Gagalnya Skenario “Head to Head” dan Juru Kunci di Pilgub Sultra

Gagalnya Skenario “Head to Head” dan Juru Kunci di Pilgub Sultra
Ilustrasi

Gagalnya Skenario “Head to Head” dan Juru Kunci di Pilgub Sultra Ilustrasi

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Semakin mendekati hari pendaftaran di KPU (Januari 2018), kontestan yang akan bertarung sudah muncul di ajang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara (Sultra) 2018. Masing-masing dari mereka sudah berpasangan dan tiket partai politik digenggaman.

Pada awalnya Pilgub Sultra diwacanakan dalam skenario “Head to Head” karena partai-partai cenderung merapat ke pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas dengan memakai akronim AMAN dan Asrun-Hugua (Surga). PAN (9 kursi di DPRD Sultra), PDIP (5), PKS (5), PPP (2) merekomendasikan Surga. Plus PKB (1) yang belum mengeluarkan rekomendasi namun sudah mengarah ke Surga. Sementara, Golkar (7) dan Nasdem (3) merekomendasikan pasangan AMAN.

Perjalanan politik yang dinamis, skenario Head to Head terbantahkan dengan munculnya rekomendasi Demokrat yang memiliki 6 kursi di DPRD Sultra. Partai berlambang bintang Mercy itu merekomendasikan pasangan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar (Sultra Cepat). Di sisi lain, Wa Ode Nurhayati-Andre Darmawan juga menyatakan berhasil mengumpulkan dukungan KTP (180 ribu lebih) untuk maju lewat jalur independen.

Dalam hitungan sementara, kini dimungkinan 4 pasang calon atau mungkin 3, tergantung dari juru kunci Gerindra yang memiliki 4 kursi dan Hanura 3 kursi di dewan Sultra. Dua partai ini belum menentukan sikap, namun sangat dibutuhkan Rusda-Sjafei sebab dukungan Demokrat yang hanya memiliki 6 kursi tidaklah cukup. Sesuai syarat pencalonan harus minimal 9 kursi koalisi.

Berita Terkait : Menuju Perang Akbar Aman Versus Surga dan Turbulensi Politik

Gerindra sempat dikabarkan sudah dikunci oleh La Ode Masihu Kamaluddin, tetapi tak ada sama sekali bukti otentik terkait itu. Kalaupun betul Gerindra merekomendasikan Masihu maka partai besutan Prabowo itu terancam hanya jadi penggembira. Sebab, bila berkoalisi dengan Hanura maka hanya bisa menghasilkan 7 kursi yang tidak cukup.

Gerindra dan Hanura kini dikejar waktu, ingin jadi partai pengusung utama atau hanya pelengkap. Bila keduanya merapat ke AMAN atau SURGA maka tentu hanya melengkapi koalisi yang sudah lebih dari cukup. Namun, sikap seperti ini adalah kunci karena otomatis akan menggugurkan Rusda-Sjafei dan membuat Demokrat jadi penggembira seorang diri.

Begitu pula, bila Hanura atau Gerindra, siapapun yang duluan mendukung Rusda-Sjafei maka jadi pengusung utama. Yang terlambat menentukan sikap akan jadi pelengkap dan kehilangan nilai jual. Diskusi dengan kedua partai itu bisa jadi akan sangat cair atau bisa juga alot kerena tidak ada beban kader maju Pilgub.

Di Hanura, “kartu” permainan dipegang oleh Ketua Hanura Sultra Sabri Manomang dan Ketua Umum Hanura Oesman Sapta, plus Wiranto sebagai Ketua Dewan Pembina. di Gerindra ada sosok mantan Bupati Konawe Selatan Imran selaku ketua tingkat provinsi dan Prabowo sebagai Ketua Umum.

Berita Terkait : Srikandi WON dalam Realita Politik Paslon Independen dan Jalan Menuju Kegagalan

Maukah Hanura dan Gerindra mengusung kader Demokrat Rusda dan kader Golkar Sjafei itu di Pilgub? Sekarang “bola-bola” lobi ada di Rusda-Sjafei dengan instrumen pendukung Ketua Demokrat Sultra Muhammad Endang dan Ketua Umumnya Susilo Bambang Yudhoyono.

Potensi Head to Head
Kendati ada skenario 4 pasang, potensi head to head atau satu lawan satu di gelanggang Pilgub tetaplah mungkin terjadi mengingat penetapan calon di KPU masih lama, nanti pada 12 Februari 2018 mendatang.

Sebagai penekanan awal, PAN tetap akan jadi salah satu poros karena memiliki 9 kursi atau cukup untuk pintu pencalonan, sehingga meskipun terjadi sesuatu pada Asrun, PAN tetap dapat mengajukan kader lainnya. Berbeda dengan partai lain yang tergantung pada koalisi karena jumlah kursi yang terbatas di DPRD Sultra.

Berita Terkait : Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra

Gambarannya, bila Rusda-Sjafei gagal mendapat koalisi dan WON-Andre tak sanggup memenuhi syarat dukungan KTP maka yang akan tarung di gelanggang adalah Ali Mazi-Lukman versus (vs.) Asrun-Hugua.

Begitu pula jika kisruh di Golkar membesar hingga mengalihkan dukungan dari Ali Mazi-Lukman, maka potensi head to head adalah Asrun-Hugua vs Rusda-Sjafei atau Won-Andre vs Asrun-Hugua, dan kemungkinan tak terduga Asrun-Hugua vs kotak kosong.

Dibalik pasang-pasangan itu, efek kejut yang dinanti adalah gerakan bakal calon gubernur lain yang belum mendapatkan dukungan partai. Mereka adalah Bupati Muna LM. Rusman Emba, Anggota Ombudsman RI La Ode Ida, Rektor Universitas Lakidende La Ode Masihu Kamaluddin, Marsda (purn) Supomo, Anggota DPR RI Tina Nur Alam, dan Pengamat Ekonomi Nasional Abdul Rahman Farisi (ARF). (A*)

 

Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini