PELATIHAN – Sebanyak 18 orang perwakilan kelompok tani penerima manfaat program yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) mengikuti pelatihan tematik non aparatur angkatan 35 tentang teknis peremajaan kelapa, yang diselenggarakan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). (Dedi Finafiskar/ZONASULTRA.COM)
ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Sebanyak 18 orang perwakilan kelompok tani penerima manfaat program yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) mengikuti pelatihan tematik non aparatur angkatan 35 tentang teknis peremajaan kelapa, yang diselenggarakan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Panitia penyelenggara Rezky Yulianti menjelaskan, pada tahun 2017 ini, Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian sebagai instansi yang membawahi BBPP Batangkaluku, mendapatkan mandat untuk melaksanakan pengawalan dan pendampingan kepada kelompok tani penerima manfaat program APBN-P, mulai dari benih, pengolahan tanah, penanaman, hingga kesehatan pertumbuhan benih.
“Pelatihan tematik ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengurus kelompok tani, sebagai penerima bantuan dalam melakukan pengelolaan bantuan bibit komoditas kelapa,” kata Rezky di sela-sela kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di Kantor BP3K Kecamatan Uepai, Selasa (31/10/2017).
Di sisi lain, lanjuy Rezky, pihaknya juga menyasar tercapainya peningkatan dan ilmu pengetahuan bagi masing-masing kelompok tani tentang teknis peremajaan komoditi kelapa. Usai pelatihan para peserta ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan membaginya kepada petani lain.
“Peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari perwakilan kelompok tani yang ada di dua kabupaten yakni, Konawe dan Konawe Selatan (Konsel). Kegiatan ini rencananya akan kita laksanakan selama 4 hari, dan akan diisi dengan pemberian materi oleh fasilitator kita, kemudian praktek, dan juga kegiatan lain,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Konawe, Mika Rombe Bunga yang membuka kegiatan ini menjelaskan, sejak tiga tahun terakhir komoditi kelapa menunjukkan tren menurun. Hal ini dilihat mulai dari luas areal budi daya, hingga jumlah komoditi itu sendiri.
“Padahal harga kopra (olahan kelapa) dipasaran mengalami kenaikan. Kami belum mengetahui secara pasti penyebab menurunnya minat budi daya kelapa oleh petani, tetapi kami melihat adanya beberapa hal yang mempengaruhi turunnya budi daya komoditi kelapa ini sendiri,” ujar Mika
Berdasarkan data yang dimiliki, Mika Rombe mengaku jika saat ini komoditas kelapa yang dimiliki petani rata-rata berumur 30 sampai 35 tahun, sehingga produktifitas kelapa tersebut menurun.
“Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh para pebisnis untuk membeli batang kelapa dengan dalih sudah tidak produktif lagi. Parahnya tidak peremajaan di sini, begitu ditebang, para petani tidak lagi berniat menggantinya dengan kelapa baru,” terangnya.
Ia mengaku saat ini Kabupaten Konawe mendapatkan jatah seluas 200 hektar untuk areal perkebunan kelapa. Meski begitu ia belum mau membeberkan wilayah penyebaran program tersebut. (B)
Reporter : Dedi Finafiskar
Editor : Jumriati