BBPP BATANGKALUKU– Sejumlah petani kelapa yang berasal dari 4 Kecamatan di Kabupaten Muna saat berfoto bersama dengan tim dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku di Kantor BPP Maligano dalam kegiatan diklat peremajaan kelapa, Jumat (3/11/2017). (Foto : Istimewa)
ZONASULTRA.COM,KENDARI– Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi 10 petani kelapa di Kabupaten Muna dalam program peremajaan kelapa seluas 300 hektar di wilayah tersebut.
Agar tepat sasaran, 10 petani kelapa yang berasal dari 4 kecamatan Maligano 4 orang, Pasir Putih 2 orang, Wakorumba Selatan (Wakorsel) 3 orang dan Pasikolaga 1 orang. Pelatihan diberikan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku selama empat hari sejak 31 Oktober hingga 3 November 2017.
Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Balai Penyuluh Pertanian Maligano Desa Lebo Kec. Maligano.
Kepala Bidang (Kabid) Penyelenggaraan di BBPP Batangkaluku Rosdiana mengatakan, pelatihan peremajaan tanaman kelapa ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengurusan komoditi kelapa. Dimana petani sebagai penerima bantuan dalam melakukan pengelolaan bibit kelapa dapat dibudidayakan dengan baik sesuai GAP (good agrucultur practices) guna mencapai produksi yang optimal.
“Pada usaha perkebunan rakyat, pemerintah berperan dalam fasilitasi, bimbingan dan pendampingan agar pekebun dapat mempunyai akses kepada berbagai kemudahan yang diperlukan dan dapat mewujudkan langkah penerapanny,” ungkap Rosdiana.
Untuk diketahui sasaran kegiatan peremajaan kakao dan kelapa melalui ABNP 2017 adalah daerah sentra kakao dan kelapa, yang diutamakan pada kondisi tanaman rusak atau tidak produktif. Menerapkan inovasi teknologi terkini komiditi kelapa yakni untuk wilayah monokultur, dimana jarak tanam yang digunakan sesuai standar teknis, sedangkan untuk daerah yang tidak monokultur disesuaikan dengan kondisi setempat.
Kepala Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Maligano Sumaryo, yang merupakan lulusan Traing of Trainer (TOT) BBPP Batangkaluku mengatakan peremajaan nanti akan dilakukan dengan cara menyisip atau menanam diantara tanaman yg ada atau monolog secara bertahap.
Kemudian, pengembangan tumpang sari diantara tanaman kelapa disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi dan agroklimat daerah masing-masing seperti tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan lainnya.
“Sehingga pola diklat ini adalah on the job training dengan proporsi praktek lebih banyak dari pada teori sehingga lebih aplikatif dan dapat diterapkan di wilayahnya masing-masing,” ungkap Sumaryo.
Sumaryo menambahkan, potensi pengembangan kelapa diwilayah tersebut banyaj dikembangkan untuk pembuatan kopra dan belum lama ini telah dirintis usaha pengolahan minyak Virgin Coconut Oil (VCO) dan tepung kelapa untuk di ekspor keberbagai daerah.
“Untuk tepung kelapa permintaannya mencapai bisa 7000 ton bahan bakunya dari hasil kelapa masyarakat sekitar sini,” pungkasnya.
Menurut Rosdiana bahwa pengembanhan kelapa di wilayah Maligano sangat potensial karena unsur hara tanah sangat mendukung.
Hanya saja kondisi tanaman kelapa yang ada saat ini rata-rata sudah tua dan beberapa tidak produktif lagi sehingga perlu dilakukan peremajaan.
Sementara untuk peremajaan sering terganggu dengan adanya gangguan babi hutan yang merusak tanaman pada malam hari. Upaya yang dilakukan adalah memagari kebun/lahan kelapa tapi hasilnya pun belum maksimal. (B)
Reporter Ilham Surahmin
Editor Tahir Ose