20 Orang Petani Cabai Rawit di Koltim Dilatih Praktek PGPR

20 Orang Petani Cabai Rawit di Koltim Dilatih Praktek PGPR
BBPP BATANGKALUKU- Sejumlah petani cabai rawit di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) saat melakukan praktek lapangan perihal cara bercocok dan pola tanam cabai menggunakan sistem PGPR di Kecamatan Ladongi, Rabu (15/11/2017). Mereka dibimbing langsung oleh tim Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku. (Foto: Istimewa)

20 Orang Petani Cabai Rawit di Koltim Dilatih Praktek PGPR BBPP BATANGKALUKU– Sejumlah petani cabai rawit di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) saat melakukan praktek lapangan perihal cara bercocok dan pola tanam cabai menggunakan sistem PGPR di Kecamatan Ladongi, Rabu (15/11/2017). Mereka dibimbing langsung oleh tim Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku. (Foto: Istimewa)

 

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Sebanyak 20 orang perwakilan petani di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) mendapatkan pelatihan dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku di Kantor Balai Pertanian Perkebunan Perikanan dan Kehutananan (BP3K) Kecamatan Ladongi, Rabu (15/11/2017).

Ketua Tim Tematik dari BBPP Batangkaluku Safruddin mengatakan, seluruh petani diajarkan teori dan praktek langsung di lapangan bagaimana cara penanaman dan pola tanam cabai rawit memakai mulsa dan tidak. Kemudian praktek yang digunakan adalah pengimplementasian manfaat plant growth promoting rhizibacteria (PGPR).

“Hal tersebut bertujuan untuk mengendalikan penyakit layu pada tanaman, kemudian untuk menyuburkan tanaman dari bahan akar bambu sebagai biang dan gula pasur, terasi serta dedak,” ungkapnya.

PGPR adalah bakteri yang mengkoloni perakaran tanaman dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Bakteri ini hidup dan berkembang dengan memanfaatkan eksudat yang dikeluarkan oleh perakaran tanaman. Jika di lahan sedang tidak ada tanaman, bakteri ini mampu memanfaatkan bahan-bahan organik yang berada di dalam tanah untuk bertahan hidup.

Salah satunya bermanfaat sebagai bioprotektan, yaitu kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan cara menghasilkan antibiotik dan menginduksi tanaman untuk memproduksi senyawa ketahanan dalam jumlah yang cukup untuk menjaga kesehatan tanaman.

“Kami berharap petani dapat mengerti cara ini, dan bisa meningkatkan pengembangan cabai rawit apalagi Koltim memiliki potensi yang besar dan lahan yang luas serta subur, selain itu ketersedian air juga banyak,” ungkapnya.

Salah satu petani, Hamka Iskandar (50), warga Desa Lalosingi, Kecamatan Lalolae mengatakan, dengan adanya pelatihan dan praktek lapangan ini memberinya ilmu baru tentang pengembangan tanaman cabai agar menghasilkan produksi yang unggul dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Ia mengakui selama ini banyak mendapatkan kendala di lapangan karena sulitnya pengendalian hama tanaman, apalagi ketersedian pupuk yang kurang memadai sehingga banyak tanaman cabai yang gagal panen.

Untuk diketahui, luasan lahan yang menjadi target dari pemerintah pusat melalui dana APBN-P tahun 2017 Kementerian Pertanian untuk pengembangan tanaman cabai rawit di daerah tersebut mencapai 120 hektar.

“Di mana anggarannya untuk memperkuat perbernihan/pembibitan komoditas tanaman pangan, holtikultura cabai rawit,” ujar Safruddin.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Holtikultura Kabupaten Koltim Lafki Paemba menekankan akan pentingnya kegiatan pelatihan teknis tematik cabai tersebut. Oleh karenanya, para peserta diharapkan benar-benar memanfaatkan kesempatan tersebut agar setelah selesai mengikuti kegiatan ini dapat menerapkan budidaya tanaman cabai sesuai yang diajarkan oleh fasilitator.

Peserta pelatihan berasal dari Kecamatan Mowewe 2 orang, Lambadia 3 orang, Aere 2 orang, Dangia 1 orang, Tinondo 1 orang, Lalolae 1 orang, Polipolia 1 orang, Tirawuta 3 orang, dan Ladongi 3 orang. (B)

 

Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini