasman Saputra
Editor: Jumriati